Dan benar saja.
Di hari yang sama, Russel menepati janjinya pada Aluna.
Ia membebaskan Axel dari ruangan yang ia gunakan untuk menculiknya.
Para pengawalnya membawa Axel ke mobil dalam kondisi tidak sadar.
Setelah itu, mereka meletakkannya di tempat kemarin saat mereka menculiknya.
Di taman saat ia menunggu kedatangan Aluna.
Axel tergeletak dalam posisi telungkup.
Lama dengan posisi seperti itu, akhirnya beberapa jam kemudian Axel tersadar.
Ia perlahan membuka matanya.
Axel kemudian berusaha menggerakkan tubuhnya yang begitu lemah.
Rasa sakit menyelimuti seluruh tubuhnya.
Ia melihat sekelilingnya.
Dia tidak lagi berada di ruang gelap itu.
Dan kini, ia sedang berada di taman.
Di titik yang sama saat ia menunggu Aluna di hari Anniversary mereka.
Axel berusaha untuk berdiri.
Ia memegang erat pohon yang berada di dekatnya untuk membantunya berdiri.
Akhinya Axel mampu untuk berdiri.
Axel perlahan melangkahkan kakinya sambil memegang erat perutnya yang begitu sakit.
Selama 2 hari diculik, para penjahat itu selalu memukulinya hingga ia babak belur.
Bahkan mereka tidak memberikannya makan. Sehingga tidak heran jika tubuhnya sangat lemah saat ini.
Axel menunggu angkutan yang lewat.
Motornya yang ia tinggalkan di taman pada hari itu juga sudah tidak ada lagi di sana.
Beruntung, ia masih memiliki uang dan handphone di sakunya.
Dan, hadiah yang akan ia berikan untuk Aluna juga masih ada di dalam sakunya.
Kemarin, ia juga melindungi hadiah itu dari penjahat yang memukulinya.
Axel tidak ingin para penjahat itu merusak hadiahnya.
Biarlah ia dipukuli, hadiah itu tidak boleh rusak.
Beberapa menit kemudian, angkutan datang dan Axel masuk ke dalamnya.
Ia harus pulang.
Ia khawatir dengan Riana dan Aluna.
Namun untuk saat ini, ia harus memastikan keadaan Riana terlebih dahulu mengingat ia yang sudah menghilang selama 2 hari tanpa menghubungi Neneknya.
Neneknya pasti sangat khawatir padanya.
Setelah itu, ia akan menghubungi Aluna nanti.
Soal penculikan yang dialaminya, ia masih tidak mengerti.
Siapa mereka?
Siapa lagi yang mencoba membunuhnya?
Dan jika ingin membunuhnya, mengapa mereka melepaskannya?
Kali ini ia akan melaporkan kejahatan yang dialaminya pada pihak yang berwajib.
Ia tidak ingin hal itu terjadi lagi padanya.
Ia juga ingin mengetahui siapa dalang di balik semuanya itu.
Akhirnya Axel sampai di depan gang rumahnya.
Ia kemudian berjalan lagi hingga sampai di depan gerbang rumah.
Axel membuka pintu gerbang rumah.
Perlahan ia melangkahkan kakinya untuk menuju pintu rumah.
Axel mengetuk pintu rumah.
"Nek.. " panggil Axel.
Sama sekali tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Axel mengetok pintu rumah lagi.
Namun, pintu rumahnya perlahan terbuka.
Itu artinya pintu rumah tidak terkunci.
Axel menatap keheranan.
Apa Neneknya sengaja membukanya?
Tidak, sejak sakit Riana tidak pernah membuka pintu.
Axel langsung masuk ke dalam rumah.
Ia begitu terkejut melihat rumahnya yang tampak begitu kacau.
Barang-barang dan perabotan rumah berjatuhan di lantai.
"Nenek... "
Perasaan khawatir mulai melingkupi Axel.
Ia takut terjadi apa-apa pada Neneknya.
Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Riana.
Namun, hal yang lebih mengejutkan terjadi di depan matanya.
Riana tergeletak di lantai.
"Nenek... "
Axel berteriak keras.
Axel mendekat pada Riana.
Ia kemudian membawa kepala Riana ke pangkuannya.
"Nenek.."
Axel memegang pipi Riana, bermaksud untuk membangunkan Neneknya.
Namun Riana tidak merespon sama sekali.
Axel mulai menegang. Jantungnya berdetak dengan kencang.
Perlahan ia meletakkan tangannya pada hidung Riana.
Perasaannya mulai bercampur aduk.
Axel menutup mulutnya, tidak percaya.
"Tidak, tidak mungkin!!!
Nenek, bangun...
Nenek tidak boleh meninggalkan aku.. " ucap Ethan dengan nada terbata-bata.
