LULUH

"Alexa, jawab Papa!" Alexander memandang ke arah Alexa yang terus bermain dengan si kembar.

Alexa merasa terganggu dengan suara Alexander yang kini membuat dirinya merasa tak nyaman.

"Ayo sayang udahan dulu mainya." Alexa menurunkan si kembar dari tempat tidur.

"Kau mau kemana, Alexa?" Alexander melihat Alexa melangkah menuntun kedua anak kecil itu.

"Apakah aku perlu menjawabnya?" jawab Alexa dengan nada dinginya.

Sementara, di luar rumah Erick terlihat masih harap harap cemas. sesekali ia mengintip lewat kaca rumah depan dan sampingnya.

"Kemana Tuan yang tadi itu, apa mungkin dia membohongiku?" Erick menggaruk garuk kepalanya merasa pusing.

Di sela sela rasa pusingnya, tiba tiba handphone Erick berdering, dan Erick dengan cepat melogok saku celana dan mengeluarkan ponselnya.

"Bu sapta." gumam Erick sambil memandang ke layar ponselnya.

Bagaimana ini?, jika aku menjawab panggilanya. Pasti beliau menanyakan posisiku dimana, dan mana si kembar?

"Ah, sial. Mengapa bisa jadi begini?" Erick terus mengacak ngacak rambutnya.

Beberapa kali Bu sapta memanggil Ericl dengan handphonenya, akan tetapi Erick terus mengabaikanya.

Sementara di rumah sakit, Surono sudah terlihat lelah menunggu Erick, yang sudah 2 jam lewat belum juga terlihat batang hidungnya.

"Bagaimana, Bu. Erick masih belum menjawab panggilan dari Ibu?" tanya Surono.

"I ya, tapi kok perasaan Ibu kenapa tiba tiba menjadi tidak enak. Apa jangan jangan terjadi sesuatu pada Erick?" Bu sapta menatap cemas pada Surono.

"Sudah, Bu. Tidak usah berpikiran macam macam, mungkin Erick sedang repot mengurus si kembar yang terkadang rewel dan manja." Surono mencoba menenangkan Bu Sapta.

"Semoga saja semua perkataanmu benar, Suro." Bu Sapta memasukan kembali handphonenya ke dalam tas.

Erick yang merasa jengah dengan keadaan yang membuatnya pusing tujuh keliling, kini dirinya terlihat menekan nekan bel rumah Alexander, berharap sang pemilik rumah datang menemuinya.

"Kenapa mereka tak membuka pintunya?" Erick terus menekan bel rumah.

Sementara, di dalam rumah Alexander terus mencoba merayu Alexa agar segera mengembalikan kedua anak kecil pada Erick yang sudah lama sekali menunggu di luar.

"Sayang, apa kau tidak dengar. Erick sudah menekan bel rumah kita beberapa kali." ucap Alexander yang terusvmendesak Alexa.

"Biarkan saja, Pa. Nanti juga dia merasa bosan dan pada akhirnya dia akan kembali pada komplotan pencurinya." jawab Alexa dengan santai.

"Sayang, harus berapa kali Papa katakan padamu. Erick itu bukanlah salah satu komplotan pencuri seperti apa yang kau tuduhkan." Alexander mencoba membela Erick.

Alexa mendudukan si kembar di sofa dan menghampiri Alexander yang jaraknya tak begitu jauh darinya.

"Darimana Papa bisa tahu, sedangkan Papa saja baru bertemu denganya hari ini." tanya Alexa dengan tangan yang di lipat di dadanya.

"Woy, buka pintunya!, jika tidak, jangan salahkan aku jika mendobraknya." Seru Erick dari luar rumah yang sampai terdengar di telinga Alexa dan Papanya.

"Papapa ...," Si kembar tertawa mendengar suara Erick.

"Apa kau tidak mendengar barusan apa yang di ucapkan kedua anak kembar ini." Alexander menekan Alexa.

Alexa hanya diam tak bergeming sambil memandang ke arah si kembar yang terus tertawa memanggil Papanya.

Si kembar turun dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju pintu rumah yang terus gedor gedor Erick.

Si kembar membuka tirai gorden jendela samping pintu rumah sambil tersenyum cantik.

Dan saking riangnya si kembar menggedor gedor kecil kaca jendela samping pintu rumah hingga terdengar di telinga Erick.

"Sayang, kalian tidak apa apa?, apa mereka melukaimu?" Erick jongkok dengan wajah yang di dekatkan pada kaca jendelanya.

Si kembar melihat Erick dan kini kedua anak kecil itu menghisap jempol menangis memandang Erick.

