Axel sedari tadi hanya memandangi handphonenya, menunggu Aluna membalas pesannya ataupun menelponnya.
Ia sudah beberapa kali menelpon Aluna, namun Gadis itu sama sekali tidak menjawab panggilannya. Bahkan pesannya juga tidak dibalas.
Perasaan Axel menjadi khawatir.
Tidak biasanya Aluna seperti ini.
Apa jangan-jangan Alda juga melakukan sesuatu yang buruk pada Aluna?
Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Alda boleh saja menyakitinya, tapi jangan pernah menyakiti Aluna.
Lebih baik hanya dirinya yang terluka.
Keesokan harinya,
Aluna bangun pagi-pagi sekali.
Ia berpikir Alda akan berubah pikiran dan akhirnya membiarkannya keluar dari kamar.
Namun hasilnya nihil.
Saat ia membuka pintu kamarnya, pintu masih saja terkunci.
Apa selamanya ia akan terkunci di dalam.kamar layaknya seorang yang terpenjara?
Yang benar saja.
Ia tidak akan mampu menjalani hidupnya jika terus seperti ini.
Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Tiba-tiba suara langkah kaki seseorang terdengar dari luar kamarnya.
Orang itu kedengarannya akan membuka pintu kamarnya.
Aluna melihat ke arah pintu kamarnya.
Siapa yang akan masuk ke dalam kamarnya?
Pintu terbuka, menampilkan 2 orang pembantunya.
Salah satu pembantunya membawa makanan di tangannya, sementara yang satunya membawa gaun beserta sepatu.
Aluna mulai bertanya-tanya.
Mengapa pembantunya membawa gaun dan sepatu ke kamarnya?
"Bi..
Mengapa Bibi membawa gaun dan sepatu itu ke kamarku?"
"Nyonya hanya mengatakan kepada saya untuk membawa gaun dan sepatu ini Nona. Nyonya tidak mengatakan yang lain.
"Mami? Apa lagi tujuan Mami melakukan ini?"
Setelah meletakkan gaun sepatu beserta makanan itu, para pembantunya kemudian pergi dari kamar Aluna dan para penjaga kembali mengunci kamarnya.
Aluna kemudian teringat dengan Axel.
Pria itu pasti sedang mencarinya saat ini mengingat dia yang tidak memberi kabar mulai dari kemarin.
Aluna meremas kedua tangannya.
"Apa yang harus aku lakukan saat ini? Kak Axel pasti bgitu khawatir padaku."
--
Alda tersenyum saat membaca yang barusan ia terima.
Pesan yang berasal dari Pria muda kaya raya yang akan menjadi Menantunya.
Russel nama Pria itu.
Russel adalah Pengusaha Properti ternama yang begitu sukses.
Di usia yang masih muda, ia sudah memiliki harta dan kekayaan yang melimpah, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Jadi tidak ada alasan bagi Alda untuk menolak lamaran Pria itu pada Aluna.
Russel juga begitu tergila-gila pada Aluna dan ingin segera menikahinya.
Menurut Russel, usia 27 tahun sudah matang untuk menikah.
Walaupun usia Aluna yang 5 tahun lebih muda darinya masih terbilang belia untuk menikah.
Malam ini, Russel akan datang mengunjungi mereka.
Mereka akan malam bersama di rumah sekaligus membicarakan rencana pernikahannya dengan Aluna.
Alda begitu bahagia tentunya.
Memiliki Menantu seperti Russel adalah harapannya selama ini. Dan harapannya itu akan segera terkabul.
Itu artinya, harta dan kekayaannya juga akan bertambah berkali kali lipat.
Sepanjang hidupnya ia akan merasakan kebahagiaan yang tidak akan pernah habis.
Bagaimanapun, pernikahan itu harus terjadi walaupun Aluna pasti menolak nantinya.
Ia akan melakukan segala cara agar Aluna mau menyetujuinya.
--
Aluna terbangun dari tidurnya, saat mendengar pintu kamarnya kembali terbuka.
