Part 19

Sorot matahari siang memantul di wajah Rara yang sedang duduk termenung di balkon. Sesekali bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. Di dalam pelukannya terdapat boneka beruang besar. Tatapan matanya sayu mengarah ke halaman taman di samping rumahnya. Yah Rara belum pulang ke rumah keluarga Arsen, dia lagi ingin menikmati kenang-kenangan di rumahnya di saat-saat bersama sang ayah sewaktu dulu.

Rara teringat akan dirinya yang selalu bertingkah konyol di taman itu bersama sang ayah, kenangan yang amat mengindahkan. Kini Rara hanya bisa memandang taman itu sambil memeluk boneka beruang pemberian ayahnya di saat ulang tahunnya yang ke 16, dan boneka tersebut pula menjadi kado terakhir dari sang ayah.

Sudah seminggu William meninggalkan Rara. Suka duka dan tangis bahagia hanya ditampilkan semata di depan semua manusia. Tidak di belakang, bukan tangisan bahagia yang ia terima melainkan tangisan kesedihan yang selalu membuatnya merasa bersalah dengan sang ayah.

"Pa, besok Rara ulang tahun. Biasanya papa yang paling semangat buat rayain ulang tahun Rara. Rara sedih pa, di saat ulang tahun paling spesial di hidup Rara papa nggak ada, papa Rara sedih. Seharusnya papa sama Mama orang yang pertema ngucapin uang tahun Rara jam dua belas malam nanti. Tapi kenapa papa pergi?" Lirih Rara penuh permohonan di balik setiap kata-kata yang diucapkan. Banyak makna yang tersirat di sana, harapan yang dulu ditempa kini pupus sendirinya pergi bersama sang ayah yang sudah menghadap ilahi.

Seminggu tanpa William benar-benar membuat hidup Rara luntang-lantung tak tentu akan ke mana. Meski Gabriel berusaha membantu nya untuk melupakan semua itu, tetap saja tidak semudah itu.

Selama seminggu pula Rara memasang wajah penuh kebohongan. Tidak ada yang tau, tapi Rara bersyukur akan itu. Mungkin jika ia terus memasang wajah sedihnya di depan umum, bisa saja bermacam lontaran pedas terarahkan kepadanya. Biarkan dia sendiri yang memendam kesedihan orang lain tidak usah tau, termasuk Gabriel. 

Rara menatap ke arah boneka yang berada di dalam pelukannya. Ia tersenyum melihat boneka itu yang memasang tampang polos. Rara mencubit hidung beruang tersebut dan memainkannya lalu tertawa terbahak-bahak, seakan beruang tersebut merupakan  penghibur satu-satunya.

"Niko apa yang lain tau besok adalah hari ulang tahun ku?" Tanya Rara kepada boneka beruang yang bernama Niko itu.

Tak mendapat jawaban dari Niko membuat Rara paham jika orang-orang melupakan hari ulang tahunnya. Ia tersenyum kecut ke arah pemandangan luar. Tidak bisakah dia bahagia? Padahal baru saja dia menikah dengan orang yang sangat dicintainya, dan orang papa yang paling dicintai Rara malah meninggalkan untuk selama-lamanya.

Saat air mata mendesak ingin menetes, Rara berusaha menahannya. Ia ingin menjadi wanita yang kuat sesuai keinginan ayahnya. William pernah berkata jika seseorang menganggu mu janganlah pernah menangis, karena menangis merupakan orang yang lemah dan mereka yang mengejek mu semakin membuat mu diremehkan oleh mereka, buktikan kepada orang tersebut kita bukanlah orang yang bisa dihina dan direndahkan seenaknya, buat mereka gentar akan dirimu. Itulah kata-kata William yang membuat Rara selalu menahan air matanya dan tak peduli saat siswa dan siswi SMA Kebangsaan mengatai-ngati.

"Aku nggak boleh nangis, hanya orang lemah yang menangis. Cukup di hari kematian papa aku menjadi orang lemah, dan sekarang aku harus kuat agar papa bangga."

