BAB 14
Egon turun ke dalam lubang rahasia tempat dimana paman Bet menyembunyikan semua harta curiannya. Ternyata, tempat yang semula ia lihat dipenuhi peti-peti perhiasan dan guci itu, kini kosong melompong tanpa tersisa satupun peti di sana.
"Mungkin, dia membawa rombongan sirkus kita kemari sebenarnya hanya karena dia hendak mengambil semua harta yang ia sembunyikan sebelum akhirnya pergi kembali ke Roma."
"Itu benar, saudaraku," Gill mengibaskan ekornya.
Baru saja Egon beranjak pergi, ia melihat sebuah kertas amplop berwarna coklat tergeletak di lantai dasar tempat peti-peti semula berada. "Apa itu?" pekiknya.
Dengan cepat ia mendekati amplop yang tergeletak di bawah lantai batu. Egon memberanikan diri memungut benda tersebut dan memeriksa isi di dalamnya.
Rupanya itu sebuah surat dari Alexander yang dititipkan kepada Bet waktu itu untuk diberikan kepada Bradon, putranya.
Dalam surat tersebut, Alexander mengatakan pada putranya bahwa jika suatu saat putranya itu membutuhkan uang, maka Bradon boleh mengambil uang simpanan di dalam lemarinya.
Namun ditangan Bet, rupanya surat itu tidak diberikan kepada Bradon. Bet mengambil kesempatan untuk memiliki sendiri uang simpanan Alexander dengan mengambilnya diam-diam.
"Keterlaluan sekali pria itu. Dia mengambil hak Bradon," ucap Egon marah.
Egon bergegas kembali ke atas. Keluar dari lubang persembunyian harta karun yang kini sudah tidak tersisa satupun di sana. Ketika ia keluar dari bawah tanah, salju yang turun terasa amat dingin. Karavan-karavan mereka juga sedikit tertutupi saljunya.
Sambil membawa surat Alexander, ia mencari Bradon di dalam tenda sirkus. Tetapi anak itu tidak ada di sana. Kemudian Egon kembali lagi ke tempat semula untuk mencari Bradon di dalam karavannya.
Saat ia masuk, ia menemukan Bradon tiduran di atas pembaringannya. Ia menggoyangkan sedikit tubuh Bradon yang mengenakan selimut.
"Bradon," panggil Egon.
Anak itu berbalik menghadap Egon dan perlahan membuka matanya. "Ada apa?" jawab Bradon.
"K kau demam?" Egon merasakan tubuh Bradon yang terasa panas.
"Tidak. Aku baik-baik saja," Bradon berucap lirih.
"Benarkah? Tetapi kau demam. Tubuhmu panas sekali."
"Aku tidak apa-apa."
KLIP !
"Apa itu, ditanganmu?" tanya Bradon.
"Aku menemukan ini di bawah tanah tempat karavan paman Bet. Aku rasa sebenarnya paman Alexander menitipkan surat ini untukmu, waktu itu. Namun, paman Bet tidak menyampaikannya kepadamu."
"Benarkah? Kau yakin itu?"
"Hmm. Jika benar paman Bet orang yang loyal pada ayahmu, seharusnya ia memberikan surat ini padamu sejak minggu-minggu kemarin. Kenapa justru ia membuangnya begitu saja?" Egon menyerahkan surat tersebut pada Bradon.
Bradon duduk dengan bersemangat. Ia menerima surat dari tangan Egon. Kemudian ia membuka surat tersebut dan membacanya dengan teliti.
Setelah ia memahami isi surat tersebut, Bradon beranjak dari tempat tidurnya dan mengajak Egon pergi bersamanya ke karavan depan, milik ayahnya.
Tak butuh waktu lama, Bradon membuka lemari pakaian ayahnya dan mencari peti yang dimaksud. Namun, saat ia menemukan peti yang mirip dengan apa yang dikatakan sang ayah, rupanya isi peti tersebut sudah raib. Tidak ada uang sepeserpun di sana.
"Kurang ajar! Jika begini, benar katamu. Paman Bet sudah membawa pergi uang ayahku!" Bradon berteriak marah.
Tiba-tiba saja Bradon menangis dan menjatuhkan diri ke lantai karavan. Ia begitu kecewa dengan apa yang dilakukan paman Bet.
Setelah banyak kebaikan yang ayahnya berikan pada pria itu. Rupanya itu tidak menjamin kesetiaannya. Justru saat ayahnya masuk penjara, paman Bet menggunakan kesempatan dalam kesempitan seperti sekarang ini.
Egon merasa kasihan pada temannya yang kurus itu. Belum juga ayahnya bebas dari penjara, sekarang ia harus kehilangan uang simpanan sang ayah pula.
