Ayah Dadakan

Ayah Dadakan

SEBUAH AWALAN

"Ayo pasang, cepetan di pasang." seru Bandar Judi dadu pada orang orang yang sudah berkumpul di arena perjudian.

Seorang pemuda yang memiliki wajah lumayan tampan, terlihat tertarik dan ingin mencoba mengundi nasib dengan memasang taruhanya pada nomer yang di pasangnya.

"Coba, saya pasang nomer ini Bang," Erik menaruh uang 30 ribunya pada nomer yang di tujunya.

"Ok, sip. siapa lagi hayo sekalian yang mau pasang taruhanya." ajak lagi si Bandar Judi pada orang yang mengerumuninya.

"Saya pasang ini bang, saya juga bang pasang yang itu." ucap orang orang yang kini mulai memasang taruhanya.

"Ok, kita kocok dadunya. Dan siapakah yang akan beruntung malam ini." ucap Bandar dengan tangan yang sedang mengocok dadu dengan batok kelapa.

Setelah dadu di jatuhkan, si Bandar tidak langsung membukanya, ia masih menutup hasil dadunya dengan batok kelapanya.

Semua orang yang memasang taruhan berikut Erik, terlihat sangat tegang di liputi mimik muka yang harap harap cemas, menunggu si bandar mengangkat batok penutupnya.

"Bhua ... ha..ha, biasa aja kaleee lihatnya." si Bandar tertawa terbahak melihat ekspresi tegang para penjudinya.

"Udah, Bang. Cepetan buka tutup batoknya, Kita semua sudah gak sabar." ucap salah satu penjudi yang memasang taruhanya yang berada di sebelah Erik.

"I ya, ya. Kita buka sekarang ya." jawab si Bandar seraya mengangkat batok penutup dadunya.

Semua orang terbelalak melihat hasil dadu yang bisa di lihatnya sekarang. Semua terlihat kecewa, tak ada sama sekali nomer yang keluar ketika itu.

"Ayo di pasang, pasang lagi ayo." seru si Bandar mengajak lagi orang orang yang mengerumuninya.

Erik terlihat putus asa, uang hasil kerja serabutanya kini tersisa 20 ribu rupiah.

Pasang lagi gak ya?

"Ayo Rick, pasang lagi. Baru 30 ribu aja sudah ngeluh." tantang si bandar pada Erick.

"Sorry Bang, lagi kere. Mungkin besok lagi saja Join taruhanya." Erick berbalik badan dan mulai meninggalkan Area perjudian.

Sambil melangkah Erick terlihat menjambak rambut di kepalanya yang terasa panas dan pusing.

"Sial, kenapa selalu kalah sih." Erik menendang kaleng yang tergeletak di hadapanya.

Dalam langkahnya, Erick tiba tiba berhenti dan merogoh saku jaketnya, terlihat dia mengeluarkan sisa uang 20 ribunya.

"Dua puluh ribu, mana cukup buat makan sampai besok. Mana kerjaan lagi gak ada lagi." Erick mendengus kesal pada keadaanya.

Di sela sela kebingunganya, terlihat seseorang yang menggunakan sweter berlari menghampiri Erick dan menyambar uang 20 ribu kemudian membawanya lari.

"Woyyy, tunggu!" teriak Erick seraya mengejar si pencuri sekuat tenaganya.

Dengan nafas tersengal sengal, Erick terus mengikuti kemana arah si pencuri yang berlari kencang tersebut.

Dan Erick heran, ketika melihat si pencuri tiba tiba berhenti dan tak melanjutkan pelarianya.

"Mau kemana kamu pencuri." ucap Erick sambil menyentuh pundak pencuri yang kepalanya masih tertutup kupluk sweternya.

Si pencuri tersebut membuka penutup kepalanya dan kemudian menepukan tangan seperti memberikan isyarat.

Dan benar saja, beberapa orang kini terlihat keluar dari semak semak, dan menghampiri Erick.

"Sial, ternyata aku di jebak." gumam Erick.

Erick mengedarkan pandanganya ke seluruh arah mencari sela untuk melarikan diri.

Erick berbalik dan coba jurus langkah seribunya.

"Kejar dia, jangan sampai lolos!" teriak Bram salah seorang ketua gangster.

Semua pengikut Bram, terlihat berlari kencang. Mereka berpencar mengejar Erick.

Bugh ...

Erick terhuyung ketika salah seorang gangster berhasil memukul Erick yang sedang berlari.

Erick terjatuh, dirinya mengusap darah segar dari ujung bibirnya dan mencoba bangkit kembali untuk melawan gerombolan gangster yang kini mengelilingi dan mengepungnya.

