SAHABAT KECIL

Melihat adegan dewasa layak drama korea, si kembar langsung tertawa malu sambil menutup wajah dengan kedua tanganya.

Sedangkan Erick yang tak pernah menduga mendapat serangan dadakan dari Alexa, dirinya hanya bisa diam mematung tanpa melakukan perlawanan.

Alexa yang telah sadar dengan apa yang di lakukanya, kini dirinya terlihat salah tingkah di depan Erick.

"Maaf, maafkan aku, Erick. Aku tadi benar benar terbawa suasana." ucap Alexa dengan rasa malu sambil menggigit gigit kecil bibirnya.

"I ya, lupakan saja. O ya, bisakah aku titip kedua putriku sebentar saja?" tanya Erick sekaligus menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

"Tentu saja, memangnya kau mau kemana?" tanya Alexa yang melihat gelagat gugup pada diri Erick.

"Aku ada sedikit keperluan sebentar." jawab Erick sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Baiklah, kalau begitu." Alexa mengangguk memandang ke arah Erick.

Erick menghampiri kedua putrinya yang kini duduk di tempat tidur Alexa.

"Kalian berdua disini dulu ya, Papa ada perlu sebentar. Papa janji, nanti Papa kesini bawa Ice cream buat kalian." ucap Erick sambil mengusap kepala kedua putrinya.

"Cik ..cik, eskim." celoteh si kembar yang membuat Alexa makin gemas di buatnya.

"Aku pergi dulu, nona." Erick melangkah ke arah pintu ruangan Alexa.

Namun, baru saja Erick memegang handle pintunya. Erick tiba tiba menghentikan langkah setelah mendengar Alexa memanggilnya.

Erick berbalik dan memandang ke arah Alexa yang sedang memeluk kedua putri cantiknya.

"Ada apa, Nona?" tanya Erick.

Alexa menggelengkan kepala memandang ke arah Erick.

"Tidak apa apa, hati hatilah di jalan." ucap Alexa yang kini beralih memandang kedua putri cantik Erick.

"I ya, nona." Erick mengangguk dan melanjutkan kembali langkahnya.

Tak berselang lama setelah kepergian Erick, Alexa kini terlihat bermain dan bercanda riang bersama si kembar.

Setelah lelah dengan mainya, terlihat si kembar akan menangis karena kehausan.

"Kalian kenapa?, kenapa wajah kalian terlihat bersedih?" tanya Alexa yang belum memahami kebiasaan si kembar.

"Mamama ... mimi." ucap si kembar pada Alexa.

"Ouwh, mama tahu. Kalian pasti lelah dan haus tapi ...," Alexa terlihat sedikit berpikir.

Namun sayang, tiba tiba saja si kembar menangis kencang sambil memukul mukul kecil bahu Alexa meminta susu.

Di tengah kebingunganya, Alexa turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah pintu ruangan dan menguncinya.

Alexa kembali melangkah menghampiri kedua putri Erick sambil membuka kancing bajunya.

"Sayang, kalian mimi ini saja dulu ya. Soalnya Papa sedang beli susu sebentar." ucap Alexa, seraya menodongkan kedua bukit kembarnya pada kedua putri cantik Erick.

Si kembar yang sudah merasa haus tak tertahankan, mereka langsung menempelkan kedua mulut kecil meraka pada puncak bukit milik Alexa.

Mereka dengan rakus menghisap kedua puncak bukit Alexa hingga membuatnya melenguh.

"Pelan pelan sayang." ucap Alexa sambil mengusap kepala si kembar.

Si kembar melepas mulutnya kecil dari puncak bukit milik Alexa.

"Kenapa kalian berhenti, bukankah kalian haus?" tanya Alexa dengan yang tidak sadar akan tak ada Asi yang tersimpan pada kedua bukit kembarnya.

Si kembar kembali menangis kencang dan membuat Alexa bersedih.

Terlihat wajah cemas bercampur gelisah melihat kedua putri Erick yang menangis kehausan.

Tuhan, aku mohon. Berikanlah keajaiban pada hambamu yang sedang benar benar di rudung sedih ini.

Alexa menangis dan mencoba menggelang gelang kedua bukit kembarnya, berharap sebuah keajaiban datang pada dirinya.

Namun sayang, semuanya nihil. Hingga Alexa memutuskan turun dari tempat tidur untuk sekedar mengambil air minum dan akan memberikanya pada kedua putri kecil Erick.

Namun di saat menuang air minumnya ke dalam gelas, Alexa tiba tiba merasakan rasa sesak dan sakit sekali pada dadanya.

Dan kedua bukit kembarnya kini terlihat membengkak, seperti seorang Ibu menyusui yang belum mengeluarkan Asinya.

"Kenapa rasanya seperti akan meledak seperti ini." guman Alexa pada dirinya.

Alexa kembali duduk di tempat tidur menemani si kembar yang masih menangis kehausan.

Charisa melihat pucuk bukit Alexa meneteskan Asi, dirinya kembali mencoba menempelkan mulutnya pada pucuk bukit milik Alexa tersebut.

Dan Maysha pun mengikuti saudaranya menempelkan mulut kecil pada pucuk bukit Alexa.

Mereka berdua berlomba lomba dengan rakusnya menghisap Asi yang mengalir deras dari kedua bukit kembar Alexa.

"Sayang, pelan pelan. Tak akan ada yang mencurinya dari kalian." Alexa kini bisa tersenyum melihat kedua malaikat kecilnya yang berhenti menangis.