Gabriel yang mengamati Rara dari balik pintu sedari tadi tersenyum melihat Rara yang berusaha menguatkan diri sendiri padahal aslinya wanita itu sangat rapuh. Gabriel menyadarkan diri di belakang pintu seraya menatap ke atas, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sedangkan satu kakinya ditekuk ke belakang.

Gabriel miris kala mengingat dahulu ia selalu menyia-nyiakan Rara yang memiliki hati bak malaikat, padahal dahulu dia tau Rara merupakan orang baik dan selalu membantu orang-orang kalangan bawah. Namun gengsi untuk menerima Rara dahulu sangat tinggi, padahal mungkin sudah lama jantung ini tidak karuan saat berdekatan dengan Rara.

"Ra aku bodoh pernah nyia-nyiain kamu... kamu orang baik Ra, yah aku tau itu."

Gabriel menghela napas dan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.  Ia mendesah panjang ketika melihat jam baru menunjukkan angka dua sore. Ia menatap ke arah Rara yang kembali melamun. Ia harus melakukan sesuatu agar Rara hari ini bahagia dan melupakan masalahnya.

Gabriel keluar dari persembunyian dan menghampiri Rara. Ia menepuk pundak Rara dan refleks Rara menoleh ke Gabriel. Ketika bertemu pandang keduanya sama-sama tersenyum.

"Ada apa?"

"Aku mau ngajakin kamu jalan-jalan!"

Rara mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Gabriel. Ia memperhatikan Gabriel serius dan mulai tampak berpikir seperti sedang menimbang-nimbang permintaan Gabriel tersebut. Setelahnya ia tersenyum dalam sambil mengangguk.

"Boleh. Tapi ke mana?"

"Keliling kompleks," jawab Gabriel santai. "Kita jalan kaki doang. Kan namanya jalan-jalan. Gih siap-siap, entar aku tunggu kamu sayang di depan."

"Siap bos," ucap Rara seraya hormat bendera seolah mematuhi perintah diberikan Gabriel.

Gabriel tersenyum melihat tingkah Rara yang tampak seperti kekanakan. Tangannya yang gemas dari tadi sudah berada di puncak kepala Rara dan mengacak rambut itu sampai berantakan. Lalu Rara membalas Gabriel dengan kecupan di pipi lelaki itu.

"Manis sekali."

_______

Gabriel memperhatikan Rara yang baru saja turun dari tangga. Rara hari ini menggunakan baju kaos berwarna putih dengan lengan pendek, hot pants, tas selempang kecil, rambut dikuncir, lalu kepalanya ditutupi dengan topi.

"Cantik banget, istrinya siapa ya?" Tanya Gabriel seraya merangkul pundak Rara dan mencubit hidung Rara hingga memerah.

Rara tertawa malu-malu. Semburat merah turut menambah kecantikan Rara yang tiada tara. Ia berusaha menutupi wajahnya setelah dipuji Gabriel dengan menelusupkan kepalanya dalam-dalam ke dalam dada bidang lelaki itu.

"Jangan dipuji. Kan Rara-nya jadi malu."

"Jadi harus diapakan dong yang?" Tanya Gabriel seraya melepaskan rangkulannya lalu menghadapkan Rara di depannya, "Apa dicium hm?" Tanya Gabriel menyeringai kemudian mendekatkan kepalanya, namun Gabriel lebih dulu dipukul menggunakan tas yang sedang disandang Rara.

Bukkk

"Auuu sayang sakit tau," keluh Gabriel sembari mengusap kepalanya yang habis menjadi korban KDRT.

"Rasain. Rara capek tau dicium mulu sama Gabriel, entar bibir Rara doer lagi gegara Gabriel." Rara menatap jengkel pada lelaki itu sebab hampir setiap hari setelah pernyataan cinta kemarin Rara selalu menjadi korban pencabulan anak di bawah umur oleh suami sendiri. Untung saja ia selalu bisa menahan nafsu Gabriel agar tidak melakukan lebih dari itu. Membayangkan saja Rara tidak bisa sebab ia belum siap dan takut jika hamil di saat ia masih sekolah.