...****************...
Beberapa hari di musim dingin lembah Aosta, Kristoffer menyadari bahwa uang hasil pertunjukan yang mereka lakukan beberapa minggu setelah ditangkapnya sang ketua, telah raib dibawa kabur oleh Bet.
Kristoffer marah besar. Ia membanting kotak peti tempat mereka menyimpan uang hasil kerja keras mereka dengan keras. Kristoffer langsung mengetahui pelakunya, sebab hanya dirinya dan Bet yang memegang kunci peti tersebut.
"Sialan! Dasar kurang ajar kau Bet!!"
Semua anggota sirkus terkejut mendengar suara paman Kristoffer yang mengamuk. Mereka berdatangan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Begitu juga Egon dan Gill.
"Ada apa, Kristoff?" tanya nona Diana.
"Bet telah membawa pergi uang kita!" seru Kristoff.
"Apa?!"
"Lalu bagaimana nasib kita selanjutnya?" tanya Ane.
"Ya, di musim dingin seperti ini, tidak mungkin bukan jika kita melakukan pertunjukan?" Gustafo menanggapi dengan cemas.
Semuanya bersedih dan mulai menangis. Hanya Egon yang tidak meneteskan air matanya. Ia bisa merasakan apa yang mereka rasakan namun entah mengapa dirinya tidak bisa menangis.
Kristoff memandangi semua anggota sirkus. Kemudian menatap Egon seolah ia ingin berkata "Apa yang harus aku lakukan?"'.
Keadaan semakin rumit ketika dua hari setelah kejadian itu Bradon jatuh sakit. Ia begitu merindukan ayahnya yang berada di dalam penjara.
Kehilangan ibunya saja ia merasa begitu tersiksa, apalagi sekarang ia harus berpisah begitu lama dengan sang ayah.
Pada kesempatan sulit seperti itu, Kristoffer mencoba membuka pertunjukan lagi, berharap mereka akan mendapatkan uang dan hasilnya bisa mereka gunakan untuk membeli makanan.
Namun beberapa hari menggelar pertunjukan, sirkusnya tetap saja sepi tidak ada seorang pun yang datang. Apalagi, salju semakin merata menyelimuti gunung dan lembah Aosta.
Penduduk dusun yang menyiapkan diri untuk turunnya salju yang mulai mendekati dusun mereka, semakin sibuk menimbun makanan di dalam lumbung. Mereka memprediksi salju akan benar-benar menutupi wilayah mereka pada esok hari.
Kira-kira sudah tiga hari ini anggota sirkus belum menyantap makanan sedikitpun. Mereka hanya minum air yang direbus dengan sisa kayu bakar yang ada. Egon dan Kristoffer sesekali pergi untuk berburu. Namun tidak seekor binatang pun mereka temukan. Mungkin semuanya sudah berpindah tempat atau bersembunyi di rumah-rumah mereka.
"Ini sia-sia. Walaupun gerakan kita begitu cepat, namun jika tidak ada satupun binatang yang bisa kita tangkap, tetap saja kita tidak akan membawa apa-apa untuk anggota yang lain," ucap Egon.
"Benar. Kenapa tidak ada seekor binatang pun yang nampak di sini?" Kristoff berjongkok di atas batu besar.
"Lalu, apa yang akan paman lakukan?"
Kristoff berpikir sejenak. "Aku akan menulis surat untuk Alex. Dan meminta ijin untuk mengantar anak-anak sirkus ke panti asuhan."
"Apa?? Panti asuhan?"
"Ya. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku tidak merasa pusing dengan keadaan kita berdua yang akan bertahan di luar saat musim dingin seperti ini. Namun, apa kau akan membiarkan yang lainnya kedinginan di dalam karavan tanpa makan berhari-hari? Mereka manusia biasa. Jelas tidak akan sama seperti kita. Jika ini dibiarkan berlarut-larut, mereka semua bisa mati karena kelaparan."
"Jadi, apa tidak ada jalan lain?"
"Tidak ada."
Mereka berdua tampak murung dan melamun memikirkan nasib anggota yang lain. Kristoffer yang merasa mempunyai tanggung jawab dan mendapat amanat dari Alexander, berusaha mencari jalan keluar dengan bijaksana.
Ia bisa saja meninggalkan anak-anak sirkus begitu saja, namun ia adalah pria yang setia pada ketuanya. Walaupun dirinya bukan manusia, ia bisa merasakan kesedihan di hati mereka semua. Khususnya para anggota sirkus yang sudah ia anggap sebagai keluarga kedua.
...****************...
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
mutoharoh
semangat kak
mampir juga yah 😉😉😉
2021-06-20
1