Rasa sakit akibat pembengkakan pada kedua dada Alexa berangsur menghilang, seiring dengan si kembar yang lahap dan rakus menikmati Asinya.

Puas dalam menikmati Asi segarnya, kini si kembar terlihat lelah dan mengantuk. Dan Alexa terlihat menyanyikan sebuah lagu yang mengantarkan mereka tertidur sambil kembali mengancingkan benik pada bajunya.

Sementara Erick, setelah lama mengantri di bagian apotek. Kini bagian dirinya yang melangkah maju.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya apoteker pada Erick.

"Tunggu sebentar." Erick mengeluarkan beberapa wadah obat milik Surono dan memberikanya pada apoteker tersebut.

"Bisakah saya mendapatkan obat tersebut, sahabat saya benar benar membutuhkanya." tanya Erick.

Petugas apoteker tersebut terdiam dan memandang heran ke arah Erick.

"Maaf, Pak. Kami tidak bisa memberikan obat ini tanpa resep dari Dokter terlebih dahulu." jawab apoteker tersebut.

"Kenapa tidak bisa, apakah karena harganya mahal. tenang saja, aku akan membayarnya berapa pun itu." ucap Erick yang belum mengerti dengan obat apa yang ia maksud.

Petugas apoteker menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Sekarang saya tanya, apakah Bapak tahu obat apa ini?" petugas itu menunjukan nama obat yang tertera pada wadah pada Erick.

"Tidak," Erick menggelenngka kepalanya.

"Pak, ini adalah obat kangker. Jadi sebagai petugas, kami tidak bisa asal memberikan obat ini tanpa resep dan petunjuk Dokter." jelas petugas apoteker tersebut.

Erick tercengang tak mempercayai apa yang baru saja di dengarnya.

Erick terlihat mengambil kembali semua wadah obatnya dengan wajah yang kini makin bersedih.

"Terima kasih, maafkan saya yang bodoh dan tidak mengetahui apa apa ini." Erick meneteskan air mata dan melangkah pergi dari tempat apoteker tersebut.

Petugas apoteker itu hanya terdiam melihat Erick yang terus menjauh dari dirinya.

"Hei, kenapa orang itu tiba tiba pergi dengan keadaan bersedih seperti itu?" tanya salah satu petugas apoteker itu pada temanya yang tadi berbicara dengan Erick.

"Entahlah, sepertinya dia kaget setelah mengetahui penyakit yang di derita sahabatnya itu." jawab si petugas itu pada temanya.

"Apa kau sengaja memberitahunya?" tanya lagi teman si apoteker tersebut.

"Tidak, aku hanya memberi tahu, bahwa obat yang dia minta untuk sahabatnya itu adalah obat kangker, hanya itu saja." jawab si petugas apoteker yang tadi melayani Erick.

"Ouwh, ya sudah ayo. Kita istirahat dulu. Sudah saatnya jam makan siang hari ini." ajak teman si petugas apoteker tersebut.

Sementara, Erick masih terlihat melangkah gontai tak berarah, dirinya benar benar terpukul setelah mengetahui keadaan sebenarnya yang menimpa sahabat terbaiknya itu.

Di sisi lain, terlihat seorang Dokter tampan dan masih muda bernama Narendra, sedang menikmati segelas kopi hangatnya di sebuah Caffe yang jaraknya tak jauh dari rumah sakit tempat Alexa di rawat.

"Daren ...," panggil Narendra yang tak sengaja melihat Erick dari dalam Caffe.

Narendra bangun dari duduk dan segera membayar kopinya pada kasir.

Narendra berlari keluar Caffe mengejar Erick yang masih terlihat berjalan dengan tatapan kosong.

"Daren." panggil lagi Dokter tersebut namun Erick tidak mendengarnya.

Hingga jarak antara Narendra dan Erick begitu dekat, Narendra langsung merangkul Erick dari samping.

"Daren, sombong sekali kau sekarang padaku." ucap Narendra dengan tangan merangkul erat di pundak Erick.

Erick yang baru sadar bahwa dirinya lah yang di maksud tersebut, dirinya hanya bisa tersenyum kecil terpaksa.

"Maaf, namaku Erick. mungkin anda salah orang." ucap Erick, seraya melepaslan tangan Narendra dari pundaknya.

Narendra menangkup wajah Erick dengan kedua tanganya.

"Tidak, aku tidak mungkin salah orang." Narendra menatap kedua bola mata Erick.

Erick melogok saku celana dan mengeluarkan KTP dari dalam dompetnya.

"Kau bisa lihat itu, disitu namaku tercantum Erick. Bagaimana bisa namaku menjadi Daren." jawab Erick menegaskan jawabanya.

Narendra hanya tertawa melihat Erick yang mencoba membuktikan dirinya bukan Narendra

"Kenapa kau tertawa?" tanya Erick yang heran.

Narendra memegang pundak Erick dan menggelengkan kepalanya.

"Orang lain mungkin bisa kau bohongi, tapi maaf. Kau tak akan pernah bisa membohongi sahabat dari kecilmu ini." jawab Narendra seraya langsung memeluk Erick tanpa aba aba.

Terpopuler

Comments

zahra😘

zahra😘

up

2021-09-27

0

💀☠ 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒊𝒏𝒂 🍭🌶

💀☠ 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒊𝒏𝒂 🍭🌶

up up up

2021-09-26

1

🌜ken👻

🌜ken👻

semangat bang👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍🤭

2021-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!