MAMPIR

Lima hari sudah Erick berada di rumah sakit, dan kini keadaanya sudah terlihat membaik.

"Selamat siang , Sus." Sorono menyapa receptionis yang bertugas di rumah sakit tempat Erick di rawat.

"Siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Suster.

"Begini Sus, saya dari kepolisian ingin menanyakan beberapa hal kepada saudara Erick, apakah pasien yang bernama Erick sudah bisa saya temui?" jelas Surono.

Sebelum menjawab pertanyaan Surono, sang Suster terlihat menghububgi seseorang dan menanyakan perihal keadaan pasien yang bernama Erick.

"Pasien dengan nama Erick, keadaanya kini sudah membaik Pak. Bapak bisa menemui beliau di ruangan dengan nomer kamar 212 di lantai 2." jelas Suster pada Surono.

Surono mengangguk paham dan kini terlihat berlalu melangkah menuju kamar Erick di lantai dua.

Sementara, di dalam ruangan kamar tempat dimana Erick di rawat, Erick masih terlihat diam dengan posisi terduduk memandang ke arah luar jendela kamarnya.

"Sampai kapan aku akan tetap disini, darimana aku bisa membayar semua biaya pengobatan ini. Untuk makan diriku saja, aku masih kesulitan." gumam Erick yang terdengar oleh Surono yang baru saja masuk ke dalam kamar Erick.

"Kau tidak perlu memikirkan semua itu," ucap Surono yang datang dan duduk di sebelah Erick.

Erick menatap heran dan merasa asing pada Surono.

"Maaf, anda siapa. Apa anda mengenal saya?" tanya Erick dengan wajah heran.

"O ya, namaku Surono. Aku bekerja di kepolisian." jawab Surono memperkenalkan dirinya.

Erick tercengang mendengar bahwa lawan bicaranya adalah seorang polisi.

"Apa anda datang untuk menangkapa saya, sebenarnya apa salah saya?" tanya Erick pada Surono.

"Aku datang bukan untuk menangkapmu, Erick." Surono tersenyum tipis melihat Erick yang sudah terlihat ketakutan.

"Lantas, apa keperluan anda menemui saya?" tanya Erick lagi.

"Sebenarnya aku datang kemari untuk mengajukan beberapa pertanyaan saja, karena informasi darimu sangat berarti untuk menguak siapa dalang di balik pembunuhan Daren." jelas Surono pada Erick.

"Daren, siapa dia?" Erick mengerutkan dahi mendengar nama tersebut.

Surono menggeleng kepala heran memandang Erick, dan kini ia mengeluarkan foto Daren dan memperlihatkanya pada Erick.

"Siapa dia, kenapa wajahnya bisa mirip denganku?" mata Erick membulat kaget melihat foto Daren.

"Jadi kau tidak mengenali korban pembunuhan ini?" Surono menggedikan kepalanya meminta penjelasan Erick.

"Aku berani bersumpah, aku tidak mengenal orang yang ada di dalam foto tersebut." ucap Erick dengan serius.

Surono menatap bola mata Erick menerawang mencari kebenaran.

"Lantas, kenapa kau bisa pingsan di dalam rumah Daren?" telisik Surono.

Erick terdiam mengingat kejadian di mana ia mulai datang dan masuk ke dalam rumah Erick.

"Apa kau sudah ingat semuanya?" Surono bertanya kembali.

"I ya, aku ingat Pak, kejadian seperti ini ....," Erick menjelaskan semua kisahnya pada Surono.

Surono mengangguk dan mencatat semua keterangan yang ia anggap penting untuk laporan penyelidikanya.

"Erick apa kau tahu, korban pembunuhan meninggalkan dua anaknya yang masih kecil, dan keberadaan istrinya pun entah kemana rimbanya." ucap Surono yang membuat Erick sedikit terlihat bersedih.

"Sekarang, dimana kedua anak kecil tersebut." Erick bertanya serius pada Surono.

Surono menghela nafas dan menghembuskanya dengan kasar.

"Kedua anak itu kini berada di panti asuhan santiago bernabe." jawab Surono.

"Bisakah aku menemui kedua anak itu sekarang?" Erick bangkit dari bed hospitalnya.

"Tentu saja bisa." Surono mengangguk dan tersenyum kepada Erick.

Dan tak berselang lama, datanglah Dokter ke dalam ruangan Erick, menjeda perbincangan kedua orang dewasa tersebut.

"Siang, Dok." sapa Surono.

"Siang juga kolonel." Dokter menjawab sapaan Surono.

