KERJA SAMA YANG BAIK ANTARA LYCAN, VAMPIR, DAN DIREWOLF

BAB 17

Karavan yang ditumpangi Egon melaju sangat kencang beriringan dengan karavan Kristoffer. Kedua manusia setengah makhluk itu sepakat untuk melawan para Lycan sampai akhir.

Dengan suara yang lantang, Egon meminta Bradon untuk menggantikan dirinya memegang kendali. Begitupun Kristoffer. Ia memanggil Gustafo dan memintanya memegang tali kekang kuda di karavan mereka. Setelah kedua karavan itu beralih di tangan Bradon dan Gustafo, baik Egon maupun Kristoffer meminta keduanya untuk menahan dan menyeimbangkan kecepatan.

Dengan semangat menggebu, keduanya melompat turun dari karavan dan mulai menyerang Lycan yang semakin berdatangan.

Setelah melewati fase yang menyakitkan pada tubuhnya, Egon mengubah dirinya sepenuhnya menjadi manusia serigala. Bergabung dengan Gill, Alpha dan Ciko.

Sedangkan Kristoffer membantu Capi, Carli dan Fawn. Mereka bertarung sengit dan saling mencakar serta melukai. Melihat paman Kristoffer dan Egon berubah menjadi manusia Serigala dan Vampir, Bradon dan Gustafo setengah tidak percaya. Mereka terus saja menoleh ke belakang karena penasaran.

"Jangan melihat ke belakang, tetap pertahankan kecepatan!" teriak Bradon pada Gustafo.

"T tapi, apa itu? Apa penglihatanku salah? Egon dan paman Kristoff, mereka??!" tanya Gustafo dengan mata melotot sambil tetap mengendalikan kuda.

"Ya. Apa yang kita lihat tidak salah. Tapi itu tidak penting. Yang penting untuk saat ini, kita dapat melarikan diri dari para makhluk buas itu! Lihat, mereka terus mengejar kita!" pekik Bradon ngeri.

"Apa yang harus kita lakukan, Brad? Aku tidak mau mati konyol!!" teriak Gustafo.

Karena Gustafo panik, laju keretanya justru menjadi tidak seimbang dan akhirnya oleng ke kiri. Karavan yang ia kendarai pun menabrak pohon pinus besar yang ada di depannya dengan sangat kencang.

DHUARR ! BRAK ! KRAK !

Suara tabrakan karavan dengan pohon pinus besar. Sebuah roda karavan menggelinding dan penyok. Kuda mereka juga terluka. Sebab karavan mereka jatuh miring dengan cepat. Membuat Diana dan Mariane jatuh terhimpit diantara barang dan papan kayu yang ada di dalam karavan.

Melihat kejadian itu, Bradon menghentikan karavannya karena khawatir pada ketiga temannya yang tertinggal karena karavan mereka jatuh menabrak pohon.

Pada kesempatan itu, dua Lycan mendekati mereka dengan cepat. Namun Egon melihat keduanya. Dengan cepat ia berlari dan meraih tubuh kedua Lycan tersebut. Ia tidak bisa membiarkan kawan manusianya dimangsa oleh makhluk buas seperti Lycan-lycan yang sedang mereka lawan.

"Cepat pergi dari sana!" teriak Egon memperingatkan kawannya.

Dengan cakar tajam dan giginya yang runcing, Egon berusaha mematahkan leher kedua Lycan yang hendak menyerang kawan-kawannya. Dan akhirnya, kepala kedua Lycan itu pun terkulai karena patah.

Dari leher mereka, mengalir darah merah agak pekat. Bradon merasa ngeri melihat semua yang dilakukan Egon. Ia berlari mendekati Diana dan Ane. Begitu pula Gustafo. Mereka sama-sama membantu dua kawan perempuan mereka keluar dari kereta yang hancur terjungkir.