"Sudah jangan dibahas itu lagi. Jom kita jalan-jalan dulu. Lagian di rumah nggak ada Mama, kamu mau sesuatu yang buruk bagi mu tapi menyenangkan bagi ku terjadi hmmm?" Tanya Gabriel seraya mendorong tubuh Rara ke sofa hingga Rara jatuh telentang di sofa.

Rara meneguk ludah saat perhatian Gabriel jatuh pada dadanya. Rara tidak membiarkan Gabriel menatapnya dan ia pun lekas menyilangkan kedua tangannya di area tersebut. Gabriel semakin berbuat gila bagi Rara, sebab lelaki itu memposisikan tubuhnya di atas tubuh Rara yang telah terbaring di sofa. Wajah Gabriel semakin dekat, dekat, dekat dan....

Bukkk

Rara menendang aset paling berharga milik pria itu hingga refleks Gabriel menjauh dan memegang bagian selangkangnya yang pedih.

"Auuu yang sakit tau.... ini kan alat untuk membuat keturunan kita nanti...."

"Biarin aja. Masih kecil juga sudah mikir kejauhan sampai ke sana. Gabriel kan suka warna Pink kok bisa otaknya mesum banget? Kirain Gabriel bakal jadi manusia jenis ketiga." Rara mengeluarkan ilatnya untuk mengejek Gabriel yang sudah menahan malu karena Rara membawa-bawa nama rahasia terbesarnya.

"Awas kamu sayang!!!"

"Kayaaa kabur.....!!!"

Rara berlari kencang menghindari kejaran Gabriel. Sedangkan Gabriel mengejar Rara dengan senyum bahagia. Ia bersyukur hari ini bisa membuat Rara melupakan masalah yang sedang dihadapi perempuan itu, ia ingin menjadi yang terbaik bagi Rara.

Rara yang notabenya seorang perempuan dengan lari cukup lamban membuat Gabriel yang sudah terlatih berlari cepat dengan mudah mengejar perempuan itu. Dia meraih tubuh Rara lalu diangkatnya dan dipanggul seperti karung beras.

"Aaa Gabriel turunkan Rara!!!" Teriak Rara sambil memukuli belakang Gabriel brutal. Ia mengeluh dan berteriak kencang hingga menjadi perhatian warga yang berjalan disekitar.

Berbeda dengan Gabriel yang tertawa mendengar suara Rara yang sangat lucu.

"Gabriel!!! Turunkan Rara atau Rara bakal marah sama Gabriel selamanya?!!"

"Yakin kamu bisa marah sama aku sayang?"

"Yah enggak juga sih."

Gabriel akhirnya menuruti Rara dan menurunkannya. Rara jengkel ke Gabriel sebab cowok itu seperti sedang mengejeknya. Ia memang mengakui tidak bisa marah dengan pria itu.

"Jangan marah dong yang. Entar nggak cantik lagi..."

"Gabriel sih... gimana Rara nggak marah coba?"

"Sudah-sudah. Sini dedek, Babang tampan peyuk." Ujar Gabriel seperti suara khas anak-anak.

Rara memeluk Gabriel manja. Mereka berjalan dengan  berpelukan tidak mempedulikan para jomblo yang melihat keromantisan mereka sambil memeluk tiang listrik.

Sepanjang mengelilingi kompleks mereka tertawa dan bertengkar. Mereka menikmati pemandangan sore. Rasa lelah di kaki selama mengelilingi kompleks hilang begitu saja dengan candaan dan lelucon yang dibuat masing-masing.

Setelah Gabriel melepaskan pelukannya Rara terus memainkan ponsel tidak peduli dengan Gabriel yang terus menahan napas demi membuang kecemburuannya kepada ponsel tersebut. Bagaimana Gabriel tidak merasa cemburu, bisa-bisanya Rara lebih memperhatikan handphone ketimbang dirinya.