"Kenapa kalian menangis?" Erick yang kini merasa cemas.

Erick melogok saku celana dan melihat jam yang tertera di layar ponselnya.

"Ayah tahu, tunggu sebentar kalian pasti ingin minum susu. Karena sekarang sudah saatnya kalian minum Susu." Erick berlari menuju mobil dan tak berselang lama kembali membawa kaleng susu beserta dua dotnya.

Ketika Erick kembali, pintu rumah Alexander kini telah terbuka. Sehingga memudahkan Erick untuk langsung masuk tanpa meminta izin dulu.

Erick yang sudah masuk ke dalam rumah Alexander, kini dirinya langsung memeluk kedua anak kembarnya.

"Maafkan, Papa sayang. Kalian jangan menangis ya, Papa mau bikin susu sebentar." ucap Erick yang mendapat anggukan dari si kembar.

Erick bangun membawa susu kaleng beserta dotnya mencari air panas untuk menyeduhnya.

"Kenapa aku bisa lupa, ini kan bukan rumahku. Mana aku tahu dimana letak mereka menaruh termos air panasnya." Erick menggeleng jengkel pada dirinya.

Alexander yang sedari tadi memperhatikan Erick dari balik lemari besarnya, kini dirinya melangkah menghampiri Erick.

"Kau kenapa?" tanya Alexander yang baru saja datang.

"Tuan, maaf. Bisakah saya meminta sedikit air panas untuk menyeduh susu ini?" Pinta Erick sambil menunjukan kaleng susu beserta dotnya pada Alexander.

"Tentu saja, letak dapurnya berada di pojok sana." Akexander mengangguk dan menunjukan arah dapur dengan telunjuknya.

"Sekali lagi, terima kasih Tuan." Erick berlari kecil menuju dapur yang telah di tunjukan Alexander padanya.

Di dapur, Erick dengan cepat membuat dua botol susu untuk anaknya, dirinya tak mau membuat kedua anaknya yang telah haus sampai menangis.

Erick keluar dari dapur dan melangkah kembali menuju si kembar dengan tangan membawa dua dot beserta kaleng susunya.

Di ruang tamu, Erick di kagetkan dengan kenakalan kedua anaknya yang terus menjambak jambak kecil rambut Alexander yang sedang duduk di sofa dan membuat Alexa yang baru saja datang tertawa terbahak bahak.

"Sayang, kalian tidak boleh seperti itu pada kakek." ucapan itu lolos tanpa di sadari Erick dan membuat Alexander menjadi trenyuh.

Si kembar menoleh pada Erick dan melepaskan tangan kecilnya dari rambut Alexander.

Mereka turun dari sofa dan melangkah menghanpiri Erick mengambil jatah susunya masing masing.

"Maafkan, atas perlakuan nakal kedua anak saya Tuan." Erick yang merasa tidak enak.

"Sudahlah, namanya juga anak kecil." jawab Alexander.

Erick memilih duduk di lantai sambil memeluk kedua anak kecilnya yang kini terlihat duduk di kedua pahanya.

"Kalau susunya sudah habis, kita pamit pada Kakek dan mama ya." Erick mengusap kedua kepala anaknya.

Alexander dan Alexa saling beradu pandang setelah mendengar ucapan yang di katakan Erick pada anaknya.

Berat rasanya untuk Alexa melepaskana kedua anak kembar tersebut dan membiarkan mereka meninggalkan rumahnya.

"Aduh," tiba tiba saja Alexa merasakan sakit di kepalanya.

"Kamu kenapa sayang?" Alexander merasa cemas.

"Kepalaku sakit sekali Pa." Alexa memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Baik, kita ke rumah sakit sekarang, Erick bisakah kau bantu aku?" Alexander memohon pada Erick.

Erick mengangguk dan dirinya langsung menggendong Alexa dan membawanya keluar dari rumah menuju mobil Alexander yang terparkir di halaman.

Alexander melangkah menysul Erick dari belakang dengan kedua tangan menggendong Si kembar.

JANGAN LUPA LIKE DAN FAVOURITE KAN JIKA TEMAN TEMAN SUKA DENGAN CERITA SAYA.

Terpopuler

Comments

sofi

sofi

🤔🤔🤔🤔🤔🤔

2021-10-08

0

hanita azzahra

hanita azzahra

like like semangat

2021-09-26

1

ɪ ᴀᴍ 𝑻𝒉𝒆_𝑲𝒊𝒏𝒈

ɪ ᴀᴍ 𝑻𝒉𝒆_𝑲𝒊𝒏𝒈

next

2021-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!