AWAL PERJALANAN

BAB 4

Satu kemampuan serigala Direwolf dengan ras X adalah mereka dapat mengubah diri mereka menjadi ukuran besar dan ukuran kecil seperti serigala umumnya. Namun itupun hanya beberapa jenis Direwolf keturunan dari kalangan pejuang di masanya. Tinggi mereka rata-rata sebahu manusia jika berdiri dengan empat kakinya, dan dua meter lebih jika berdiri dengan kaki belakang.

Setelah kebakaran hutan hari itu, tidak ada lagi tempat untuk mereka tinggal. Semua tampak hangus dan tanpa tanda kehidupan. Bahkan binatang pun tidak nampak di sana selain mereka, kawanan serigala.

Banyak yang melarikan diri dan banyak pula yang terkepung api. Termasuk para kelinci, babi dan rusa. Yang menjadi makanan mereka. Semenjak hari itu pula, Egon belum juga membuka matanya. Ia masih tidak sadarkan diri dengan tubuh yang demam.

Eva dan Gill merawat Egon dengan baik. Kedua serigala betina itu begitu memperhatikan kesehatan anak manusia yang selama ini hidup dengan mereka. Eva juga memberi obat untuk Egon dengan arang yang di haluskan lalu dibalurkan ke luka tembaknya.

Saat Egon tengah sendirian di dalam gua, ia membuka mata dan duduk termangu. Ia merasakan tubuhnya menggigil dan semuanya terasa panas. Mungkin peluru yang tertinggal di dalam tubuhnyalah yang membuat tubuh Egon merasa panas seperti terkena timah mendidih.

Ia bangkit dan berdiri mencoba mencari jalan menuju sungai untuk ia berendam. Baru sampai di depan pintu gua, Egon jatuh tersungkur. Kebetulan Gill melihat itu dan segera menolongnya

"Kau sudah siuman?" tanya Gill sambil membantu Egon bangun.

"Ya. Aku baik-baik saja, Gill."

"Sebaiknya kau istirahat dulu. Setelah kau sehat, kita akan pergi bersama menyusul ayah dan yang lainnya ke hutan timur," ucap Gill.

"Hutan timur?"

"Ya, kita tidak bisa tinggal di sini lagi, jadi kita harus berpindah ke hutan tetangga," Gill menjelaskan.

Setelah Egon merasa lebih sehat dari sebelumnya, ia dan Gill berangkat ke hutan timur. Namun sayang, sesampainya mereka di sana, tampaklah hutan yang hangus dan menyisakan kepulan asap. Rupanya telah terjadi pembakaran hutan seperti yang terjadi pada hutan mereka.

Bahkan mereka memukan banyak serigala terkapar. Tak terkecuali, keluarga Amaury. Gill dan Egon menemukan ayah dan ibu mereka sekarat dengan luka tembak dan tombak yang menancap di jantung mereka. Tak jauh dari mereka, Alex, Ferragus, Bruno pun tampak terkapar dan tak bernyawa lagi.

"EVAA !!" teriak Egon saat melihat ibu serigala berdarah dan terkapar di tanah.

Egon segera mendekati dan memeluk Eva yang tak berdaya. Mendengar tangisan Egon, Evarist membuka matanya yang sudah hampir menyerah. Ia balas memeluk putranya itu dengan penuh kasih.

"Putraku, selamatkan dirimu. Bersembunyilah selagi bisa bersama Gill. Mereka benar-benar ingin melenyapkan bangsa kita. Terutama dirimu, yang keturunan Lycantrus," tutur Eva lemah lembut.

"Tetapi, kenapa manusia memburu bangsa kita, Eva? Bukankah kita tidak berbuat apa-apa kepada mereka?" Egon menangis.

"Mereka mengincarmu, sayang. Karena kekuatan para serigala ada pada dirimu. Kaulah yang paling ditakuti oleh mereka. Jika kau dewasa nanti, kau akan menjadi ancaman terburuk bagi bangsa manusia. Maka dari itu, manusia memburumu selagi kau masih kecil. Uhuk uhuk uhuk," Eva mengucapkan semuanya dengan terbata-bata sampai darah keluar dari mulutnya.

Egon segera mendekap Eva karena tak sanggup lagi melihatnya sekarat seperti itu. "Baiklah. Aku mengerti, ibu. Sekarang kau bisa tidur dengan tenang," ucapnya.

Egon mengusap kepala Eva sambil menangis. Dengan perlahan, Evarist menutup matanya dan akhirnya tiada nafas lagi.

Tangan yang semula memeluknya itu jatuh terkulai lemas. Egon menjerit sedih. Akhirnya, Evarist benar-benar meninggalkan dirinya. Dipeluknya serigala betina yang selalu melindungi dan membelanya itu.

Egon tidak bisa menerima kepergiannya dengan begitu saja. Ia benar-benar marah pada manusia yang membunuh semua keluarganya. Tak jauh dari Eva, Amaury juga terkapar dan sekarat. Saat ia berbicara dengan Gill, ia meminta agar putrinya itu memanggil Egon untuk mendekat kepadanya.

"Egon, kemarilah !" panggil Gill.

Egon menoleh dan mengusap air matanya. Ia melihat Amaury seperti ingin berbicara padanya. Akhirnya, ia mendekati Amaury. Serigala jantan yang semula gagah itu kini tak berdaya.

"Egon. Maafkan aku yang selama ini tidak menganggap dirimu. Seharusnya aku percaya saat Eva mengatakan bahwa kau adalah keturunan Lycantrus. Seandainya saja aku bisa sedikit lebih percaya kepadanya, semua ini tidak akan terjadi," ucap Amaury dengan susah payah.

