Russel kelihatannya sedang sibuk berbincang-bincang dengan rekan kerjanya.
Aluna melihat ke arah pengawal yang juga sedang melayani para tamu.
Ini kesempatan yang tepat untuk melarikan diri, pikir Aluna.
Aluna perlahan memundurkan langkahnya.
Ia berjalan dengan penuh hati-hati.
Aluna melihat ke sekelilingnya.
Jangan sampai ia ketahuan, bisa-bisa Russel akan mengurungnya lagi.
Aluna akan pergi menemui Axel.
Ia harus menceritakan semua yang ia alami pada Pria itu.
Ia tahu, Axel pasti begitu kecewa dengan keputusan yang ia buat.
Tapi ia ingin menegaskan pada Axel, bahwa ia akan selalu mencintainya apapun yang terjadi.
Pernikahan itu tidak akan mengubah apapun.
Ia akan melakukan segala cara agar ia bisa berpisah dengan Russel secepatnya.
Axel hanya perlu menunggunya.
Aluna akhirnya bisa keluar dari pesta.
Ia menghembuskan napas lega.
Tapi ia harus pergi secepatnya dari sana.
Aluna berniat masuk ke lift.
Namun saat ia ingin melangkahkan kakinya, seseorang menarik tangannya dengan keras.
Saat ini ia sedang berada di pelukan orang itu. Aluna langsung menaikkan wajahnya.
"Kamu mencoba melarikan diri Istriku? "
Aluna ingin menjauh dari Russel, namun Pria itu malah memeluknya.
"Kamu jangan pergi Aluna. Mengapa kamu tega meninggalkan Suamimu sendiri?
Baiklah. Jika kamu bosan dengan pestanya, kita berdua bisa pergi dari sini."
Russel menarik tangannya masuk ke dalam lift.
"Lepaskan tanganku Russel!"
Russel tidak menghiraukan ucapan Aluna.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua keluar dari lift.
Russel langsung menarik tangan Aluna menuju parkiran.
Ia kemudian membuka pintu mobilnya.
"Tidak, aku tidak mau masuk. " ucap Aluna.
Russel tetap memaksa Aluna, hingga Aluna akhirnya masuk ke dalam mobil.
Russel juga masuk ke dalam mobilnya.
"Kau mau membawaku kemana Russel? "
"Russel, jawab aku! "
"Diamlah!
Jangan sampai aku melukaimu Aluna."
Russel mengendarai mobilnya dengan cepat.
Hal itu membuat Aluna khawatir.
Kemana Russel akan membawanya pergi?
Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah hotel mewah.
Russel kembali menarik tangan Aluna masuk ke dalam sana.
Hingga mereka sampai di depan pintu kamar.
Russel mendorong tubuh Aluna.
Aluna melihat ke sekelilingnya.
Kamar itu sepertinya memang secara khusus dihias.
Matanya tertuju pada taburan bunga berbentuk hati yang terdapat di ranjang.
"Kamu menyukainya sayang?"
"Aku sengaja mengajakmu ke sini untuk melihat kamar yang akan kita gunakan untuk malam pernikahan kita."
Mendengar ucapan Russel, membuat Aluna terkejut.
Ia langsung membalikkan tubuhnya.
"Malam pernikahan? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku menikah denganmu karena aku terpaksa. Aku tidak akan pernah mau disentuh olehmu."
Aluna menatap Russel dengan tatapan sinis.
"Benarkah? Bagaimana jika aku memaksamu?
Aku adalah Suamimu Aluna. Aku berhak menyentuhmu."
"Sampai mati pun, aku tidak akan mau disentuh olehmu! "
Russel tersenyum sinis.
Ia kemudian melangkahkan kakinya, mendekat pada Aluna.
Aluna panik saat melihat Russel mendekat padanya dengan tatapan aneh.
Ia perlahan memundurkan langkahnya.
"Apa yang kau lakukan?
Jangan mendekat!"
Russel melepaskan jasnya dan kemudian menjatuhkannya ke lantai.
Aluna semakin panik. Ia takut Russel akan menyentuhnya.
Tidak, ia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.
"Jangan mendekat!!!"
Aluna semakin terhimpit ke dinding.
Aluna kemudian lari ke sudut ruangan.
Hal itu membuat Russel mempercepat langkahnya.
"Aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya Aluna."
