BAB 15
Kristoffer mengirim surat pada Alexander untuk meminta ijin menyerahkan anak-anak ke panti-panti asuhan. Sebab, keadaan mereka memburuk setelah uang simpanan hasil pertunjukan dibawa kabur oleh Bet. Selain itu, mereka terjebak di musim dingin tanpa persiapan apapun.
Lewat kantor pos yang beberapa tahun belakangan menjadi pilihan masyarakat, dimana surat yang mereka tulis dapat sampai ke kota-kota dan negara lain.
Dan entah siapa yang pertama menemukan ide brilian seperti ini. Kenyataannya, pos surat memudahkan mereka yang hendak berkirim berita dari tempat satu ke tempat lainnya.
Ketika akhirnya surat balasan dari penjara tempat Alexander datang, Kristoff membacanya dengan penuh harapan. Namun apa yang menjadi harapannya sirna seketika. Sebab di dalam surat balasan tersebut, pihak penjara mengatakan bahwa Alexander telah jatuh sakit dan meninggal dunia beberapa hari yang lalu.
"A apa?! Alex sudah tiada?" ucap Kristoff terbata-bata.
Mengetahui hal itu, Kristoffer sungguh bersedih. Sejak ia bergabung dengan sirkus Alexander, pria itu selalu begitu baik kepadanya.
Walaupun dirinya tidak mempunyai silsilah keluarga yang jelas, namun Alexander bersedia membawanya ikut serta. Bahkan memberinya pekerjaan yang menyenangkan.
Saat meratapi kepergian Alexander, sang ketua sirkus, air mata Kristoffer mengalir begitu saja dari matanya. Ia merasa belum yakin bahwa pria bijak itu kini telah tiada.
Dengan sigap, ia beranjak dari keterpukannya dan menyimpan surat itu ke dalam saku bajunya.
Saat Kristoffer bergerak pergi, tiba-tiba Egon muncul di hadapannya. Merasa ada yang disembunyikan paman Kristoff, Egon bertanya curiga.
"Kau mau kemana, paman? Apa terjadi sesuatu?" tanya Egon cepat.
Kristoffer berhenti dan menyentuh pundak Egon, "Aku mendapat kabar bahwa Alexander telah tiada. Namun aku belum percaya semua ini. Titip anak-anak. Jangan sampai mereka curiga. Aku akan mencari tahu kebenarannya sebentar."
"Oh, ya Tuhan,,,, Semoga kabar itu tidak benar," Egon menjadi sedih. "Baiklah, berhati-hatilah."
"Hmm. Aku pergi dulu."
Kristoffer menepuk-nepuk pundak kiri Egon. Setelah itu, ia bergegas pergi dengan gerakan yang sangat cepat. Sekilas mata memandang, seakan-akan Kristoffer menghilang begitu saja dari hadapan Egon. Beberapa detik saja ia mampu berpindah-pindah tempat meloncat ke atap-atap rumah dan terbang melayang. Ia begitu fokus pada perjalanannya kali ini yang berlangsung hanya beberapa menit saja.
Setibanya Kristoffer di penjara istana Genova, ia meminta semua keterangan tentang meninggalnya Alexander. Bagaimana awalnya ia jatuh sakit, berapa hari sakit, lalu bagaimana cara Alexander meninggal,
Kristoffer mempertanyakan semuanya pada polisi istana. Dengan bukti-bukti dan keterangan asli dari pihak kerajaan, akhirnya Kristoffer dapat menerima kenyataan bahwa Alexander telah pergi meninggalkan mereka semua. Setelah ia mengunjungi peristirahatan terakhir Alexander yang berada di pemakaman istana, Kristoffer kembali menemui anak-anak sirkus.
Orang yang pertama ia temui saat kembali, adalah Egon. Ia menceritakan semua kepada anak remaja itu bahwa kabar yang ia terima adalah benar. Bahkan ia sempat mengunjungi tempat peristirahatan terakhirnya.
Kemudian, Kristoffer juga menemui Diana. Bersama Egon, ia pun menceritakan semua tentang kepergian Alexander. Baru saja mendengar kematian ketuanya, gadis remaja yang tampak dewasa itu pun bersedih. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan Kristoffer dan Egon. Baginya, Alexander sudah seperti ayahnya sendiri. Bagaimana ia bisa kehilangan orang yang begitu baik sepertinya?
...****************...
Keesokan harinya, Kristoffer berencana akan membawa Bradon, Mariane dan Gustafo ke sebuah panti asuhan. Ia mengutamakan Bradon, sebab ia tidak ingin kondisi anak itu semakin memburuk.
Dalam keadaan sakit, setidaknya Bradon perlu beristirahat di tempat yang hangat dengan makanan yang hangat pula. Saat ia pergi menemui Diana, gadis itu tampak sedang cemas dan kebingungan.
"Ada apa?" tanyanya.
"Gustafo menghilang. Sekarang, Egon bersama para anjing sedang mencarinya,"
"Astaga, apa yang dipikirkan anak itu?"