Pertarungan sengit dan tak berimbang pun, kini tak bisa di elakan lagi. Erick terus melawan dengan gigihnya para gangster yang di pimpin oleh Bram.

Bakkk ...

Sebuah pukulan melayang ke arah tengkuk Erick, dan berhasil menjatuhkanya. Dan dengan cepat gerombolan gangster Bram memukuli Erick habis habisan hingga Erick babak belur dan tak sadarkan diri.

"Hentikan!" seru tangan kanan Bram yang bernama Fernando.

Semua orang yang memukuli Erick kini berhenti setelah mendengar peringatan tersebut.

"Kita apakan dia Bos?" tanya salah seorang pengikutnya pada Fernando.

"Seret dia, dan serahkan pada Bos besar!" titah Fernando.

Alangkah malangnya, Erick yang sudah babak belur dan tak sadarkan diri. Kini dirinya di seret dengan kejam, layaknya hewan buruan yang tak ada nilainya sama sekali di mata mereka.

Sesampai di Base camp Bram, kedua tangan Erick di ikat ke atas dengan tubuh yang menggantung.

Brusss ...

Bram menyiram Erick dengan se ember air agar dirinya cepat sadar dari pingsanya.

"Bangun kau tikus kecil!" bentak Bram sambil meludah ke arah wajah Erick

Visual Erick Hendriansah.

Erick menggigil dan kini mengerjap ngerjapkan matanya.

"Ampuni aku," ucap Erik dengan lirih memelas pada Bram.

Alih alih iba dan simpati, Bram malah tertawa mendengar Erick yang memelas ampunan padanya.

"Bhua ... ha ..ha, apa aku tidak salah dengar?" Bram mendekatkan telinganya pada mulut Erick.

Bram menangkup dagu Erick dan mengangkat wajahnya.

"Gampang sekali kau minta ampun, lalu bagaimana dengan hutang hutangmu dulu padaku?" Bram menatap geram sambil menunjuk kening Erick dengan telunjuknya.

"Aku berjanji, aku akan melunasi semua hutang hutangku, beri aku waktu sedikit lagi." Erick kembali memohon belas kasihan Bram.

Bugg ....

Bram meninju perut Erick sekuat tenaga hingga membuat Erick memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Ahhh," Erick memekik menahan rasa sakit di perutnya.

"Mulai sekarang, kau tak perlu lagi membayar semua itu. Karena nyawamu lah sebagai bayaranya." Bram tersenyum dingin menatap Erick yang sudah tertunduk lemas tak berdaya.

"Mana senjatanya, cepat berikan padaku!" pinta Bram pada Fernando tangan kanannya.

Dengan sigap Fernando melangkah membawa sebuah pemukul kasti menghampiri Bram.

"Ini, Bos." Fernando memberikan senjata tersebut pada Bram.

Bram menerima senjata tersebut dan tertawa lepas melihat Erick yang masih tertunduk dengan tangan yang menggantung pada ikatan talinya.

"Rasakan ini bajingan!" Bram melayangkan seranganya ke arah kepala Erick hingga berdarah.

Semua gangster menunduk, dan tak ada yang berani menyaksikan aksi kejam Bram secara langsung.

Erick yang menerima pukulan keras di bagian kepalanya tersebut. Terlihat langsung diam tak berkutik, kepalanya bocor dan terus mengeluarkan darah.

"Seharusnya, kubunuh kau sedari dulu." Bram membantingkan senjata yang sudah berlumuran darah Erick ke tanah.

Fernando menempelkan telunjuk tanganya pada hidung Erick untuk memastikan masih hidup atau belum.

"Bos, tikus kecil ini sudah tewas. Kita apakan dia sekarang?" tanya Fernando.

Bram berbalik menghadap ke arah Fernando.

"Buang mayatnya ke sungai!, dan pastikan tak ada seorang pun yang tahu dan melihatnya.

Hi semua, ni novel ke 3 dari saya. moga aja reader suka dan bisa menikmatinya.

Jangan lupa kasih Like dan ratenya ya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™

ꭱⷽᴀᷡꭲᷡⲙⷽ ͽ֟֯͜᷍ꮴ🔰π¹¹™

aku mampir thor

2021-11-21

1

☘︎𝐏$✍︎ 6

☘︎𝐏$✍︎ 6

woi lah, visualnya melebihi imajinasi pembaca nih😭😭
cakep banget Thor!😭😭🥰🥰🥰

2021-11-07

14

🏛Fã do Embaixador🏛GL

🏛Fã do Embaixador🏛GL

Awalan novel auhtor keren semua deh, haish, aku ketagihan bacanya dong

2021-10-27

14

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!