Aluna menangis di dalam kamarnya.
Ia meringkuk di atas tempat tidur, memikirkan apa yang terjadi belakangan ini.
Maminya memang telah bertindak semakin jauh.
Pria itu..
Dia bermaksud menikahinya.
Apa harus ia lakukan saat ini?
Dia tidak akan mau menikah dengan pria itu.
Axel adalah pria yang dicintainya, ia tidak akan menikahi Pria lain selain Axel.
Air mata Aluna semakin mengalir ke pipinya, memikirkan kehidupannya yang begitu miris.
Memiliki kekayaaan sama sekali tidak membuatnya bahagia.
Mungkin banyak orang yang begitu menginginkan kehidupan yang dimilikinya saat ini, namun tidak untuknya.
Lebih baik ia tidak memiliki apa-apa dibandingkan hidup seperti ini.
--
Axel sontak mengangkat panggilan yang berasal dari handphonenya.
Awalnya ia mengira Aluna yang menelponnya, namun tidak saat mendengar suara orang lain dari sana.
"Axe, Ini Ibu Fani. Nenek.."
sempat terjadi jeda di sana.
"Nenek pingsan dan sekarang Ibu sedang memanggil Bidan ke rumah."
Axel begitu terkejut mendengar ucapan Ibu Fani barusan.
"Baik Bu, saya segera ke rumah."
Axel langsung mengganti pakaiannya dan bergegas keluar dari rumah sakit.
Axel harus segera bertemu dengan Neneknya.
Lagian ini sudah malam hari. Ia harus menjaga Neneknya di rumah. Ia tidak mungkin membebani orang lain lagi.
Beberapa menit kemudian, Axel sudah sampai di depan rumah.
Ia langsung masuk ke dalam rumah.
Di sana ia sempat bertemu dengan Ibu Fani.
"Nenek sedang istirahat di kamarnya. Kondisinya baik-baik saja Axe, jadi kamu tidak perlu khawatir. Nenek hanya perlu istirahat banyak."
"Terima kasih banyak Bu. Ibu telah menemani Nenek saya di rumah."
"Sama-sama Axe.
Oh ya, ada apa dengan wajahmu?"
"Oh, ini..
Aku kemarin terjatuh Bu, hingga mendapatkan luka ini"
"Ibu berharap lukamu segera sembuh Axe."
"Terima kasih Bu."
"Baiklah. Karena kamu sudah ada di sini, Ibu pamit pulang dulu Axe."
"Baik Bu.
Sekali lagi, terima kasih Bu."
"Sama-sama Axe.
Tolong sampaikan salam Ibu saat Nenek sudah bangun nanti."
"Baik Bu."
Setelah Ibu Fani pergi, Axe langsung melangkahkan kakinya ke kamar Neneknya.
Axe berdiri menatap Neneknya yang sedang terbaring di tempat tidur.
Ia kemudian duduk sambil memegang tangan Neneknya dengan erat.
Axe tidak bisa membayangkan jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Neneknya.
Neneknya sangat berarti untuknya.
Aluna beranjak dari tidurnya.
Ia memikirkan suatu hal yang harus ia lakukan.
Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Pria itu akan menikahinya jika ia hanya diam saja di kamar tanpa melakukan apa-apa.
Pergi dari rumah, tidak..
Ini bisa dikatakan kabur dari rumah.
Aluna bertekad untuk melakukan hal itu.
Ia akan pergi ke rumah Axel, bertemu dengan Pria itu.
Ini adalah salah satu caranya untuk menentang keputusan Alda yang akan menikahinya dengan Russel.
Ia akan membuktikan pada Alda dan Russel bahwa ia tidak akan pernah menikah dengan Pria lain selain Axel.
Aluna mulai memikirkan cara bagaimana caranya ia bisa keluar dari rumah sementara Para penjaga berada di sekeliling rumah.
Aluna menatap ke arah jendela kamarnya.
Ia hanya bisa keluar melalui jendela kamar.
Aluna mendekati jendela kamarnya dan perlahan membukanya.
Berhasil..
Hujan tampak deras..
Tapi ia sama sekali tidak mengurungkan niatnya untuk kabur dari rumah.
Justru bagus, para penjaga itu kemungkinan hanya berjaga di dalam rumah saja.
Aluna kemudian mengambil beberapa kain dan mengikatnya menjadi satu bagian.
Ia berencana akan memakai kain itu untuk dapat turun ke bawah.
Setelah dirasa cukup, Aluna menjatuhkan kain itu kebawah dan ujungnya ia ikat ke jendela kamar.
Aluna mengangkat gaunnya dan kemudian naik ke jendela kamar untuk turun ke bawah.
Aluna memegang erat kain itu, hingga akhirnya ia sampai di halaman belakang rumah.
Aluna melihat ke sekelilingnya.
Ia melangkah dengan sangat hati-hati, jangan sampai ia ketahuan.
Aluna melangkah ke pagar belakang.
Aluna tersenyum saat melihat ketinggian pagar itu.
Ia pikir, ia mampu memanjatnya walau dirinya saat ini sedang memakai gaun.
Aluna perlahan memanjat pagar itu hingga dirinya berhasil keluar.
Senyuman Aluna semakin merekah.
Akhirnya ia berhasil keluar dari rumah.
Ia kemudian langsung meninggalkan area rumahnya untuk mencari taksi yang akan mengantarnya ke rumah Axel.
Aluna mulai merasa kedinginan.
Tubuhnya juga sudah basah kuyup.
Beberapa saat kemudian, taksi datang dari kejauhan.
Aluna menghentikan taksi itu dan kemudian masuk ke dalamnya.
Aluna menghusap-husap tubuhnya yang kebasahan.
Dirinya mulai menggigil akibat kedinginan.
Aluna akhirnya sampai di area rumah Axel.
Ia kemudian berjalan memasuki gang sempit yang cukup gelap.
Walaupun Aluna sangat takut dengan kegelapan, Aluna berusaha memberanikan dirinya.
Ia melangkahkan kakinya dengan cepat.
Aluna menghembuskan napas lega. Ia berdiri di depan rumah Axel dengan keadaan baik-baik saja.
"Kak Axe..." panggil Aluna.
Aluna tidak melihat seorangpun keluar dari dalam rumah.
"Kak Axe..." panggil Aluna lagi.
Axel langsung membuka matanya saat mendengar suara yang mirip dengan suara Aluna dari luar.
Axel melihat ke arah Neneknya yang masih tidur, ia memperbaiki selimut Neneknya dan kemudian memeriksa ke luar rumah.
Axel begitu terkejut saat melihat Aluna berdiri di depan gerbang dengan kondisi basah kuyup.
"Aluna...."
Axel langsung membuka gerbang rumah dan menghampiri Aluna yang menggigil kedinginan.
"Luna, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Kak aku..."
"Masuklah Luna, Kakak takut kamu akan sakit.
Axel menggenggam tangan Aluna dan
menariknya ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah,
"Sebentar, Kakak akan mengambilkanmu handuk dan baju ganti."
Aluna menganggukkan kepalanya.
Tidak menunggu waktu lama, Axel datang dengan membawa handuk dan baju ganti di tangannya.
"Masuklah ke dalam kamar Kakak. Kakak akan menunggumu di luar.
"Baik Kak."
Aluna masuk ke dalam kamar Axel untuk mengganti gaunnya.
Sementara Axel pergi ke dapur untuk membuat teh hangat untuk Aluna.
Setelah selesai mengganti bajunya, Aluna duduk di ranjang Axel.
Ia teringat dengan wajah Axel yang tampak lebam serta bewarna kebiruan.
(Apa Mami yang melakukannya?)
Sekilas tentang pernyataan Alda pada waktu itu terlintas di pikiran Aluna.
Tiba-tiba, Axel mengetuk pintu kamar dan kemudian masuk setelah mendapat izin darinya.
Aluna membawa teh hangat di tangannya.
"Minumlah teh hangat ini Luna. Ini akan membantu untuk menghangatkan tubuhmu."
Axel meletakkan teh hangat itu ke atas meja.
Aluna berdiri dan kemudian mendekat pada Axel.
Ia perlahan memegang pipi Axel yang lebam.
"Izinkan aku untuk mengobatinya Kak."
"Hem.." ucap Axel.
Aluna langsung mengambil kotak obat yang juga berada di atas meja.
Mereka berdua duduk di tepi ranjang.
Aluna sedang mengobati wajah Axel yang lebam.
Perasaan bersalah mulai menyelimuti Aluna karena Maminya sendiri yang melakukan ini semua pada Axel.
Aluna menghentikan kegiatannya.
Matanya menyorotkan kesedihan.
"Ada apa Luna?"
Axel melihat kesedihan di mata Aluna.
"Maafkan aku Kak.
Mami telah membuat Kakak terluka."
Aluna meneteskan air matanya.
"Siapa yang mengatakan padamu bahwa Bibi Alda yang melakukan ini padaku Luna?"
Axel tersenyum pada Aluna.
"Kakak terjatuh kemarin, dan akibatnya wajah Kakak menjadi seperti ini." bohong Axel.
Aluna tahu apa alasan Axel berbohong padanya. Pria itu pasti tidak ingin dirinya khawatir.
Sebegitu cintakah Pria itu padanya, hingga lebih mengkhawatirkannya dibandingkan dirinya sendiri?
Aluna menatap wajah Axel sebentar dan kemudian mencium bibir Axel.
Bibir mereka saling menempel.
Axel cukup terkejut menerima ciuman dari Aluna.
Aluna mendekatkan tubuhnya pada Axel dan perlahan mengecup bibir Axel.
Aluna kemudian menghentikan ciumannya setelah menyadari tidak ada respon dari Axel.
Aluna menatap wajah Axel dengan kening yang masih saling terpaut satu sama lain.
"Aku sangat mencintaimu Kak."
Setelah mendengar ungkapan Aluna padanya, Axel langsung mencium bibir Aluna.
Ia melumat bibir Aluna dengan lembut.
Perlahan Aluna mulai menautkan kedua tangannya ke leher Axel.
Tubuh mereka semakin dekat satu sama lain dan semakin lama semakin intim.
Tidak ingin Aluna kehabisan napas, Axel melepaskan ciumannya.
Mata mereka saling bertatapan.
Ini adalah ciuman pertama mereka setelah lama berpacaran.
"Sentuh aku Kak." ucap Aluna.
Aluna sungguh tidak sanggup untuk berpisah dengan Axel.
Selamanya hati dan tubuhnya hanyalah milik Axel seorang.
"Tidak, aku tidak akan melakukannya sebelum kita menikah Aluna."
Axel kemudian memegang lembut pipi Aluna.
"Kakak sangat mencintaimu Luna. Jika sekarang aku menyentuhmu, itu artinya aku menodai cintaku padamu."
Aluna langsung memeluk tubuh Axel dengan erat. Axel adalah Pria yang sangat menghargainya.
"Katakan pada Kakak, apa yang membuatmu datang malam-malam begini?
"Hem..
Sebenarnya aku kabur dari rumah Kak."
"Kamu kabur dari rumah?"
Aluna menganggukkan kepalanya.
"Mengapa kamu kabur dari rumah, hem?"
"Mama mengunciku di kamar selama berhari-hari Kak. Ia mengambil handphoneku dan bahkan melarangku pergi ke kampus hanya untuk menjauhkanku dari Kakak.
Aku berpikir kabur dari rumah adalah jalan yang tepat."
"Luna, Kakak tahu kamu tidak ingin berpisah dengan Kakak, begitu juga dengan Kakak.
Tapi, kabur dari rumah adalah tindakan yang salah sayang. Dengan kabur malah semakin membuat Bibi tidak menyetujui hubungan kita."
Axel tersenyum.
"Besok pagi, Kakak akan mengantarmu kembali ke rumah. Kakak akan meminta maaf pada Tante dan mencoba membicarakan tentang hubungan kita.
Kamu mau kan Luna?"
"Aku mau Kak."
"Baiklah sayang.
Sekarang, waktunya untuk tidur, hem?"
Aluna tersenyum dan kemudian berbaring di ranjang.
Axel menaikkan selimut ke tubuhnya.
"Tidurlah sayang, mimpi yang indah."
"Mimpi indah juga Kak."
Axel mengecup kening Aluna dengan lembut dan setelah itu keluar dari kamarnya.
Setelah keluar dari kamarnya, Axel menghembuskan napas lega.
Bersyukur ia bisa mengontrol dirinya tadi.
Kalau tidak, bisa-bisa ia akan menyentuh Aluna.
Ciuman itu adalah ciuman pertamanya dengan Aluna. Dan itu cukup membuat tubuhnya menginginkan Luna.
Namun ia akan tetap memegang teguh pendiriannya, bahwa ia hanya akan menyentuh Aluna setelah mereka menikah.
Baginya, hubungan tidak terjalin karena nafsu belaka melainkan terjalin karena cinta yang didasari dengan komitmen untuk saling menjaga satu sama lain.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Fiorenz
good axel km laki2 idaman
2021-02-19
0
Edonajov Bangngu Riwu
Exel laki2 idola biar miskin harta tapi bijak💜
2020-11-20
2
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
1001 yg macem axel... aq jg mau donk klo ada d dunia nyata😆
2020-11-20
1