"Bukankah ini terlalu cepat Axe?
Wanita seperti Ibu Aluna menyetujui hubungan kalian dalam waktu semalam? Aku bahkan tidak pernah memikirkannya."
Axel menarik napas panjang.
"Semua bisa terjadi kapan saja James. Bagaimanapun Bibi Alda itu seorang Ibu juga. Dia pasti udah menyadari kesalahannya yang terlalu memaksakan kehendaknya pada Putrinya sendiri."
James masih berpikiran bahwa ada sesuatu yang mencurigakan. Ia masih tidak percaya Alda menyetujui hubungan Axel dan Aluna dalam waktu semalam.
Apa yang sebenarnya direncanakan Wanita itu?
"Aku tahu kau pasti belum bisa percaya dengan ini James."
"Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi padamu Axe. Apalagi, mengingat perlakuan terakhir wanita itu padamu."
"Kau tidak perlu khawatir James. Aku yakin semua akan baik-baik saja."
"Aku juga berharap seperti itu Axe.
Semoga kali ini Ibu Aluna benar-benar berubah."
Axel tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Axel kemudian melihat jam tangannya.
"Oh ya, ini sudah waktunya.
Aku harus pergi ke suatu tempat sebelum menjemput Aluna dari kampus.
Aku pergi dulu James."
"Baik Axe.
Sampai bertemu nanti malam."
James menatap kepergian Axel.
Entah mengapa, ia merasa sangat khawatir saat ini.
Khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk lagi pada Axel.
Axe kemudian menaiki motornya menuju tempat yang direncanakannya.
Sebenarnya saat ini ia akan pergi ke mall untuk membeli hadiah yang akan ia berikan pada Aluna saat hari jadi mereka nanti.
Tiap tahun Aluna selalu menanti-nantikan hari itu, jadi tahun ini ia akan memberikan hadiah yang lebih spesial untuk Gadis itu.
Axel masuk ke dalam mall.
Ia kemudian pergi ke tempat penjualan asesoris.
Axel bingung memilih aksesoris yang akan ia beli. Dari tadi ia belum menentukan pilihan yang tepat. Hingga matanya tertuju pada sebuah gelang bewarna perak dengan inisial "A"
Gelang yang sederhana namun cukup elegan.
Axel memegang gelang itu.
Ia yakin Aluna pasti menyukainya. Walaupun ia tahu, Aluna menyukai semua pemberiannya.
Axel kemudian membawa gelang itu ke kasir dan kemudian ia meminta Kasir itu membungkusnya dengan kotak kecil dan dilapisi kertas kado.
Setelah selesai, Axel memasukkan hadiah itu ke dalam tasnya.
Ia kemudian kembali menaiki motornya untuk menjemput Aluna dari kampus.
Sementara, Aluna sudah menunggu Axel di depan pintu masuk kampusnya.
Hari-hari dijalaninya dengan penuh semangat dan suka cita karena kini tidak ada lagi beban yang menghalanginya.
Inilah yang ia lakukan setiap hari.
Pergi kuliah dan setelah itu pergi bersama Axel atau bahkan menemani Axel bekerja di restoran.
Aluna memang tidak pernah berpergian bersama teman-teman wanitanya.
Bukan karena tidak ingin, hanya saja dari dulu Aluna memang tidak memiliki teman dekat.
Kekangan dan aturan yang diberikan oleh Alda membuatnya tidak memiliki teman dekat.
Bahkan sejak kecil, Alda sering melarangnya untuk bermain dengan anak tetangga.
Padahal sebenarnya luna sering merasa kesepian dan ingin memiliki teman dekat layaknya orang pada umumnya.
Untung saja ia memiliki Axel yang selalu menemaninya.
Axel, Kekasih sekaligus Sahabatnya.
Ia sungguh beruntung memiliki Axel di dalam hidupnya.
Dari jauh, Aluna melihat motor Axel yang sudah memasuki area kampus..
Aluna melambaikan tangannya pada Axel.
Axel kemudian menghampirinya.
"Kamu sudah menunggu lama sayang?"
"Belum Kak."
"Terus mengapa kamu keluar ruangan begitu cepat? Bukankah kamu harusnya keluar sekitar 10 menit lagi?"
Aluna tampak salah tingkah.
Sebenarnya ia sengaja keluar lebih cepat dari ruangan. Ia hanya tidak ingin Axel menunggunya seperti biasa.
"Jangan bilang kalau kamu keluar dari ruangan lebih cepat Luna."
Axel sudah mengetahuinya. Seperti biasa, ia tidak bisa mengelak lagi.
Axel begitu mengenalnya.
Aluna kemudian tersenyum lebar pada Axel, berharap Pria itu tidak marah padanya.
"Kakak benar.."
Aluna kemudian menundukkan kepalanya sambil memegang jari-jarinya, hal yang ia lakukan setiap kali melakukan kesalahan.
Axel kemudian mendekat pada Aluna.
Ia tersenyum geli melihat wajah polos Gadis itu.
"Lain kali jangan melakukannya lagi, hem?"
Aluna menaikkan wajahnya dan kemudia tersenyum.
"Aku janji tidak akan melakukannya lagi Kak."
Axel tersenyum dan kemudian mengelus kepala Aluna dengan lembut.
"Gadis pintar."
"Terima kasih Kak."
"Terima kasih untuk apa sayang?"
"Terima kasih karena Kakak selalu mendorongku untuk menjadi gadis yang baik.
Kakak juga selalu mendukungku dalam kondisi sesulit apapun."
"Sama-sama sayang.
Berjanjilah bahwa kamu akan selalu menjadi gadis yang baik."
"Hem, aku berjanji Kak."
Axek tersenyum mendengar jawaban Aluna.
"Baiklah. Ini sudah jam makan siang. Kamu pasti sudah lapar kan sayang?"
Aluna menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, hari ini kita akan makan di warung favorit kita. Bagaimana?"
Aluna langsung menyunggingkan senyumannya.
"Aku setuju Kak."
"Baiklah, ayo naik."
Aluna memakai helm, dan kemudian duduk di belakang Axel.
Setelah makan siang, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Hal yang mereka lakukan selama ini.
Tujuannya adalah agar mereka selalu mengingat momen-momen manis mereka kemanapun mereka pergi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments