Part 10

I'm ok. wi ro ha ji ma

Dong jong ha jima

Gyo te is so jul piry op so

Gwen cha hu ni ka.

I'm ok. Gok jung hu jima

Shin gyong su ji ma

Cha ra ri hon ja in nun ge nan

Ik su ha ni ka.

Sekiranya itulah lirik lagu yang sedang mengalun di telinga Rara. Ia pergi hari ini ke sekolah menggunakan taksi, karena mobil pribadi yang biasa mengantarkan Rara harus masuk rumah sakit yang tak lain adalah bengkel. Setelah memberikan uang yang diminta supir taksi tersebut, Rara keluar dan berjalan santai bersama para siswa yang lainnya bersamaan masuk ke dalam gedung sekolah. Sesekali Rara memejamkan matanya sambil menikmati lagu yang terus mengeluarkan nada lembut membuat Rara sedikit dapat berpikir jernih.

Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku jaket yang digunakan. Rambutnya ia biarkan digerai hingga ketika angin menerpa rambutnya membuat rambut tersebut melambai bagaikan tangkai padi di tengah sawah saat ditiup angin. Semua orang memang mengakui kecantikan Rara di sekolah ini, namun rasa memuji tertutupi dengan rasa benci. Rara tak masalah dengan itu, dia tidak mau mengurisi para orang-orang yang diri sendiri saja tidak pandai memgurus.

jalan santai Rara harus terganggu ketika dua orang berlari ke arahnya dan merangkul pundak Rara tanpa sungkan meski aksi mereka tersebut menjadi perhatian orang banyak.

Merasa sedikit kaget, Rara pun kontan membuka matanya lalu melirik ke samping secara bergantian. Rara mendengus kala mengetahui siapakah gerangan orang yang telah berani mengusik kenyamanannya.

"Lo pakai apa Ra ke sini?" Tanya Reza seraya mengambil satu tali earphone dan memasang ke telinganya dan ikut mendengar lantunan lagu tersebut. "Wih lagu Korea nih. Lo masih aja demen sama lagu Korea. Emang lu ngerti artinya?"

Dengan kesal Rara memandang Reza lalu menjitak kepala cowok itu sesuka hatinya. Membuat Reza meringis. Seulas senyum meremehkan kontras di wajah Rara yang cantik.

"Lo pikir gue nggak bisa bahasa Korea? Jangan pura-pura nggak tau lo. Meski gue keturunan Jepang, tapi gue juga bisa bahasa Korea. Papa itu selalu pengen anaknya bisa semua bahasa, yah walau akhirnya gue sakit kepala juga belajar bahasa di dunia ini yang semuanya terasa aneh."

"Ha ha ha. Untung Papa gue nggak kaya lo, kalau Papa gue suruh gue begitu gue tantang balik aja. Gimana Papa aja yang duluan belajar semua bahasa baru Junior ikut jalur senior. Kan beres Ra. Elu mah yang takut banget buat nantang balik."

Sekilas Rara memandang Adhan dengan geram. Apa pria itu sudah mau cari mati dengannya? Sampai kapan pun Rara tidak akan pernah menatang Papa. Lagian papa nya itu juga bisa semua bahasa di dunia. Rara tampak berpikir, kenapa ia memiliki otak di bawah rata-rata padahal keluarganya hampir semua keturunan orang-orang jenius. Apa jangan-jangan.....

Rara cepat-cepat membuang pemikiran aneh tersebut. Tidak, tidak mungkin ia bukan keturunan dari orang tuanya. Wajah Selvi dan William sangat mirip dengannya, jadi apa mungkin ia bukan keturunan mereka?

"Eh Rara hari ini lo bakal ke mana? Ada acara nggak? Kita ke basecamp yuk hari ini. Kan elo sudah lama nggak ke sana. Anak-anak pada kangen sama lo," ujar Reza enteng membuat jalan Rara harus terhenti mendadak.

"Iya Ra. Kapan kita ngamen lagi buat seru-seruan sama mereka. Kasihan mereka kalau lo nggak bantu mereka ngamen, mereka nggak bisa makan Ra."

"Gue nggak bisa hari ini. Gitar gue juga lagi rusak, Mama ngelarang gue ke sana lagi, atau nanti gue dihukum. Lo tau sendiri kan bagaimana sikap Mama? Lo berdua aja ke sana sekalian gue mau kasih mereka sebagian uang jajan gue. Kalian juga bantu gue sumbangin dana ke mereka," Adhan dan Reza mengangguk lalu memberikan hormat layaknya hormat bendera.

"Siap bos. Ucapan bos adalah perintah buat kami," kata Adhan membuat mereka bertiga tertawa lebar.

Mereka bergandengan tangan menuju koridor sekolah dengan Rara yang berada di tengah-tengahnya. Sesekali ketiga sahabat itu menjahili satu sama lain hingga mengundang gelak tawa mereka.