Ia keluar dari tempat tidur dan melihat Maminya masuk bersama orang asing kali ini.
"Mandilah, dan segera bersiap-siap Luna.
Sarah akan mendandanimu. Setelah selesai, kamu boleh keluar dari kamar. Mami akan menunggumu di luar tamu."
Aluna menatap Alda dengan tatapan heran.
"Kali ini apa yang sedang Mami rencanakan padaku? Untuk apa aku berdandan dan memakai gaun itu?"
"Jangan membantah Luna.
Malam ini kamu harus berdandan cantik karena ada makan malam penting yang akan kita lakukan nanti.
Jadi jangan sampai kamu mengacau lagi. Mami tidak akan segan-segan untuk menguncimu seumur hidup di dalam kamar."
Alda langsung pergi meninggalkan Aluma yang masih ingin meminta penjelasan darinya.
Aluna hanya mematung di tempatnya.
Ia berharap tidak ada sesuatu yang buruk terjadi malam ini.
Beberapa menit kemudian, Aluna selesai berdandan.
"Nona sangat cantik."
Aluna hanya diam dan tidak menghiraukan pujian Perias itu.
Ia tidak peduli dengan penampilannya saat ini.
Pikiran dan hatinya saat ini hanya tertuju pada seseorang yang begitu dirindukannya.
"Saya akan mengantar Nona keluar kamar."
Lagi-lagi, Aluna hanya diam dan mengikuti langkah Perias itu yang akan keluar dari kamarnya yang sudah terbuka.
Aluna melewati 3 orang penjaga yang masih berdiri di depan kamarnya.
Ia perlahan menuruni satu per satu anak tangga dengan kepala menunduk.
Hingga akhirnya Aluna tidak menyadari tatapan seorang Pria yang saat ini terlihat begitu memujanya.
Russel berdiri dari tempat duduknya.
Ia begitu senang melihat Aluna datang dengan penampilan yang terlihat begitu cantik.
Walau dengan kepala yang menunduk, gadis itu mampu membuatnya terpesona.
Benar-benar indah, pikirnya.
Aluna sudah berdiri di hadapan Alda dan Russel namun ia masih menundukkan kepalanya.
"Aluna, berapa lama lagi kamu akan menundukkan kepalamu seperti itu? Itu sangat tidak sopan sayang."
"Tidak apa-apa Bibi. Walau dengan kepala menunduk seperti itu, Aluna mampu membuatku terpesona."
Mendengar suara asing itu, Aluna langsung menaikkan kepalanya dan menatap wajah Pria yang sedang berada di hadapannya.
Siapa dia? tanya Aluna di dalam hati.
Russel tersenyum.
Aluna ternyata lebih cantik dari apa yang ia pikirkan selama ini bahkan barusan, saat gadis itu menundukkan kepalanya.
"Bagaimana menurutmu penampilan Aluna malam ini Russel?"
Russel menatap Aluna dengan tatapan memuja.
"Sangat-sangat menawan Bibi.
Aku beruntung bisa bertemu dengannya."
Alda tersenyum puas.
Sementara Aluna masih menatap Pria itu dengan tatapan heran.
Pria itu kemudian mengulurkan tangannya padanya.
"Aku Russel, senang bertemu denganmu Aluna. Aku harap secepatnya kita bisa menjalin hubungan yang serius."
Bukannya membalas uluran ataupun ucapan Russel, Aluna malah memberikan tatapan marah pada Pria itu.
"Apa maksudmu?" tanya Aluna dengan menaikkan suranya.
Melihat tingkah Aluna, Alda langsung mendekati keduanya.
"Makanan sudah dihidangkan. Bagaimana jika kita makan malam terlebih dahulu?"
Russel tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Matanya masih menatap wajah cantik itu.
Sungguh, ia tidak bisa memalingkan tatapannya ke arah lain.
Mereka bertiga makan malam di meja makan.
Dari tadi Aluna tidak berniat membuka suara.
