YANG TAK TERDUGA DARI HUTAN PINUS

BAB 16

Pagi itu, sebelum melanjutkan perjalanan. Kristoffer memberi nasehat pada Gustafo agar tidak mencuri kembali. Sebab selain membahayakan diri sendiri, mencuri juga akan membahayakan anggota lain.

Tiba-tiba terdengar teriakan Diana dan Ane dari luar, Kristoffer bergegas keluar melihat ada apa gerangan? Rupanya, Diana dan Ane baru saja kembali dari dusun. Diana membawa satu keranjang penuh roti dan keju. Sedang Ane membawa sekotak telur ayam.

"Kalian mendapatkan semua itu dari mana?"

"Kami baru saja kembali dari dusun. Dan mencoba meminta sedikit makanan dari penduduk. Beberapa rumah berbaik hati memberi kami semua ini," jawab Diana tersenyum bahagia.

"Wah, benarkah itu?" tanya Egon.

"Benar."

"Syukurlah," Egon merasa ikut senang.

Ane tersenyum-senyum karena merasa amat bahagia. Akhirnya, mereka akan menyantap makanan juga. Pikirnya.

"Sebelum berangkat, aku dan Ane akan membuat sedikit makanan untuk kalian. Sisanya akan aku simpan untuk perjalanan kita nanti," ucap Diana.

Dengan cepat kedua gadis itu menyiapkan makanan untuk dirinya, Ane, dan keempat kawan prianya. Ketika akhirnya makanan sudah matang, mereka menyantap makanan tersebut dengan rasa syukur yang amat dalam. Walaupun hanya dengan sepotong roti gandum isi keju yang sedikit di panggang, perut mereka merasakan kenyang.

Setelah acara sarapan mereka selesai, Diana menyimpan sisa roti ke dalam lemari kayu yang ada di dalam karavannya. Lemari kayu itu di desain ramping dan ringkas sehingga pas sekali untuk menyimpan roti dan bahan makanan lainnya. Dengan kotak telur yang mempunyai penyangga, telur-telur yang mereka dapatkan pun dapat bertahan dari goncangan sehingga tidak mudah pecah.

Egon duduk menemani Bradon sambil bercerita. Ketika Kristoffer mengatakan ia akan segera memimpin perjalanan, Egon pun segera duduk di depan kemudi dan memegang tali kekang kuda.

Sedangkan Bradon yang merasa bosan di dalam karavan, memilih duduk di depan bersama Egon. Perjalanan mereka pun segera berlanjut. Melewati jalanan yang penuh salju, sedikit sulit untuk roda-roda kayu karavan mereka. Sebab, roda karavan mereka kadang timbul kadang tenggelam dalam timbunan salju.

Pada awal perjalanan mereka, semua tampak berjalan lancar. Namun semakin sore mereka melewati jalanan lembah yang cukup terjal, roda karavan mereka mendapatkan kesulitan saat melewati jalannya.

Beberapa kali, terdengar bagian bawah karavan mereka membentur batuan salju, saat karavan meluncur cepat menuruni lembah. Dan karena hari sudah semakin sore, perjalanan mereka pun di selimuti suhu dingin yang semakin menusuk tulang. Bradon sampai menggigil kedinginan karenanya.

"Apa kau kedinginan?"

"Ya. Aku sangat kedinginan. Apa kau tidak merasakannya juga? Kenapa kau tampak baik-baik saja, Egon?" tanya Bradon merasakan aneh.

"A aku juga merasakan dingin, tapi aku harus tetap kuat untuk memegang tali kekang kuda ini. Jika tidak, karavan kita akan tertinggal."

Begitulah alasan Egon. Ia tidak mau Bradon larut dalam kecurigaan tentang dirinya yang tidak merasakan kedinginan walaupun suhu di sana sangatlah dingin. Ia sesekali berpura-pura mengusap lengan untuk menunjukkan pada Bradon bahwa ia juga merasa kedinginan.

"Sebaiknya kau pergi ke dalam. Dan pakailah selimutmu," perintah Egon saat melihat tubuh Bradon semakin membiru.

"Tidak. Bagaimana mungkin aku meningalkanmu?"

"Apa? J jangan pedulikan aku. Aku sudah biasa dengan suhu dingin seperti ini saat sebelum bertemu denganmu. Jadi, masuklah sekarang, lihat wajahmu semakin pucat. Aku tidak mau kau kembali jatuh sakit."

"B baiklah. Aku masuk dulu ya. Kau tidak apa kan kalau aku tinggalkan?"

"Tentu," Egon tersenyum meyakinkan.

Bradon membuka jendela yang ada di belakangnya. Dan masuk ke dalam karavan yang sedang melaju kencang itu melalui jendela tersebut.