"Nenek, aku mohon bangunlah Nek.
Jangan tinggalkan Axe Nek."
Perlahan air matanya mulai bercucuran.
"Nenek, aku mohon.
Nek... "
Axel memeluk tubuh Riana dengan erat.
Ia yakin, Neneknya tidak akan pernah meninggalkannya.
James membuka helmnya dan kemudian turun dari motornya.
Saat ini ia sudah sedang berada di depan gerbang rumah Axel.
Ia datang untuk menanyakan pada Axel secara langsung mengenai apa alasan Sahabatnya itu tidak masuk kerja selama hampir seminggu.
Bahkan Axel tidak menjawab panggilannya ataupun membalas pesannya.
Hal itu juga membuatnya khawatir, takut terjadi sesuatu pada Axel dan Neneknya.
James membuka pintu gerbang rumah Axel.
Ia menatap lurus ke depan.
Pintu rumah terbuka, pikirnya.
James kemudian masuk ke dalam rumah.
Namun ia begitu terkejut melihat penampakan rumah yang begitu kacau..
"Axe..." panggilnya
James tiba-tiba mendengar suara tangisan dari arah kamar Riana.
Ia langsung mengikuti arah sumber suara tangisan itu.
"Axe...."
James terkejut melihat Axel yang sedang memeluk Neneknya yang terbaring di lantai.
Ia mendekati Axel.
"Axe.. "
Axel tidak menggubrisnya.
Axel masih memeluk Neneknya sambil menangis.
James kemudian memegang pundak Axel yang bergetar hebat.
"Axe..
Apa kau bisa mendengarku? "
Axel akhirnya tersadar.
Ia menatap James dengan tatapan senduh.
"James, katakan padaku bahwa Nenek baik-baik saja."
"Axe, apa yang terjadi dengamu?
Dan Nenek.. "
James memegang tubuh Riana.
"Nek... " panggilnya.
Ia begitu terkejut saat menyadari bahwa Riana tidak bernapas lagi.
"Katakan padaku James.
Katakan bahwa Nenekku masih hidup."
James melihat keputusasaan di wajah Axel.
Ia bisa merasakannya. Neneknya sangat berarti untuk Axel.
"Axe.. "
James memegang pundak Axel.
"Axe..
Tenanglah.. "
"Bagaimana aku bisa tenang James? "
"Nenekku meninggal..
Dan aku belum sempat bertemu dengannya.
Dia pergi tanpa mengatakan sesuatu padaku James.
Ini salahku, ini salahku.
Aku meninggalkannya sendirian di rumah.
Dan kau lihat? Kondisi rumah sangat kacau. Seseorang pasti menjadi penyebab di balik meninggalnya Nenekku.
Aku harus melaporkan mereka ke Polisi."
Axel kemudian berusaha untuk berdiri dan kemudian mengambil handphone yang berada di dalam sakunya.
Namun tiba-tiba, beberapa Polisi datang ke rumah dan menghampirinya.
"Selamat Siang. Apa anda yang bernama Bapak Axel Xaverus? "
"Kebetulan sekali Bapak di sini.
Saya ingin melaporkan tindak kejahatan yang berada di rumah saya Pak. "
Axel kemudian memegang tangan Polisi itu.
"Pak, seseorang telah membunuh Nenek saya. Saya mohon, berikan keadilan pada Nenek saya Pak. Saya baru tiba dari suatu tempat. Saya terkejut melihat rumah berantakan dan Nenek saya sudah tergeletak di lantai Pak.
Saya mohon, saya mohon bantu saya Pak."
"Maaf Pak. Kedatangan kami disini bukan untuk itu, melainkan kami mendapat laporan bahwa Bapak telah melakukan pencurian atas barang milik Ibu Aluna Gracia."
"Aluna? "
"Iya, Bu Aluna kemarin melaporkan pada kami bahwa Bapak telah mencuri barang milik beliau.
James ikut berdiri di samping Axel.
Ia sama terkejutnya dengan Axel.
"Tidak, saya tidak pernah mencuri barang apapun dan juga tidak mungkin Aluna melakukannya.
Aluna Kekasih saya.
"Iya Pak. Sahabat saya tidak mungkin mencuri barang milik orang lain.
Bapak mungkin menerima informasi yang salah."
"Bapak bisa memberikan penjelasan di kantor polisi. Anda harus ikut dengan kami."
"Saya tidak mau pergi. Bapak tidak lihat Nenek saya meninggal?
Saya harus menemani Nenek saya."
"Tidak, Bapak harus ikut dengan kami. Selebihnya kita akan membicarakannya di kantor."
"Tidak, saya tidak akan meninggalkan Nenek saya."
Dua orang polisi langsung memegang erat kedua tangan Axel untuk membawanya ke kantor polisi.
"Lepaskan Axel Pak. Tolong berikan waktu padanya."
James ikut melerai polisi itu.
"Lepaskan saya! "
Axel berusaha melepaskan dirinya.
"Jangan bertindak melawan hukum Pak.
Kami bisa memberikan hukuman yang berat pada Bapak."
Axel tetap memberontak tidak mau pergi.
Ia menatap Neneknya yang terbaring di lantai.
Air matanya kembali menetes.
Ia tidak ingin pergi meninggalkan Neneknya.
"Saya mohon lepaskan saya Pak."
Axel berlutut memohon pada Polisi itu.
Polisi sama sekali tidak menggubris permohonan Axel.
"Bawa Pak Axel masuk ke dalam mobil! "
James hanya bisa menatap kepergian Axel dengan perasaan merasa bersalah.
Saat ini ia tidak bisa melakukan apapun untuk Sahabatnya itu selain membawa Neneknya ke rumah sakit.
James kemudian memanggil ambulans.
Beberapa menit kemudian, ambulans datang dan langsung membawa Riana ke rumah ke rumah sakit.
--
Axel melipat kedua tangannya dengan wajah tertunduk kaku di dalam sel penjara.
Setelah melakukan pemeriksaan, Polisi sementara menahannya di penjara.
Hal yang tidak dimengertinya adalah mengapa Aluna bisa melakukan hal itu padanya?
Awalnya tidak percaya, namun Polisi menegaskan padanya bahwa Aluna sendiri yang memberikan laporan itu pada Polisi.
Dan barang itu juga benar-benar milik Aluna, terbukti dari laporan toko di tempat barang itu dibeli.
Apa yang harus ia lakukan?
Ia harus segera bertemu dengan Neneknya.
Namun, dirinya saat ini berada di penjara. Polisi juga tidak memberinya izin untuk pergi.
Axel kemudian berdiri.
Ia harus bertemu dengan Neneknya.
"Pak, tolong izinkan saya bertemu dengan Nenek saya."
"Tidak boleh Pak. Anda harus tetap di sini untuk melakukan pemeriksaan lanjut.
Polisi itu langsung meninggalkan Axel.
Axel memijit keningnya.
"Bagaimana bisa kamu melakukan itu padaku Aluna?"
Axel masih tidak percaya bahwa Aluna bisa melakukan ini padanya.
Aluna mencintainya, rasanya tidak mungkin jika Aluna menuduhnya seperti ini.
Apalagi, sudah berhari-hari mereka tidak bertemu.
Tapi, Polisi memberikan bukti yang jelas bahwa Aluna yang telah melaporkannya.
Kini perasaanya bercampur aduk.
Rasa Sedih, kecewa, marah menyelimutinya.
Rasanya ia ingin mati saja.
Ia tidak memiliki arti hidup lagi sejak Riana meninggalkannya.
--
"Apa kalian sudah melakukan apa yang aku perintahkan? "
ucap seorang Pria yang kini berdiri di depan jendela sambil memandang ke arah luar.
Russel memasukkan kedua tangannya ke dalam sakunya.
"Sudah Pak.
Pria itu sudah berada di dalam penjara."
ucap salah seorang tangan kanan Russel.
Russel tersenyum puas.
Ia membalikkan tubuhnya.
"Perintahkan Polisi itu untuk lebih meyakinkan Axel bahwa Aluna yang telah mencebloskannya ke penjara.
Aku yakin, ia tidak akan mudah percaya dengan hal itu.
Aku ingin dia membenci Aluna dan berhenti mencintainya sehingga tidak ada satupun yang menjadi penghalang hubunganku dengan Aluna.
Kalian dengar itu? "
"Baik Pak.
Polisi itu juga berada di bawah kendali kita.
Semuanya pasti akan lebih mudah."
"Bagus.
Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun.
Kalian boleh pergi."
"Kami permisi Pak."
Mereka langsung keluar dari ruang kerja Russel.
Russel mengambil sesuatu dari saku jasnya.
Kotak berisi cincin berlian yang akan diberikannya pada Aluna saat di altar nanti.
Russel tersenyum mengembang.
Sebentar lagi Aluna akan menjadi miliknya selamanya.
Sekarang tidak akan ada penghalang lagi di antara mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Fiorenz
aluna di fitnah....duh kejamnya
2021-02-19
0
Edonajov Bangngu Riwu
Orang miskin sulit mendapat keadilan, bhkn polisi pun bisa disogok dengan uang, uang berkuasa dan orang berduitlah yang menang 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2020-11-20
1
Suharti
kamu harus kuat exel,,,
2020-09-22
1