Ia hanya membiarkan pria asing itu berbicara dengan Alda.
"Bagaimana perkuliahanmu Aluna? Apakah lancar?"
Aluna tidak menjawab pertanyaan Russel, ia tetap melanjutkan makannya.
Alda menatap Aluna dengan tatapan kesal dan kemudian tersenyum pada Russel.
"Aluna tidak suka membicarakan perkuliahannya Russel. Menurutnya perkuliahan begitu membosankan."
"Benarkah? Aku juga dulu berpikiran seperti itu. Kita ternyata memiliki kesamaan Aluna."
Alda tersenyum.
Sebenarnya ia mengatakan hal itu pada Russel, bermaksud agar Russel berpikir bahwa Aluna sudah siap menikah dengannya.
Aluna melihat ke arah Alda yang sedang menatapnya dengan tajam.
Maminya itu memang begitu pandai dalam berbohong.
Setelah selesai makan malam, mereka duduk di ruang tamu.
"Aluna, kamu pasti sudah mengetahui dengan pasti apa maksud dan tujuanku datang ke sini."
Aluna tidak mengerti dengan perkataan Russel barusan. Ia menatap Alda yang sedang tersenyum pura-pura padanya.
"Pertama, aku ingin bertemu denganmu.
Karna dari awal aku sudah menyukaimu Aluna."
Aluna membelalakkan matanya.
Apa sebenarnya maksud ucapan Pria itu?
Menyukainya?
Bagaimanan mungkin?
Mereka baru pertama kali bertemu hari ini.
"Secepatnya aku akan membawa keluargaku untuk melamarmu Aluna."
Alda tersenyum puas.
Bahkan ini terlihat lebih baik dari apa yang dipikirkannya kemarin.
Lain halnya dengan Aluna, yang begitu terkejut dengan kata "melamar" yang diucapkan Pria itu.
Aluna begitu tidak menyukainya.
Ia langsung berdiri.
"Aku tidak akan menerima lamaranmu."
Russel kemudian ikut berdiri.
Itu artinya Aluna menolaknya.
"Aku sudah memiliki Kekasih. Aku mencintainya dan aku hanya akan menikah dengannya. Kau sepertinya salah paham."
Aluna melihat ke arah Alda.
"Aluna!" ucap Alda pada Aluna.
"Aku tidak bisa mencintai pria lain selain Kak Axel Mi.
Aku hanya mencintainya, dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya!"
Alda begitu emosi. Ia berdiri dan langsung menampar pipi Aluna.
"Berani-beraninya kamu mengatakan hal itu Aluna!"
Aluna memegang pipinya yang sedikit perih.
Ia tidak menyangka Alda berbuat kasar padanya.
"Ya, aku akan terus mengatakannya sampai Mami berhenti untuk memisahkan aku dengan Kak Axel."
Aluna kemudian pergi meninggalkan Russel dan Alda.
"Aluna..
Mami belum selesai berbicara!"
"Sudahlah Bibi. Biarkan Aluna sendiri.
Dia pasti memerlukan waktu untuk mencerna semuanya."
"Tapi Russel, apa kamu...."
"Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Aluna Bibi."
Alda memandang Russel dengan tatapan penuh tanya.
Ia pikir Russel akan membatalkan lamarannya.
"Aku akan melakukan cara apapun agar Aluna mau menikah denganku."
"Bibi mengerti maksudku kan? "
Alda tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Bagus..
Itu artinya bukan hanya dirinya saja yang akan memisahkan Aluna dari Axel, tapi Russel juga sedang berada di pihaknya sekarang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Bunda Ranum AT
kok makin kesini like nya makin berkurang...??
ceritanya bagus loh
2021-01-12
1
𝐒𝐓𝐄𝐂𝐔 𝐒𝐓𝐄𝐂𝐔😙
up donk thor
2020-03-15
2
𝐒𝐓𝐄𝐂𝐔 𝐒𝐓𝐄𝐂𝐔😙
up donk thor
2020-03-15
1