"Uhuk ! Uhuk ! Sekarang, keluarga Amaury sudah binasa. Hanya Gill seorang yang tersisa. Aku harap, kalian dapat saling menjaga dan saling menguatkan. Kelak, balaskan pula pada semua yang melakukan ini kepada kita."

Egon menatap Gill sejenak lalu menangguk tanda ia menyetujui permintaan Amaury. Melihat bahwa Egon, putra Lycantrus menyetujui permintaannya, Amaury pun tersenyum. Dengan perlahan ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah dua kali ia menyaksikan kepergian keluarganya, Egon bangkit dan mendongakkan kepalanya ke atas. Dengan amarah dan kesedihan yang menyatu, ia mengaum kencang. Menciptakan pergerakan angin yang membuat dedaunan sekitar terbang menjauh darinya.

...****************...

Beberapa hari kemudian di desa dekat hutan timur, seorang anak berjalan pelan bersama anjingnya dalam kerumunan manusia yang sedang sibuk dengan aktifitas mereka di pasar dekat dermaga.

Anak laki-laki dan anjing itu adalah Egon dan Gill. Tanpa mereka curigai, anak laki-laki itu berjalan melewati mereka dengan baju lusuhnya.

Ketika ia sampai di depan toko pakaian, ia menyelinap masuk dan mengambil sepasang baju khas penduduk sana yang dijual di toko pakaian.

Setelah Egon memakai baju tersebut, ia berjalan keluar tanpa dipergoki sipapun. Ia menyatu dengan penduduk kota tanpa ada yang curiga. Ia berjalan tanpa alas kaki menapaki jalanan terjal.

Saat itu ia melihat sekumpulan anak sirkus yang sedang berlatih tarian Irish (Irish Dance) yang berasal dari Irlandia. Mereka menggunakan sepatu-sepatu kusus mereka dan menari dengan sangat asyik.

Egon mengamati setiap gerakan mereka yang tampak kaku namun justru kaki mereka bergerak dengan sangat cepat menciptakan bunyian "Tuk-tuk-Trutuk" dari sepatu mereka.

Setelah mereka selesai menari, Egon bertepuk tangan. Ia mengapresiasi dengan baik tarian mereka. Salah satu anak yang mendengar tepuk tangan itu pun berhenti dan mendekati Egon. Anak yang bernama Braden itu pun menyapa Egon.

"Hay, apa kau menyukai tarian kami?"

"Ya. Tarian yang indah."

"Tapi sayang, besok kami sudah harus berpindah tempat. Malam ini adalah penampilan terakhir kami di sini," ucap Braden. "Ohya, siapa namamu?" tanyanya lanjut.

"Benarkah? Sayang sekali. Aku baru saja ingin berlatih tarian itu. Hmm,, namaku Egon. Kau sendiri?"

"Aku Braden."

"Kau ingin berlatih? Bagaimana kalau kau ikut bersama kami sampai besok? Kau bisa tidur di sirkus kami. Aku akan meminta ijin pada ayahku."

"Apakah boleh?"

"Tentu saja. Kenapa tidak? Ayo ikut aku."

Bradon mengajak Egon masuk ke tenda sirkus mereka. Anak laki-laki kurus berkulit putih dengan muka berbintik merah itu menemui ayahnya dan memintakan ijin untuk Egon. Rupanya ayah Bradon adalah pria yang ramah. Ia mengijinkan putranya berteman dengan anak yang baru kali ini ia lihat.

"Baiklah. Temanmu bisa tinggal untuk malam ini. Kalian bisa mengobrol sepuasnya sebelum besok kita melanjutkan perjalanan," jawab Arthur.

"Terima kasih, ayah."

Sejak siang itu, Bradon dan Egon main bersama. Anak-anak sirkus yang lainnya juga ikut berkumpul dan saling berkenalan. Mereka berlatih menari. Untuk menambah keseruan, Bradon meminjami Egon sepatu cadangannya.

Menurut Bradon, Egon cepat belajar. Bahkan dirinya sendiri saja tidak secepat itu menguasai tarian Irish. Setelah belajar menari, Egon juga mengajak Bradon bermain dengan Gill.

Karena Gill masih bersandiwara menjadi anjing biasa yang lucu, ia pun bermain layaknya seekor anjing biasa. Berkejar-kejaran, main lempar kayu, lalu tiduran bersama di rumput.

"Aku tidak pernah merasa sesenang ini," ucap Bradon sambil menerawang jauh ke langit.

"Benarkah?"

"Iya. Sejak ibuku meninggal, aku sangat sedih. Sebab itulah, ayahku membuka sirkus dan mengajakku keliling dunia. Dengan bermain akrobat bersama anak-anak yang bekerja pada ayahku, sedikit demi sedikit aku tidak terlalu sedih lagi," cerita Bradon.

"Kalau kau, bagaimana? Kenapa kau terlihat sendirian saja? Aku tidak melihat orang tuamu?"

"Aku juga sudah tidak mempunyai orang tua. Ayah dan ibuku sudah tiada sejak lama."

"Benarkah? Kalau begitu, kita hampir senasib. Mari, berteman akrab?"

"Hmmm."

Setelah Egon berkata seperti itu, keduanya menatap langit kembali. Mereka tersenyum sebab mulai hari ini, mereka mempunyai teman yang mengasyikkan.

...****************...

BERSAMBUNG..

Terpopuler

Comments

mutoharoh

mutoharoh

😍😍😍😍😍😍😍😍

2021-06-22

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!