Setelah menolong Diana dan Ane keluar dari kereta yang hancur, mereka berempat pun lari dan bersembunyi di karavan Bradon. Menuruti apa yang Egon perintahkan.

Dalam ketakutan diri mereka, Ane terus saja menatap Egon. Ia tidak percaya bahwa anak laki-laki itu rupanya seorang manusia serigala yang berwujud mengerikan.

Kemudian ia juga menatap Kristoffer, paman baik hati itu juga rupanya seorang vampir yang juga tak kalah mengerikannya.

Setelah para Lycan mendapat perlawanan yang kompak dari Egon dan yang lainnya, mereka pun dapat dipukul mundur. Tanpa berlama-lama, sang pemimpin menyerukan sesuatu agar mereka kembali ke persembunyian.

AUUURRRMMMMM !!

Semua Lycan berlarian menjauh dan kembali ke persembunyian mereka. Karena mereka sudah cukup banyak kehilangan anggota, mereka pun memilih mundur dan tidak melanjutkan pertempuran.

Beberapa menit kemudian, hutan pinus pun kembali sunyi. Kristoffer kembali menjadi manusia begitu pun Alpha, Gill dan yang lainnya yang kembali menjadi ukuran anjing normal. Egon masih terengah-engah di dekat tumpukan karavan yang rusak. Setiap ia hendak berubah menjadi Lycan seutuhnya, tubuhnya akan merasakan sakit seolah terkoyak. Dan begitu juga saat ia akan kembali menjadi manusia. Ia akan merasakan hal yang sama.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Ane memberanikan diri untuk menghampiri Egon.

Egon yang berubah menjadi manusia kembali, bersimpuh di tanah karena merasa sangat lelah. Tubuhnya berkeringat dan mendapat luka sayat di mana-mana. Ia mendengar pertanyaan Ane, namun ia tidak sanggup menjawab. Sehingga ia hanya menganggukkan kepalanya.

"Kau terluka, aku harus mengobatimu."

Saat Ane hendak merobek roknya, Egon menahan tangan Ane agar berhenti melakukan hal yang tidak perlu. Ane pun tidak mengerti kenapa Egon melarangnya.

"Ada apa?"

"Kau tidak perlu melakukan itu. Aku akan baik-baik saja."

"Tapi,, kau terluka."

"Dia akan sembuh dengan sendirinya," ucap Kristoffer menyela sambil duduk di depan mereka.

"Benarkah, paman?"

"Ya. Aku ataupun dia, sama-sama mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri dengan baik."

"Bagaimana caranya?" Diana menyela karena ia juga penasaran. Ia berdiri ragu-ragu di dekat Kristoffer.

"A apakah karena kalian seorang manusia setengah makhluk?" tanya Bradon ragu.

Bradon dan Gustafo berdiri agak jauh dari Kristoffer dan Egon. Mereka berdua masih takut setelah melihat kedua anggota mereka itu menjelma menjadi sosok lain. Kristoffer menghela nafas sebentar. Kemudian ia berkata, " Ya, seperti itulah kami. Lalu, apakah kalian takut kepada kami?"

"A aku tidak takut lagi," jawab Ane.

"Aku pun sama," Diana menimpali. "Bukankah jika kalian mau, kalian berdua bisa menghabisi kami sejak lama? Tapi kalian berdua melindungi kami. Jadi, aku memutuskan untuk tidak takut kepada kalian berdua."

"Baguslah kalau begitu. Mari lanjutkan perjalanan."

Kristoffer membantu Egon berdiri. Mereka menuju karavan Alexander yang bergandengan dengan karavan Bradon.

Karena karavan Gustafo rusak, maka mereka hanya memunguti barang yang diperlukan dari karavan tersebut. Seperti selimut, kasur lipat, kotak obat, dan beberapa pakaian serta bahan makanan yang masih bisa diselamatkan. Untung saja, karavan barang yang bergandeng dengan karavan yang menabrak pohon tidak ikut serta hancur. Sehingga mereka menggandengkan karavan barang tersebut ke belakang karavan Bradon.

