BAB 20
Di pelabuhan Antwerpen, mereka mendapatkan uang cukup banyak untuk perjalanan kembali ke Perancis.
Rombongan sirkus berkemas dengan cepat. Bahkan mereka juga mengantar Peter ke rumahnya yang berada di sebuah desa padat penduduk.
Ketika sampai di rumah Peter, Bradon dan Gustafo tidak dapat melepaskan pandangan takjub mereka pada hiasan dinding yang semuanya bernuansa Taschenuhr. Bahkan di meja-meja dalam ruangan itu terdapat beberapa model Taschenuhr yang sedang dalam proses perakitan.
Ketika agak siang, beberapa pemuda datang ke rumah Peter untuk bekerja. Mereka adalah asisten Peter dalam mereparasi beberapa barang bekas yang dapat mereka jadikan benda berguna. Rumah yang tadinya sunyi itu berubah menjadi ramai. Ketika mereka sedang berkumpul memperhatikan Peter bekerja, Gustafo bertanya.
"Tuan, apa kau butuh asisten baru?"
"Asisten baru?"
"Benar. Bolehkah aku bergabung di sini menjadi asisten barumu?" tanya Gustafo lagi.
"Kau tertarik dengan pekerjaanku?"
"Ya. Aku benar-benar tertarik dengan semua itu."
Bradon juga mendekat. Ia pun sama tertariknya seperti Gustafo. Mereka berdua menunggu jawaban "Ya" dari mulut Peter.
"Hmm, aku pikir tidak ada salahnya menerima kalian menjadi asistenku," jawab Peter sembari tersenyum.
"Tunggu."
Kristoffer angkat bicara. "Aku tidak bisa membiarkan mereka bekerja padamu karena sebenarnya aku sedang mencari orang tua asuh untuk mereka."
"Hmm. Seperti itukah?" Peter mengerucutkan bibirnya.
"Paman, ijinkan kami bekerja di sini, ya?" rengek Gustafo.
Kristofer hanya diam.
"Aku akan menjadi orang tua mereka. Dan mereka juga bisa membantuku bekerja di sini," Peter membuat pilihan.
"Jangan memaksakan dirimu," Kristoffer menoleh.
"Aku terlalu sibuk untuk mencari istri sehingga sampai saat ini aku belum memiliki seorang pun anak. Jika mereka menjadi anak angkatku, aku sangat senang. Aku akan memiliki teman ngobrol di setiap hariku."
Gustafo merengek sambil menggoyang-goyangkan tangan Kristoffer. Ia begitu berharap pamannya itu akan mengabulkan permintaannya. Kristoffer melirik pada Egon. Dan ia pun segera melihat anggukan dari anak muda itu.
"Baiklah. Petang nanti kita bicarakan soal itu kembali. Jadi, untuk saat ini, bersenang-senanglah kalian," jawab Kristoffer.
"Siaaap!" seru Brad dan Gustaf.
...****************...
Malam itu di sebuah ruangan dengan cahaya lampu minyak sebagai penerangan, para pria itu berkumpul duduk melingkar sambil minum kopi dari gelas kayu mereka.
Mereka serius membicarakan sebuah kesepakatan tentang keputusan Bradon dan Gustafo yang ingin ikut bekerja bersama Peter. Namun begitu, Peter sendiri juga merasa senang mendapat kawan baru seperti remaja-remaja itu. Dan membayangkan mereka akan hidup bersamanya, juga membuatnya begitu bersemangat.
"Aku bersungguh-sungguh. Sebagai pria sejati, aku akan merawat mereka seperti anak-anakku sendiri."
"Apa kau serius?"
"Ya. Kau bisa memegang janjiku. Atau kau bisa datang menjenguk kami sesekali."
"Baiklah. Kami mempercayaimu. Tapi aku berharap, kau akan benar-benar menepati janjimu," pinta Kristoffer.