Aluna berusaha lari dari kejaran Russel.
Russel tersenyum mengembang.
"Berlarilah sampai kamu lelah.
Ngomong-ngomong kamar ini sudah aku kunci."
Aluna membuka pintu kamar itu.
Ia menggedor-gedornya.
"Tolong.. "
Russel membuka kemejanya hingga dada bidangnya kini tidak berbalut apapun.
Piluh mulai membasahi wajah Aluna.
Tubuhnya juga ikut bergetar.
Ia takut, sangat takut.
Aluna melihat ke belakangnya.
Russel kembali mendekatnya.
Ia berniat lari, namun kali ini Russel berhasil menarik tangannya.
"Kamu tidak bisa berlari lagi sayang."
ucap Russel dengan tatapan yang ingin memakannya hidup-hidup.
Aluna berusaha melepaskan tangannya dari Russel.
Namun tangan itu semakin erat.
"Jangan, aku mohon jangan lakukan itu."
ucap Aluna dengan tatapan memohon.
Russel kemudian mendekatkan wajahnya pada Aluna untuk mencium Gadis itu.
Tidak ia sangka, Aluna malah menjauhkan wajahnya dan kemudian menginjak kakinya dengan keras.
Gadis itu akhirnya lepas darinya.
Aluna semakin waspada.
Memang saat ini ia begitu takut, namun ia tidak akan menyerah.
Russel kembali mendekat padanya.
Aluna melihat sekelilingnya, hingga matanya tertuju pada vas bunga yang berada tidak jauh darinya.
Ia langsung mengambil vas bunga itu dan kemudian menjatuhkannya ke lantai.
Vas bunga itu pecah.
Aluna mengambil salah satu pecahan yang berada di lantai.
"Jika kau mendekat, aku tidak akan segan-segan untuk menyayat tanganku.
Aku lebih baik mati dari pada harus disentuh oleh dirimu.
Kau pria terjahat yang pernah aku temui"
Russel tidak menghiraukan ucapannya.
Pria itu semakin mendekat padanya.
Aluna melihat ke arah tangannya.
Ia kemudian menyayat tangannya menggunakan pecahan itu.
Ia memang tidak main-main.
Darah mulai bercucuran dari tangannya.
Hal itu Membuat Russel panik dan kemudian mendekati Aluna.
"Aluna.. "
"Aku bilang jangan mendekat!
Atau kau mau aku menyayat tanganku lagi?"
"Jangan main-main Aluna.
Kita harus segera ke rumah sakit.
Kamu bisa kehabisan darah."
"Aku tidak peduli.
Bukankah tadi aku sudah mengatakan padamu bahwa aku lebih baik mati jika harus disentuh olehmu?"
Darah Aluna semakin bercucuran hingga membuat wajahnya pucat.
Aluna mulai merasakan sakit di kepalanya.
Matanya juga perlahan kabur.
Ia berusaha menahan tubuhnya sendiri.
Namun ia tidak bisa, tubuhnya perlahan jatuh ke lantai.
Russel langsung menahan tubuh Aluna yang akan jatuh ke lantai.
"Aluna.. "
Russel kemudian mengangkat tubuh Aluna ke ranjang.
Setelah itu, ia menelepon pengawalnya untuk membawa ambulans.
"Bawa ambulans ke sini dengan cepat.
Aku tidak mau menunggu terlalu lama.
Kau mengertikan? "
ucap Russel dengan nada memperingati.
"Baik Pak."
Pengawal itu langsung mengerti ucapan Russel barusan.
Itu artinya, Russel akan memberikan pelajaran padanya jika ia terlambat.
Russel dikenal sebagai Boss yang kejam dan tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Sehingga tidak heran, semua orang takut padanya.
Tapi tidak dengan Gadis yang saat ini tengah berbaring di ranjang dengan kondisi tidak berdaya itu.
Aluna sama sekali tidak takut padanya.
Bahkan Aluna sering menentang setiap ucapannya dan juga memberontaknya.
Dan lihat, disaat semua gadis memohon untuk disentuhnya, Aluna malah memilih kehilangan nyawanya dibandingkan disentuh olehnya.
Aluna memang berbeda dengan gadis lain.
Itulah salah satu kelebihan Aluna yang membuatnya jatuh cinta pada gadis itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Fiorenz
salut buat aluna bisa bertindak tegas & berani
2021-02-19
0