Setelah di dalam, ia bergegas naik ke pembaringannya dan menyelimuti dirinya dengan selimut. Dengan begitu, ia merasakan sedikit kehangatan. Sepeninggal Bradon, Egon menyusul karavan Kristoffer yang sudah jauh di depan.

Mereka mulai memasuki wilayah hutan pinus dan melewati jalanan yang semakin gelap. Setelah melewati hutan itu, barulah mereka akan keluar dari wilayah Aosta.

Saat mereka melakukan setengah perjalanan di dalam hutan, tiba-tiba Egon melihat beberapa kelebatan bayangan hitam dalam semak yang mengikuti iringan karavan.

Bayangan hitam itu membuat Egon merasa cemas. Sebab ia tahu, bahwa itu adalah bau ancaman. Gill yang berada tepat di sisi Egon pun segera menegakkan telinga dan mempertajam penglihatannya.

Begitu juga lima anjing yang berada di dalam karavan, mereka segera menjaga Bradon. Sebab, bau yang mereka cium itu adalah bau sekumpulan Lycan.

Jika para Lycan menyerang mereka secara tiba-tiba, mereka siap berubah menjadi besar dan melindungi anggota sirkus. Walaupun tanpa kekuatan, dengan tubuh yang masih dapat berubah ke wujud semula, Alpha dan yang lainnya yakin bahwa mereka akan berhasil mengusir para Lycan yang sedang mengincar.

Alpha dan Carli melompat keluar dari dalam karavan. Mereka berlari di sisi kanan dan kiri karavan untuk berjaga. Mereka pun mengubah diri mereka menjadi Direwolf besar dan siap melakukan penjagaan.

"Pertahankan lajumu, Egon. Dan jangan pernah berhenti. Apa yang mengincar rombongan kita ini, bukanlah makhluk biasa. Mereka adalah sekumpulan Lycan," ucap Alpha pada Egon.

"Apa??"

"Sudah kuduga. Aku juga merasakan kehadiran mereka. Dari mana mereka datang? Apa mereka bersembunyi di hutan ini?" tanya Gill.

"Mungkin saja. Mereka tiba-tiba saja muncul. Suara iringan karavan kita pasti tanpa sengaja mengundang mereka," jawab Alpha.

Baru saja Alpha menyelesaikan ucapannya, beberapa manusia serigala yang disebut Lycan itu menyerang mereka. Terjadilah perkelahian antara Lycan dan Direwolf.

Alpha dan kawan-kawannya berusaha menjaga rombongan sirkus. Untung saja saat itu, Bradon, Mariane, Diana dan Gustafo sedang tidur di karavan mereka masing-masing. Sehingga tidak mendengar suara mengerikan yang sedang mengelilingi mereka.

HAAARRRRGGG !!

Suara gerangan kemarahan terdengar bersahutan. Ciko dan Capi mulai mencakar dan mencabik Lycan yang sama-sama menyerang mereka. Bahkan Lycan-lycan tersebut mengeroyok keduanya dan naik ke punggung mereka untuk menggigit punggung.

Ketika beberapa Lycan juga menyerang Kristoffer, pria itu melawan sambil tetap memegang tali kekang kuda dan mempertahankan laju karavannya. Mau tidak mau, Kristoff harus memakai kekuatannya. Dan karena jumlah mereka begitu banyak, Alpha dan lainnya kewalahan. Mereka mulai terluka dengan luka cabik.

"Tambah kecepatan! Mereka semakin berdatangan!" teriak Gill pada Egon.

Sambil terus melawan dan melindungi para manusia, mereka berjuang mati-matian. Bradon yang mendengar suara gaduh di luar melongokan kepalanya keluar dari jendela. Ia sangat terkejut ketika melihat banyak sekali manusia serigala yang berdatangan menyerang anjing-anjing besar.

"Apa yang terjadi? Aahh??! I itu para Lycan, bukan? T tnggu. Anjing besar itu? Bukankah itu Alpha, Carli dan lainnya?" Bradon terkejut.

Bradon menghampiri Egon yang mengendalikan kuda. "Apa yang terjadi?" tanyanya cemas.

Saat Egon menoleh, Bradon semakin terkejut. Sebab ia melihat mata Egon berubah menjadi kemerahan dengan giginya yang berubah pula menjadi bertaring seperti serigala.

Rupa-rupanya, malam itu adalah malam dimana muncul bulan purnama. Pantas saja, Lycan yang menyerang mereka semakin bermunculan. Iringan karavan sirkus pun di kepung oleh sekelompok Lycan yang begitu mengerikan dan tampak kelaparan.

...****************...

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

hadir Thor mampir dikaryaku cantik tapi berbahaya

2021-06-20

1

mutoharoh

mutoharoh

ayo lanjut kak

2021-06-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!