Rara terhenti dan menelan sliva susah payah. Seperti ada sesuatu di tenggorokan nya. Mata Rara tak berkedip melihat pemandangan di parkiran. Gabriel keluar dari mobil mewahnya yang berwarna oranye, berbeda dengan kemarin yang berwarna merah.

Hari ini lelaki itu tampak tak seperti biasanya. Jaket kulit yang melekat di tubuh Gabriel membuat lelaki itu tampak seperti bukan seperti anak baik-baik, rambut acak-acakkan dan Rara juga dapat melihat jika Gabriel tak mengenakan dasi dan bajunya keluar.

Rara terpaku melihatnya, sejak kapan Gabriel berpenampilan seperti itu, pikirnya. Semua orang juga tau kalau Gabriel adalah anak baik-baik dan siswa kebanggaan SMA Kebangsaan. Aneh bukan jika melihat penampilan berbeda dari biasanya.

"Kalian tunggu di sini. Gue mau nyamperin tunangan gue dulu. Jangan ke mana-mana, kalau sudah keadaannya darurat atau Gabriel nyakitin gue baru kalian keluar. Paham kalian?"

"Paham." Jawab Reza dan Adhan bersamaan.

Rara menarik napas lega lalu berlari kecil menghampiri cowok itu. Ia menahan tangan Gabriel sehingga membuat Gabriel berbalik lalu mendengus sebal ketika tau siapa orang yang menahannya.

"Ngapain lo?"

"Gabriel kita masuk bareng yuk."

"Nggak mau," tolak Gabriel sembari berusaha melepaskan tangan Rara yang masih memegang tangannya.

"Gabriel jangan gitu dong ke Rara. Apa Gabriel nggak kasihan liat Rara yang terus-terusan kejar Gabriel tapi nggak pernah berhasil. Asal Gabriel tau Rara sakit hati liat Gabriel memperlakukan Rara selalu buruk di depan semua orang. Apa salahnya cobak kalau Rara minta perhatian sama Gabriel. Rara itu cinta mati sama Gabriel."

Sepanjang Rara berdalih dan selama itu pula lah Gabriel memutar bola matanya dengan malas. Entahlah membuat Rara selalu sebal dengannya menjadi hobi baru bagi Gabriel.

"Gue nggak mau dengar curhatan lo. Gue ke sekolah buat belajar bukan jadi pendengar curhatan lo."

"Tidak bisa kah Gabriel belajar mencintai Rara? Rara tau Rara ini murahan, bodoh, goblok dan segala macam kata umpatan lainnya. Tapi hanya satu keinginan Rara, Rara berharap Gabriel berusaha membuka hati buat Rara. Gabriel sebentar lagi kita ini bakal menjadi pasangan suami istri, sekiranya Gabriel tolong baik dengan Rara."

Napas Gabriel memburu, ia menatap Rara dengan kilatan kemarahan karena Rara menyebut kalimat tersebut dengan lantang sehingga bisa saja para murid yang berlalu lalang dapat mendengarnya.

Gabriel tidak mau orang-orang mengetahui jika sebentar lagi dia akan menikah. Sungguh tragedi buruk jika hal itu terjadi. Gabriel yang sudah terbawa emosi pun cepat menarik tangan Rara sehingga jarak keduanya sangatlah dekat.

Sebelum mengatakan apa-apa, Gabriel lebih dulu mengamati sekitar yang mana ramai orang. Ia kembali memandang wajah Rara lalu mendekatkan wajahnya. Rara terlihat gugup, dadanya tak henti berpacu cepat ketika napas Gabriel berembus dan mengenai wajahnya, dapat ia rasa jika napas itu terasa panas.

"Ga-Gabriel," lirih Rara tak enak.

"Jangan pernah lo katakan itu lagi di tempat umum. Gue nggak mau sampai semua orang mendengar ucapan lo. Paham nggak?"

Rara menggeleng. Matanya berkaca-kaca, ia tau apa efek samping dari mendekati Gabriel. Rara semakin takut saat Gabriel menarik tangannya dan membawa ke tempat sunyi. Gabriel berhenti dan melepaskan tangan Rara sambil menyudutkan perempuan tersebut ke dinding. Kedua tangannya ia letakkan di samping kepala Rara sehingga keadaan Rara saat ini tengah terkurung.

Dalam hati Rara terus berdoa agar ia diberikan keselamatan. Sungguh saat setiap kali ia menatap langsung netra Gabriel dirinya merasakan jika bulu kuduk sedang berdiri. Jauh di dalam hati Rara saat ini sedang mengumpati kedua sahabatnya. Ke aman mereka?

"Gabriel tolong lepasin. Rara pengen masuk kelas. Tapi sebelum itu Rara pengen ngingatin kalau sehabis pulang sekolah kita fitting baju pengantin."