"Hmm,,, Percayalah padaku.
...****************...
Beberapa hari setelah Kristoffer dan Egon menghabiskan waktu terakhir mereka bersama Bradon dan Gustafo, akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan keduanya bersama Peter.
Seorang juru kunci berotak jenius yang memiliki usaha reparasi jam saku yang kelak akan tercatat sebagai penemu jam tangan pertama di Swiss. Walaupun ia lahir di Jerman, ia memilih menetap di negeri orang dan membuka usaha di sana.
Ketika hari perpisahan itu tiba, mereka berpelukan dengan erat. Suasana haru juga tampak menyelimuti langit di desa tersebut.
Dari tempat mereka berpijak, tampak langit begitu mendung dengan angin sepoi-sepoi. Namun untung saja, hujan turun tidak terlalu lama. Sehingga Kristoffer dan Egon pergi dengan perasaan tenang.
Tanpa membawa pergi karavan, keduanya berjalan santai menjauhi rumah Peter. Bradon dan Gustafo berteriak-teriak mengucapkan salam perpisahan sambil melambaikan tangan dengan senyum tersungging di bibir mereka.
Malam di persimpangan jalan dekat hutan, sekitar 500 kilometer dari rumah Peter.
"Apa kita juga akan berpisah?" tanya Kristoffer.
"Hmm,, kau sendiri apakah ingin pergi?" tanya Egon balik.
"Aku belum memutuskan."
Baru saja mereka diam untuk berpikir, tiba-tiba saja sekelebat bayangan hitam terlihat berpindah dari pohon ke pohon.
"Apa kau melihatnya?"
"Ya. Aku melihatnya," jawab Kristoffer.
"Apakah aku tidak salah lihat? Aku rasa itu semacam wanita berjubah hitam," ucap Egon. "Apa dia makhluk sepertimu?"
"Jika dilihat dari baunya, benar apa yang kau tebak," Kristoffer mengeryitkan dahi. "Tetapi, aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan di sini."
"Mari kita ikuti. Sebelum dia pergi jauh," seru Egon sambil berlari dan melompat ke pohon-pohon diikuti para anjing yang berlari kencang di atas tanah.
WUSS !
Egon dan Krostoffer berlari mengikuti arah bau dari makhluk yang tadi lewat di dekat mereka. Para anjing mempertajam indra penciuman mereka dalam mengendus target yang sedang mereka buru.
Melewati hutan yang beraroma lembab karena kurangnya cahaya matahari yang menembus ke dalamnya, mereka sampai di sebuah pemakaman tua. Egon dan Kristoffer berhenti berlari saat melihat seseorang duduk di atas sebuah pusara tua.
Ditemani tiga ekor burung gagak, wanita misterius itu menoleh karena merasakan kehadiran Egon dan Kristoffer.
"Siapa kalian? Dan ada perlu apa kalian kemari?"
"Kami yang seharusnya bertanya. Siapa kau?" tanya Kristoff.
"Kenapa kau ingin tahu? Bukankah siapa aku, bukan urusanmu?" jawab wanita berbaju hitam dengan ketus.
"Kami melihatmu meloncat di atas pohon dengan cepat. Dari faksi mana kau datang?"
"Faksi? Apa maksudmu?" wanita itu pura-pura tidak tahu.
"Tidak perlu berbohong, karena kami tahu siapa dirimu. Jadi, jawab saja pertanyaanku dengan benar," ucap Kristoffer.
Wanita itu turun dari pusara yang ia duduki semula. Egon dapat mencium aroma kegelapan yang berpendar dari dalam tubuhnya. Ketika wanita itu berjalan mendekatinya, Egon bersiaga.
"Memangnya siapa aku? Apa kau tahu, wahai anak muda?" tanya wanita tersebut sambil menggoreskan pelan kuku tajamnya ke pipi Egon.
"Aku tidak yakin," jawab Egon disertai geraman dari para anjing.
