Pagi-pagi benar, Axel mengantar Aluna pulang ke rumahnya.
Sesampainya di depan gerbang rumah Aluna, Axel menggenggam erat tangan Aluna.
Apapun yang akan dikatakan Alda nanti, ia akan menerimanya.
Demi cinta mereka.
Para penjaga membuka gerbang saat melihat Aluna sudah kembali.
Axel dan Aluna melewati para penjaga dan kemudian masuk dalam rumah.
Mereka berdua melihat Alda sedang duduk sofa ruang tamu sambil membaca koran di tangannya.
Tampaknya Alda belum menyadari kehadiran mereka.
"Mami.." ucap Aluna.
Alda seketika melihat ke arah mereka.
Alda kemudian meletakkan korannya di atas meja dan kemudian kembali melihat ke arah mereka.
Alda menatap tangan Axel dan tangan Aluna yang saling bertautan dan kemudian tersenyum.
"Kalian berdua duduklah.
Tidak baik jika kalian berlama-lama berdiri seperti itu."
Aluna menatap Axel.
Ia terkejut dengan respon yang diberikan oleh Alda pada mereka.
Bukannya seharusnya Alda marah besar pada mereka?
Axel kemudian menarik tangannya untuk duduk di sofa yang berada di hadapan Alda.
"Mami senang kamu pulang Aluna.
Terima kasih telah mengantarnya pulang."
Alda tersenyum manis pada Axel.
Hal itu sangat jarang terjadi, pikir Aluna di dalam hati.
"Bibi, sebelumnya saya minta maaf. Saya yang membuat Aluna kabur dari rumah.
Lain kali, saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi Tante."
"Oh, lupakan Axel.
Bibi juga sudah memaafkan Aluna.
Bibi begitu mengenal Aluna. Dia melakukan itu karena ia sangat mencintaimu.
Bibi yang salah karena berusaha untuk memisahkan kalian.
Bibi minta maaf juga padamu atas semua perlakuan kasar yang telah Tante lakukan selama ini."
"Aluna, maafkan Mami yang selalu memaksa kamu untuk berpisah dengan Axel. Mami sadar kalau selama ini Mami egois dan tidak menghargai perasaan kamu.
Sekarang, Mami menyetujui hubungan kalian berdua."
Axel dan Aluna sangat terkejut dengan pernyataan Alda barusan.
"Mami benar-benar merestui hubungan kami?"
"Iya sayang. Kamu Putri Mami satu-satunya. Mami tidak ingin kehilangan kamu."
Aluna langsung berdiri dan berhambur ke pelukan Alda.
"Terima kasih banyak Mi.
Aluna sangat bahagia. Aluna sayang Mami."
Alda mengelus punggung Aluna dengan lembut.
"Sama-sama sayang. Kebahagiaan kamu adalah yang terpenting untuk Mami."
Aluna melepaskan pelukannya.
Ia kemudian tersenyum mengembang pada Axel. Akhirnya apa yang mereka harapkan selama ini terwujud.
Tidak, bahkan ini terlalu cepat dari apa yang mereka harapkan.
"Axel, tolong jaga Aluna ya.
Tante begitu mempercayakan Aluna padamu.
Jangan pernah sakiti dia."
"Baik Bibi. Axel akan selalu menjaga Aluna.
Bibi tidak perlu khawatir."
Aluna kembali memeluk Alda.
"Sekali lagi, terima kasih banyak Ma."
"Iya, iya sayang. Mami melakukannya karna Mami begitu menyayangimu Aluna."
"Aluna juga sangat menyayangi Mami."
--
Aluna mengantar Axel ke depan gerbang.
Axel menatap raut kebahagiaan di wajah Aluna.
"Kamu begitu bahagia sayang?"
Aluna menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Sangat Kak. Aku sangat sangat sangat bahagia saat ini. Apa yang kita harapkan selama ini akhirnya terwujud. Aku sempat tidak menyangka Mami akan menyetujui hubungan kita.
Tapi aku pikir, Mami mungkin sudah menyadari bahwa kita berdua saling mencintai dan kebahagiaanku hanya bersama Kakak."
"Aku juga begitu bahagia Luna.
Syukurlah Bibi menyetujui hubungan kita.
Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir lagi ataupun sembunyi-sembunyi seperti dulu."
"Iya Kak."
Aluna melangkahkan kakinya, mendekat pada Axel.
Ia kemudian mengalungkan kedua tangannya pada leher Axel.
"Aku ingin segera menikah dengan Kakak."
"Benarkah?"
"Hem..
Bahkan aku ingin segera memiliki anak.
Aku ingin memiliki anak yang menggemaskan."
"Dasar Gadis nakal!"
Aluna tersenyum geli.
"Oh ya, mulai besok Kakak harus mengantarku pergi ke kampus."
"Baiklah sayang."
Aluna kemudian memeluk Axel dengan erat.
"Aku begitu bahagia Kak.
Aku masih belum yakin jika ini benar-benar terjadi."
Axel tersenyum di balik punggung Aluna.
"Tuhan mengabulkan doa kita selama ini sayang.
Bersyukurlah karena Tuhan begitu baik pada kita."
"Iya Kak, Kakak benar."
Tanpa mereka sadari, Alda melihat mereka berdua dari dalam rumah.
Alda bisa melihat kebahagiaan pada dua orang itu.
Hal itu membuatnya juga ikut tersenyum.
Namun ada makna berbeda dibalik senyuman yang ia berikan.
Senyuman yang mengisyaratkan bahwa apa yang sedang ia rencanakan saat ini perlahan membuahkan hasil.
"Apa perlu saya memantau mereka seperti biasanya Boss?"
"Tidak perlu. Untuk sementara, biarkan saja dulu seperti ini. Jangan sampai mereka berdua curiga.
Bersikaplah seolah-olah saya memang benar-benar menyetujui hubungan mereka."
"Baik Boss."
Kali ini Alda tidak akan bertindak gegabah agar rencananya berhasil.
Kepercayaan yang dimiliki oleh Aluna dan Axel adalah kunci utama dari rencananya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Edonajov Bangngu Riwu
ibu macam apa seperti itu, kebahagiaan tidak semata karena uang dan harta yang berlimpah, tapi kedamian hidup
2020-11-20
1