"Panggil saya surono saja, Dok." pinta Surono pada sang Dokter.

"Baiklah, Pak surono." Dokter mengangguk tersenyum pada Surono.

Selesai dengan sapaan kecilnya, sang Dokter melanjutkan tugasnya memeriksa keadaan Erick.

Selesai dengan pemeriksaanya, terlihat sang Dokter mengangguk dan tersenyum melihat perkembangan yang di alami Erick.

"Bagaimana keadaan saya, Dok?" tanya Erick.

"I ya, bagaiamana Dok?" timpal Surono.

Sang Dokter hanya tersenyum memandang Erick dan beralih memandang Surono.

"Luka di kepala Pak Erick sudah kering, dan Pak Erick sudah sembuh total." jawab Dokter.

"Apa itu artinya, saya sudah di perbolehkan untuk pulang?" Erick dengan antusiasnya.

"I ya, Pak Erick sudah di perbolehkan untuk kembali pulang ke rumah, dan jangan lupa!, Pak Erick harus rajin kontrol satu bulan sekali." jawab Dokter sambil memasukan stetoskopnya ke dalam saku jasnya.

"Terima kasih, Dok." Surono menjabat tangan Dokter.

"I ya, Pak. sama sama, Kalau begitu saya lanjut bertugas kembali." pamit sang Dokter seraya melangkah pergi meninggalkan Erick dan Surono.

Erick bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Surono.

"Ayo kita berangkat menemui kedua anak itu." ajak Erick.

Surono memperhatikan penampilan Erick dari mulai ujung kaki hingga ujung kepala.

"Apa kau akan pergi dengan baju seperti ini?" ledek Surono.

Erick menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan malu pada Surono.

"Ikutlah ke rumahku, tenang saja, aku akan pinjamkan baju untukmu." ajak Surono yang mendapat senyuman lebar dari Erick.

Keluar dari rumah sakit, Erick dan Surono menuju rumah kecil dan minimalis milik Surono.

Sesampai di depan rumah Surono, Erick tersenyum lebar memandang ke arah rumah Surono.

"Kenapa kau tersenyum?" Surono menyenggol bahu Erick dengan bahunya.

Erick menggeleng kepala dan menepuk pundak Surono.

"Rumah anda bagus, Pak." ucap Erick dengan tangan yang masih memegang bahu Surono.

Surono memandang tangan Erick yang menempel di bahunya.

Dan Erick yang baru menyadarinya, dirinya langsung melepas pegangan tanganya di pundak Surono.

"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja." Erick merasa tidak enak.

"Panggil aku Suro kalau di rumah, memang berapa usiamu, Rick?" tanya Suro.

"27, kamu berapa?" tanya balik Erick pada Suro.

"Sama, berarti kita seumuran." jawab Suro.

"Ya sudah, ayo kita masuk ke rumah dulu. Mau sampai kapan kita akan berbincang di luar tanpa meminum kopi." Surono melepas sepatunya dan melangkah ke depan pintu rumah dan membuka kuncinya.

Di dalam rumah Surono yang minimalis, Surono mempersilahkan kawan barunya agar duduk manis di sofa menunggu dirinya membuatkan kopi.

Selesai membuat kopi, Surono membawa kedua gelas kopinya tanpa menggunakan nampan, melangkah ke arah ruang tamu menghampiri Erick.

"Ini, kopinya." Surono memberikan seglas kopinya pada Erick.

Erick tersenyum lebar dan menerima dengan senang hati kopi pemberian Surono.

"Terima kasih , Suro." ucap Erick seraya menghirup aroma dan mulai menyeruput kopi panasnya.

Surono menggeleng kepala memandang Erick.

"Pelan pelan saja, Erick. Tak akan ada yang mencuri kopi itu darimu." Surono tertawa kecil melihat Erick yang kepanasan dalam meminum kopinya.

"Kau tunggu Disini sebentar, aku akan memasak untuk kita makan, setelah itu baru kita berangkat ke panti asuhan menemui kedua anak kecil itu." ucap Surono Seraya bangun dari duduk dan melangkahkan kakinya ke arah dapur masaknya.

Erick hanya mengangguk dan tersenyum melihat Surono yang mulai pergi melangkah ke dapur.

Terpopuler

Comments

mr cuncun

mr cuncun

setiap malam...

2021-10-02

0

mars🌾💦

mars🌾💦

next

2021-09-28

0

catrine🎉

catrine🎉

like like semangat terus

2021-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!