Ia terus mengumpat ketika Rara tertawa sambil membalas pesan. Ia hendak melihat diam-diam siapa yang berkirim pesan bersama Rara tersebut, tetapi setiap ia ingin mengintip selalu ketahuan, Rara menutupi ponselnya.

Kini habislah kesabaran Gabriel ketika melihat Rara tertawa gelak dan tidak peduli dengannya yang berjalan di samping.

"Rara!!" Tidak ada sahutan.

Gabriel geram, kesabaran yang sudah dipendam tenggelam bagaikan ditelan bumi. Ia merebut ponsel itu dan melihat Rara sedang membalas chat orang yang men-DM  Rara di Instagram. Mana para lelaki itu tidak kalah tampan dengannya. Gabriel memblokir orang tersebut satu-satu.

"Gabriel kembalikan HP Rara," teriak Rara sambil ingin merampas handphone tersebut, tapi Gabriel mengangkatnya.

Di sini Rara mulai mengeluh dengan tubuhnya yang pendek, jauh berbeda dengan Gabriel yang tingginya bak Tower. Ia menghentakkan kakinya kesal sebab Gabriel mengangkat ponsel tersebut amat tinggi.

"Gabriel kembalikan ponsel Rara!!!"

"Ada syaratnya!" Gabriel menunjuk bibirnya membuat Rara salah tingkah. "Kalau nggak mau yasudah."

Ketika Gabriel hendak melemparnya ke dalam GOT, cepat Rara mengecup bibir Gabriel singkat. Ia tidak rela handphone yang dibelinya puluhan juta berakhir di dalam got.

"Rara sudah cium nih..."

Gabriel menyeringai membuat kecurigaan Rara menambah. Ia menyelidiki kobohongan apa yang sedang dilancarkan Gabriel kepadanya.

"Mau ini?" Rara mengangguk. "Tapi sayang...."

Plung

Gabriel tersenyum tanpa bersalah saat melemparkan handphone tersebut ke dalam got. Berbeda dengan Rara yang hampir mengais melihat handphone puluhan jutanya sudah menjadi korban di dalam got bersama sampah-sampah di sana. Tidak mungkin dia mengambil handphone itu kembali.  Gabriel benar-benar kejam kepadanya.

"Ga-Gabriel itu kan handphone mahal! Kenapa dibuang? Kan sayang..." Rara tidak tau harus berbuat apa demi menyelamatkan hendphone-nya.  Ini benar-benar keterlaluan dan sudah keluar batas.

"Kan masih bisa dibeli lagi. Mau yang berapa? 1 juta? 5 juta? 10 juta? 50 juta? 100 juta? Atau 1 Miliar? Tenang demi kamu aku rela ngeluarin uang segitu."

Rara tidak menggubris nominal yang dikatakan Gabriel. Baginya handphone tersebut yang paling penting. Sebab di sana ada data-data penting. Handphone mahal tapi tidak bisa membalikkan semuanya sama saja bohong.

"Rara benci sama Gabriel."

Rara merajuk dan berjongkok di tengah jalan. Ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya. Ia tidak mau jalan-jalan lagi, yang Rara mau hanyalah handphone tersebut.

"Jalan apa enggak? Aku tinggalin nih."

"Tinggalin aja. Rara juga males jalan-jalan lagi sama Gabriel. Gabriel kan jahat sama Rara."  Rara berucap berteriak dan bahkan ia sudah terduduk di tanah.

Gabriel ingin tertawa melihat kemarahan Rara tapi ia juga tidak berani melihat Rara yang marah dan bakal mengamuk kepadanya.

" Gabriel kan jahat sama Rara," ucap Gabriel menuruti kalimat yang dituturkan Rara tetapi menggunakan nada mengejek. "Yasudah kalau nggak mau. Aku pergi dululuan. Jongkok aja terus di sana sampai malam, nggak bakalan ada yang nolongin kamu selain aku. Percayalah sayang."