Gabriel tidak menyahut, wajahnya tetap datar sembari memperhatikan Rara intens.

"Gue tau."

"Oh," tanggap Rara seraya mencari celah agar ia dapat kabur dari kekangan Gabriel. Meski dia mencintai lelaki itu tetap saja Rara merasa sangat takut jika berada di situasi seperti ini. "Gabriel kenapa penampilan kamu seperti ini? Tidak biasanya Gabriel berpakaian berantakan."

"Gue telat bangun. Jadi gue nggak sempat rapi-rapi." Gabriel mengalihkan posisi tangannya ke rahang Rara lalu mengangkat rahang tersebut hingga wajah Rara mendongak ke atas. "Ra gue peringatin jangan pernah lo bersikap agresif di dekat gue. Gue malu Ra karena ulah lo, puas lo sudah buat gue diejek orang-orang. Asal lo tau Ra gue dari kecil sudah diejek, dan elo jangan nambahin masalah gue."

Gabriel menyentak tangannya di rahang Rara dengan kuat sehingga Rara yang tidak siap pun harus merelakan jika kepalanya membentur tembok sekolah yang berada di belakang dengan keras. Darah segar keluar dari kepala Rara, ia meringis sambil memegang kepalanya yang berdenyut hebat. Kepala Rara pusing dan secara perlahan titik hitam memenuhi penglihatannya dan sampai benar-benar ia tidak bisa melihat apa pun selain gelap.

Gabriel kaget bukan main ketika dia mengetahui telah melakukan kesalahan besar. Dirinya panik bukan main kala melihat ada darah di kepala Rara dan apalagi saat Rara jatuh pingsan. Ia mengankap tubuh itu sebelum limblung ke lantai.

Di dalam dekapan Gabriel, Rara berbaring dengan nyaman dan mata tertutup. Berbeda dengan Gabriel, wajah lelaki itu diliputi rasa cemas yang berlebih. Ia menepuk-nepuk pipi Rara membangunkan wanita tersebut.

"Ra bangun Ra. Rara maafin gue," lirih Gabriel menyesal.

Gabriel mengangkat tubuh Rara dan membopongnya sambil berlari ke UKS. Ia tak berhenti bersuara menyadarkan Rara.

"Maafin gue Ra. Tolong bangun, kalau lo bangun gue janji bakal nurutin apa yang lo mau. Ya Allah Ra, lo jelek kalau pingsan."

Entah berapa kali Gabriel mengumandangkan kata maaf untuk Rara. Dia juga tidak tau mengapa dirinya sepeduli ini terhadap wanita itu. Sepanjang jalan menuju UKS Gabriel terus berteriak berharap Rara dapat bangun dari pingsannya. Semua orang heran melihat Rara yang berada di gendongan Gabriel.

"Woy buruan selamatin dia. Kalau sampai Rara kenapa-napa gue hajar kalian semua!!!!" Teriak Gabriel pada petugas UKS. Ia membaringkan Rara di barnkar.

Napasnya tertahan saat semua petugas UKS tersebut hanya menetap dan tak melakukan apa-apa.

"KALIAN INI BAGAIMANA SIH. BISA KERJA APA ENGGAK? ORANG LAGI SAKIT JANGAN DILIHATIN TAPI DIOBATIN!!! BURUAN SELAMATKAN RARA ATAU LO SEMUA GUE KELUARAIN DARI SEKOLAH INI KALAU KALIAN SAMPAI NGGAK BISA NYELAMATIN RARA!!!"

Teriak Gabriel frustrasi sembari menjambak rambutnya sendiri. Sangat mudah bagi Gabriel untuk mengeluarkan mereka semua, ayahnya berkuasa terhadap sekolah ini jadi dia bisa melakukan sebebas apa pun yang dia mau.

Semua petugas UKS pun sigap melakukan tugas mereka. Mereka terlihat merasa takut dengan Gabriel yang belum pernah ditampakkan sikap-nya yang seperti ini. Semua orang menunduk ngeri akan ancaman Gabriel.

"Awas saja sampai kalian gagal. Kalau sampai itu terjadi maka masa depan kalian di sekolah ini atau nyawa kalian yang menjadi taruhannya."

______

Tbc

Bagaimana menurut kalian dengan part ini?

Jangan lupa like, komen, dan vote jika berkenan.

Maaf ya teman-teman kalau besok atau lusa Amanda nggak update, karena Amanda juga harus menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

YG ANEH, RARA KN JAGO BELA DIRI, KOQ JDI TAKUT GITU SAMA GABRIEL..

2023-01-15

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LHAAA,, UDH DY YG SALAH, MLH DY YG NGANCAM...

2023-01-15

0

pupi

pupi

anjwengggg gabriel pakyu men

2022-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!