Karena semua sudah siap dan semua tali kekang juga sudah diperiksa ulang, semua anggota pun bergabung di karavan utama. Kristoffer, Gustafo, Bradon, Capi dan Carli di karavan Alexander. Sedangkan Egon, Ane dan Diana berada di karavan Bradon bersama Gill, Alpha, Ciko dan Fawn. Kereta barang tidak dipakai karena membawa barang perlengkapan sirkus.

Setelah mereka mengobati luka sayat pada kuda jantan yang bernama Dum, Karavan mereka pun segera melanjutkan perjalanan kembali. Melewati hamparan salju yang membentang luas, karavan yang tampak seperti kereta pendek tanpa lokomotif itu membelah jalanan menuju Swiss. Setelah tiga hari tiga malam melewati beberapa tempat dan wilayah, akhirnya mereka sampai di desa Grindelwald-Swiss.

Di tempat itu, mereka disambut dengan baik oleh penduduk desa. Jarang sekali ada pendatang dari tempat lain yang singgah di sana. Dan karena sambutan penduduk begitu hangat, Kristoffer membawa anggotanya bertamu dan menumpang bermalam di salah satu rumah penduduk yang mempunyai lumbung besar dan kandang sapi yang sekiranya cukup nuntuk menampung ke enam anjing dan tiga kuda mereka.

Sebut saja, sepasang suami istri bernama Mathew dan Maria, merasa senang dengan kehadiran Ane dan Diana di rumah mereka.

Mereka begitu menginginkan anak perempuan tetapi dewa dan dewi berkata lain. Dewi Hera (Dewi pernikahan & kehamilan) justru memberi pasangan suami istri itu lima orang putra.

Keempat putra mereka juga telah berkelana ke negeri tetangga untuk mencari pengalaman hidup. Tinggallah di rumah tersebut seorang putra bernama Eldar yang mempunyai kekurangan fisik. Kaki kirinya pincang, sebab saat bayi dulu ia pernah digigit anjing liar.

Ketika tengah malam dan semua penghuni rumah tidur, Egon berjalan-jalan diluar. Ia mengamati rumah besar dengan lumbung cukup luas itu dengan seksama.

Di tempat terpisah, terdapat bangunan untuk kandang ternak. Di dalam kandang tersebut, selain sapi juga ada beberapa ekor kambing. Rupanya kehidupan keluarga itu cukup mapan. Bahkan keluarga itu biasa membuat keju sendiri dari susu sapi mereka.

Egon merasa tenang jika Ane dan Diana harus hidup bersama mereka. Sambil menghirup nafas panjang, Egon duduk di sebuah tebangan kayu dekat pagar. Ketika ia sedang duduk, seseorang menyapanya.

"Apa kau tidak bisa tidur?" tanya Kristoffer.

"Ya. Paman sendiri?"

"Aku pun sama," Kristoffer duduk di samping Egon. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Apanya?"

"Jika keluarga ini menjadi orang tua asuh untuk Diana dan Ane?" tanya Kristoffer sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.

"Hmmm. Sebenarnya aku juga sedang berpikir soal itu. Aku lihat, keluarga ini cukup mampu untuk menghidupi Ane dan nona Diana," jawab Egon.

"Hmmm. Aku setuju. Kita tidak bisa membawa mereka bersama kita, bukan? Aku khawatir. Sebab di luar sana, aku yakin masih banyak makhluk buas yang mengincar manusia."

"Benar, paman. Sebaiknya besok kita bicarakan ini bersama mereka."

"Ya. Aku rasa begitu lebih baik."

Egon maupun Kristoffer terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. Haruskah mereka meninggalkan Ane dan Diana di sana? Tapi jika melihat situasi, memang itulah jalan terbaik untuk saat ini. Rumah Mathew dan Maria adalah tempat teraman bagi kedua gadis itu.

...****************...

BERSAMBUNG...

Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!