Ketika Gabriel telah melangkah. Rara mengangkat kepalanya menatap punggung lelaki itu. Ia menggigit bibirnya, antara ikut apa tidak. Namun ketika telah mengamati sekitar, Rara cukup ngeri berada di tempat yang sunyi.

Lantas perempuan itu langsung bangkit dan berlari. Dia hendak naik ke punggung Gabriel dan tepat Gabriel yang cepat tanggap langsung merendahkan tubuhnya sehingga Rara mudah bergendong di belakang Gabriel.

Gabriel tersenyum. Ia menahan paha Rara menggunakan kedua tangannya. Sedangkan tangan Rara dilingkarkan di lehernya, kemudian Rara meletakkan kepalanya di pundak Gabriel hingga pipi mereka saling bersentuhan. Pria itu pun berdiri sambil menggendong Rara di belakangnya, ia melanjutkan perjalanan kembali.

"Kenapa nggak jadi tinggal hmm?"

"Takut...." kata Rara dengan bahasa kekanakannya, ia semakin mengerutkan pelukannya di leher Gabriel. "Kita pulang aja, bentar lagi malam. Kamu tau nggak kapan aku ulang tahun?"

"Enggak tau lah," jawab Gabriel membuat Rara tampak sedih sebab Gabriel tidak mengetahui ulang tahunnya. Padahal besok umurnya sudah 17 tahun.

Gabriel dan Rara memang lebih tua Rara, namun jarak antara umur mereka hanya terpaut satu minggu. Jadi sudah dipastikan jika minggu depan adalah ulang tahun Gabriel.

"Ra. Kamu tau nggak apa untungnya kita nikah muda?" Rara menggeleng tak tau. "Kamu lihat diluaran sana, banyak mereka yang belum nikah tapi sudah melebihi batas. Sesungguhnya di dalam agama lebih baik kita menikah muda ketimbang mereka yang pacaran. Itu sebab aku tidak mau nerima kamu jadi  pacar aku, karena hubungan tersebut tidak ada di dalam agama. Salah orang yang menyebut kita menikah muda tidak baik, padahal ada yang lebih tidak baik yaitu pacaran bukan muhrim. Sayang menikah muda nggak mesti karena nafsu, menikah muda bisa karena agama, sebab kalau kita bersentuhan bisa menjadi dosa, jadi Allah memberikan solusi-nya bagi mereka yang muda yaitu menikah. Dan saat menikah tidak perlu langsung berhubungan badan, boleh menunda. Seperti Nabi Muhammad dan Siti Aisyah. Apakah nabi langsung menggauli? Tidak kan?"

Rara tersenyum mendengar penjelasan Gabriel. Ia sangat beruntung memiliki suami seperti lelaki yang tengah meggendongnya ini.

"MasyaAllah soleh-nya suami ku. Semoga ya nanti aku bisa ngimbangin kamu, aku belum siap hijrah pakai hijab. Maafkan aku ya!"

"Nggak papa yang." Gabriel menoleh ke samping tepat ke arah Rara. Dia tersenyum dan dibalas Rara dengan kecupan singkat di bibir lelaki tersebut.

"Nanti kalau punya anak, anaknya cewek ya?" Pinta Gabriel memohon.

"Nggak mau. Rara maunya cowok."

"Cewek."

"Cowok."

"Cewek."

"Cowok."

"Perempuan."

"Laki-laki."

Dan seterusnya begitu mereka bertengkar sampai pulang ke rumah. Padahal ada Allah yang menentukan jenis kelamin seseorang.

______

TBC

Sorry Gaes semalam nggak update.  Akun aku eror. Ada yang bilang alur PDBU nggak jelas. Menurut kalian bagian mana yang kurang jelas? Padahal aku untuk part belasan nggak mau buat konflik dan berusaha mudah dimengerti. Mungkin part puluhan ke atas, bakal ada konflik nya.

Bagaimana menurut kalian part ini?

Mohon comen, like, dan vote jika berkenan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!