"Entahlah."
"Lalu dimana Mariane?"
"Dia sedang menemani Bradon di karavannya."
"Baiklah. Jaga mereka berdua baik-baik. Aku juga akan membantu mencari Gustaf," ujar Kristoffer.
"Hmm. Baiklah."
Di tempat lain, Egon mencoba mencari Gustafo ke dusun. Menyusuri jalanan yang kini mulai ditutupi salju, Egon menoleh ke sana kemari diikuti enam anjingnya.
Ia melayangkan pandangannya sejauh mungkin untuk menemukan teman sirkusnya itu. Baru saja ia hendak membelok ke salah satu jalan, dari kejauhan seseorang tampak lari tunggang langgang mendekatinya.
Dialah Gustafo. Egon merasa senang karena akhirnya ia dapat menemukan kawannya itu di sana. Namun ada yang aneh dari anak itu, di dalam genggamannya, terdapat roti dan keju.
Alamak ! Gustafo baru saja mencuri makanan dari salah satu rumah warga. Dan beberapa warga sekarang sedang mengejarnya. Gill dan kelima anjing menggonggong bersahutan seolah mereka ingin berteriak pada Gustafo agar anak itu berlari lebih kencang lagi.
Ketika Egon hendak melakukan sesuatu, sekelebat bayangan lewat di depannya dan menarik Gustafo dengan cepat lalu membawanya pergi bersembunyi. Egon segera tahu siapa yang membawa Gustafo pergi.
"Hey! Apa kau melihat seorang remaja tanggung berkulit hitam lewat sini?!"
"Tidak. Aku sedang berjalan-jalan dengan anjing-anjingku. Jadi aku tidak terlalu memperhatikan jalan," jawab Egon berbohong.
"Baiklah kalau begitu," seseorang yang berjenggot tebal menepuk-nepukkan kayu giling tepung ke telapak tangannya.
Orang-orang lainnya yang mengejar Gustafo mendengus kesal. "Aku heran, pergi kemana anak itu sebenarnya! Bukankah seharusnya dia masih ada di sekitar sini? Kenapa aku tidak melihatnya?!!"
"Benar. Aku yakin tadi dia sempat lari kemari. Tapi, kenapa kita tidak bisa menemukannya?!"
"Sudahlah. Kita pulang saja. Lain kali, jika anak itu mencuri lagi, jangan beri dia ampun!"
"Ya!!"
"Ya, benar sekali."
"Benar!"
"Mari kita pulang saja."
Orang dari dusun itu pun meninggalkan jalan dimana Egon berada bersama Gill dan lainnya. Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan dongkol. Sebab, pencuri roti dan keju itu tidak dapat mereka temukan.
...****************...
Di dalam tenda sirkus, semua anggota berkumpul. Paman Kristoffer sengaja mengumpulkan mereka semua untuk memberitahukan soal meninggalnya Alexander dan rencana apa yang akan ia lakukan setelahnya.
Bradon begitu terpukul mengetahui ayahnya telah tiada di dalam penjara. Ia menangis sesenggukan tanpa henti. Satu-satunya keluarga yang ia miliki pergi untuk selamanya tanpa ia saksikan.
Semua anggota pun bersedih dan memeluk Bradon. Dalam situasi mereka yang buruk, kasih sayang yang terjalin di antara mereka tetap mengharukan layaknya satu keluarga.
"Bradon, kali ini paman minta maaf padamu. Setelah ini paman akan mengirimmu dan yang lainnya, ke panti asuhan yang ada di daerah sini. Menurutmu, apa yang akan kau lakukan pada karavan-karavan ini?"
"Aku tidak tahu, paman," jawab Bradon sambil menangis.
"Bagaimana kalau semuanya kita jual pada raja Hubert?"
"Dijual? Menurutku, paman dan Bradon masih bisa menyelamatkan sirkus kita ini," sela Egon.
"Apa? Bagaimana caranya? Kita sudah tidak mempunyai uang sedikitpun."
"Kita tidak bisa diam begini saja. Bertahan ataupun tidak, kita sama-sama tetap kelaparan. Bagaimana kalau kita mencoba berpindah tempat lagi? Siapa tahu, di tempat lain kita masih bisa mendapatkan uang dan makanan,"
"Benar. Aku setuju dengan usul Egon. Aku juga tidak ingin berpisah dengan kalian semua," Ane terisak.
Semua anjing yang mendengar usulan Egon itu pun menyalak bergantian memberi dukungan. Mereka tidak ingin, anggota sirkus Alexander menyerah begitu saja. Karena mendapat tatapan yang penuh harapan dari anak-anak, Kristoffer menghela nafas dalam-dalam. Akhirnya ia menyetujui usulan Egon dan berjanji akan berusaha dengan sepenuh hati mempertahankan kelompok sirkus mereka.
...****************...
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
mutoharoh
semangaaatt
2021-06-20
1