Kristoffer mencekal tangan wanita itu dengan cepat. Ia bertanya sekali lagi padanya dari faksi mana ia datang.
"Kau datang dari faksi mana? Jawablah," Kristoffer sedikit membuat tekanan.
Saat wanita itu hendak menyerang dengan kukunya, Kristoffer memutar pergelangan tangan wanita itu dengan gerakan tangan yang cepat sehingga tangan wanita itu terpelintir.
AAKHH !
Wanita itu kesakitan.
"Katakan, siapa namamu dan dari faksi mana kau datang."
"B baiklah. Aku akan mengatakannya. Tapi lepaskan dulu tanganku," jawab wanita itu sambil meringis.
Kristoffer memperhatikan simbol di pergelangan tangan wanita itu. Simbol yang menandakan bahwa wanita itu berasal dari faksi timur. Karena merasa aman, Kristoffer melepaskan cekalannya dan memberikan kesempatan wanita itu menjawab semua pertanyaannya.
"Kenapa kau ingin mengetahui soal faksi? Apakah kau juga datang dari kaum seperti kami?"
"Hmm."
"Baiklah. Aku Miranda. Dari faksi timur."
"Lalu, untuk urusan apa kau berada di sini?"
"Aku diperintah untuk mencari Kristoffer, putra Vendor yang melarikan diri dari faksi," jawabnya.
Egon menoleh sebentar pada Kristoffer. Sedangkan Kristoffer menundukkan kepalanya, "Mereka mencari Kristoffer? Ada apa?"
"Aku tidak bisa memberitahumu."
"Kau bilang sedang mencari Kristoff, bukan?"
"Ya. Tapi bukan berarti aku akan menceritakan urusanku pada sembarang orang."
Kristoff mengeluarkan kalung dari balik bajunya. Sebuah kalung dengan bandul berlambang khusus milik keluarga Vendor dari faksi timur membuat Miranda terperangah.
"A apakah??!"
Miranda melongo.
"Ya. Akulah Kristoffer. Jadi ceritakanlah semuanya dengan rinci," "
"Beberapa minggu ini, faksi timur diserang kaum Lycan. Kami bertarung habis-habisan, dan ketua mencoba melindungi rakyat dengan kekuatannya sendiri. Karena ketua merasa sangat lemah, ia harus segera mencari putranya untuk menggantikan posisinya sebagai pemimpin dalam pertarungan tersebut,"
"Lycan?" Egon heran.
Egon menarik tangan Kristoff dan mengajak dia pergi menjauh. "Apa dia berkata benar? Lalu apakah kau akan pergi?"
"Aku rasa begitu. Dia benar dari faksi timur. Faksi dimana aku berasal," Kristoffer menepuk pundak Egon. "Kemungkinan, ayahku membutuhkanku di sana. Apa kau akan ikut bersamaku?"
"Mungkin jika aku ikut, kaummu tidak akan menerima kehadiranku. Sebab aku mempunyai darah Lycan. Makhluk yang sekarang sedang bertarung melawan kaummu," jawab Egon setelah berpikir matang.
"Hmm, benar juga. Lalu?"
"Pergilah dengannya. Aku akan melanjutkan perjalananku bersama Gill dan yang lainnya," jawab Egon.
"Kalau begitu, kita berpisah di sini?"
Egon mengangguk. "Terima kasih untuk semuanya, paman."
"Baiklah. Berhati-hatilah dalam perjalananmu. Semoga beruntung."
Kristoffer menjabat tangan Egon. Dan kemudian pergi bersama wanita bernama Miranda menuju timur. Setelah Kristoffer pergi, Egon duduk di atas pusara dimana Miranda tadi juga duduk di atas sana. Ia termangu sejenak sambil mengusap kepala Gill. Dibawah langit malam yang berkabut, ia menghembuskan nafas pendek dengan pelan.
Hufhh!
...****************...
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments