Part 5

Kendaraan yang berlalu lalang sedikit membuat Rara terusik. Ia mengubah posisi tidurnya, namun ada yang terasa aneh. Rara meraba sampingnya, ia masih mengingat jika sebelum tertidur dia sempat dipeluk Gabriel. Tapi kenapa saat ini ia tidak merasakan apa-apa?

Perlahan Rara membuka matanya dan mengucek kedua kelopak matanya yang terus merekat seolah menyuruh Rara agar tetap terlelap. Pemandangan yang pertama menyambut Rara adalah jalan raya, tapi dia tau saat ini masih berada di dalam mobil Gabriel. Rara menatap ke samping, ternyata Gabriel sedang memperhatikan Rara.

Ia sedikit malu karena Gabriel telah melihat ia tertidur, bisa sajakan tadi ia tertidur sambil ileran. Kan nggak lucu? Mau diletakkan di mana wajahnya? Rara menunduk menahan malu sebab Gabriel memperhatikannya dengan tatapan yang mengejek.

"Kenapa? Sudah puas tidurnya tuan Putri?" Ada suara merendahkan dari nada yang dikeluarkan Gabriel.

Rara mengangguk dengan polos nya. Saat ini ia hanya bisa terdiam dan berusaha melapangkan dada untuk mendengarkan unek-unek cowok itu utarakan jika saja nanti Gebriel memarahinya karena ia telah berani tertidur di dalam mobil cowok itu.

"Ma-maaf," lirih Rara tertunduk. Ia menautkan jemarinya di bawah sana supaya memberikan kehangatan di tengah hawa yang mencekam.

"Maaf-maaf. Enak banget lo mengatakan maaf setelah tertidur dan iler mu belepotan di pakaian gue."

What the hell, jadi dia tadi ileran. Rara menghela napas dalam, inilah kebiasaan yang paling ia benci ketika tidur. Dia selalu ileran dan bahkan mama-nya sering menegur Rara agar berusaha sebisa mungkin tidur tidak ileran, tapi kan dia tidak sadar bagaimana mungkin ia mau menahan air liurnya sendiri tidak keluar saat tertidur?

Rara memegang pipi sebelah kanan dan kiri. Dirabanya pipi tersebut, dan benar saja ada bekas iler di sana. Dalam hati Rara menggerutu, dasar momen sialan. Dikiranya hari ini adalah hari yang membahagiakan tetapi kenyataan hari ini adalah hari yang paling banyak ia membuat Gabriel marah dan ditambah geli pastinya.

"Gabriel nggak geli kan liat Rara ileran?"

"Yah geli lah, orang gila aja geli liatnya. Dasar cewek edan."

Rara tertunduk. Benar firasatnya, Gabriel setelah ini akan benci dengannya. Rara menarik napas, mungkin ini adalah hari terakhir perjuangan cintanya untuk Gabriel, dan lebih baik dia menyerah. Gabriel bagi Rara ibaratkan surga, Gabriel lah suragnya Rara. Tapi menggapai sebuah surga bukanlah suatu perkara mudah. Dia harus banyak berusaha dan berjuang, namun Rara sudah lelah. Sudah banyak perjuangan yang ia lakukan tapi satu pun tidak ada dilirik Gabriel. Mungkin sudah saatnya Rara harus menerima perjodohan yang ibunya inginkan.

"Sudah lama ya Gabriel sampai di depan rumah Rara?"

"Lo bangun gue baru sampai depan rumah lo."

Rara ber oh dia seraya melirik ke bangunan gedung yang menyerupai tempat tinggal di samping mobil mereka. Itu rumahnya, sebentar lagi ia akan masuk ke rumah itu dan akan berpisah dengan Gabriel.

"Gabriel boleh nggak Rara ngomong sesuatu sebelum masuk ke rumah?"

"Hm."

Mendapatkan kesempatan membuat Rara sedikit bahagia tetapi ia juga sedikit sedih. Dia tidak tau kehidupannya seperti apa jika tidak dekat dengan Gabriel. Namun ia terpaksa melakukan itu supaya Gabriel tidak merasa terganggu dengan kehadirannya.

"Kalau pengen ngomong buruan, atau gue tinggalin lo. Gue harus pulang cepat orang tua gue sudah nunggu di rumah. Entar kalau mereka marah elo yang gue salahkan."

"Gabriel!" Rara ragu untuk mengatakannya namun ia harus mengatakan ini, "Rara cinta banget sama Gabriel. Ta-tapi Rara liat Gabriel nggak cinta sama Rara. Rara pengen nyerah aja percuma Rara kejar-kejar Gabriel tapi Gabriel nggak pernah tergapai. Rara lelah dan Rara janji nggak akan nemui Gabriel lagi."

Gabriel tersungging mendengarnya. Ini yang dia harapkan selama ini. Rara menyerah dan ia hidup tenang, namun tak bisa dipungkiri juga jika masih banyak wanita yang membuat Gabriel harus menahan pusing.

"Bagus dong."

"Gabriel nggak sedih dengarnya?"

"Sejak kapan gue sedih? Yang ada malah gue seneng. Mungkin pulang sekolah ini gue bakal ngadain syukuran karena pengganggu gue sudah berkurang satu," ucap Gabriel yang tak mempedulikan ekspresi Rara yang sedang berusaha menahan tangis. "Sudah sana Lo masuk rumah. Gue pegang janji lo yang nggak akan nemuin gue lagi."

"Gabriel, ada tujuh keajaiban dunia saat ini. Machu Picchu di Peru, Taj Mahal di India, Colosseum di Italia, Christ the Redeemer di Brasil, Chichen Itza di Meksiko, Tembok Raksasa di China, dan Petra di Yordania, tapi bagi Rara semua itu tidak bersejarah dibanding dengan sejarah kisah cinta Rara ke Gabriel. Sampai mati Rara nggak pernah ngelupain dan Rara juga berharap Gabriel juga sama."

Gabriel tertegun mendengar ucapan Rara. Ia diam tidak menimpali, memang cukup sedih namun itu frekuensi jika seorang wanita dekat dengannya.

"Terus kenapa lo tetap ada di sini?"

"Rara boleh minta sesuatu untuk terakhir kalinya?" Gabriel mengangguk. "Rara pengen dicium Gabriel di kening sama peluk."

Lelaki itu seketika terbelalak. Apa katanya? Dicium? Dipeluk? Nggak salah? Gabriel tidak mungkin melakukan itu. Itu adalah hal hina yang paling memalukan di dalam hidupnya. Sebenatar Gabriel melirik Rara, namun ekspresi yang terdapat pada Rara membuat Gabriel goyah.

"Yasudah sini."

Rara tersenyum lebar, ia sangat bahagia Gabriel mau menuruti kemauannya. Tapi ia berusaha menghibur diri, meski ini terakhir kalinya tapi Rara merekam kejadian ini untuk terus diingatnya nanti.

Gabriel melakukan apa-apa yang dimau Rara. Ia memeluk tubuh itu beberapa detik lalu beralih dengan mencium puncak kepala Rara. Setelah tugasnya sudah selesai, Gabriel menjauhkan jaraknya dengan Rara.

Namun ia kembali dibuat tertegun dengan mata Rara yang sudah basah dengan air mata, cewek itu menangis. Apa sesakit itu? Batin Gabriel. Tiba-tiba perasaan tidak tega menelusup di hatinya.

Ia pun menyeka air mata yang kembali meluncur hebat dari sumbernya. Gabriel membersihkan pipi Rara dari air mata sehingga bersihlah wajah Rara dan hanya tertinggal matanya yang memerah.

Rara mengangkat kepalanya. Ia menatap Gabriel dengan terluka. Namun ia memaksakan senyum supaya tetap terlihat tegar.

"Terima kasih."

"Hm."

Rara pun keluar dari mobil Gabriel dan berjalan menghampiri pagar. Gabriel melihat tingkah Rara yang menyimpan seribu kesedihan. Ia meraba dadanya yang tiba-tiba terasa aneh ketika setelah mencium kening wanita itu.

"Ada apa dengan ku?" Gabriel berbicara lirih dari dalam mobil.

Saat mobil Gabriel telah melesat jauh, Rara melambaikan tangannya kepada mobil tersebut, mungkin ini yang terakhir kalinya. Rara beranjak dari depan pagar dan membukanya. Ketika tubuh mungil itu masuk ke dalam halaman rumah, Rara langsung lemas dan jatuh. Ia menangis hebat seraya berteriak kencang, dadanya sesak bagai dihantam ribuan beton.

"AKHHHHH. Hiks-hiks-hiks." Rara mencengkeram dadanya yang terasa sakit.

Angin bertiupan seolah merasakan apa yang sedang dirasa Rara. Daun-daun beterbangan dan menghinggap di kepala Rara. Tangisan sudah menjadi lautan, hanya tulang rusuk yang mencari pasangan namun tak singgah di sang pujaan. Sebentar lagi ia akan menikah sesuai perintah sang ibunda di telepon, sebenarnya bukan hanya tadi ibunya ingin menjodohkannya tapi sudah sejak berbulan-bulan dia digesak untuk bertunangan. Dan Rara rasanya mau mati saja karena malam ini adalah saatnya ia bertemu calon tunangannya.

__________

"Apa menikah?"

Gabriel yang baru saja masuk ke dalam rumah usai pulang sekolah langsung dikejutkan dengan orang tuanya yang sedang berdiskusi ingin menjodohkannya.

Refleks semua orang yang berada di ruangan itu langsung melirik ke arah Gabriel. Nisa meneguk ludah melihat kehadiran Gabriel. Ini yang ia takutkan, Gabriel tidak menyetujui dengan rencana ini.

Gabriel melirik Aresn dan Nisa bergantian. Nisa terlihat sedang ketakutan, namun berbeda dengan Arsen lelaki itu tampak biasa-biasa saja.

"Apa maksud kalian? Gabriel tidak mau menikah. Gabriel masih kecil Pa, Bun. Belum saatnya Gabriel untuk berumah tangga."

Gabriel melempar tas nya di atas meja tepat di depan kedua orang tuanya. Ia tidak mau menikah, kenapa orang tuanya seperti ini sih.

"Nak maafkan Bunda. Tapi kami terpaksa melakukan ini. Kamu harus tetap menikah sayang," ucap Nisa lembut seraya menghampiri Gabriel.

Ia menengakan anak itu sambil menguap pergelangan tangan Gabriel yang sudah tampak urat-urat yang menyembul.

Gabriel melembut ketika ditenangkan Nisa. Ia tidak pernah bisa berkata kasar di depan ibunya. Terkadang Arsen merasa cemburu dengan Nisa karena Gabriel lebih menurut dengan wanita itu ketimbang dirinya.

"Pa jelaskan semua ini!!"

"Apa lagi yang mau dijelaskan Iel, semuanya sudah jelas."

Gabriel menarik napas dan mendengus. Ia tidak bisa menerima perjodohan ini karena Gabriel ingin menunggu Cilla pulang.

"Papa pasti menjodohkan Gabriel karena bisnis?"

"Tidak."

"Hutang?"

"Apalagi tidak."

"Harta?"

"Buat apa Papa menjodohkan mu karena harta. Harta Papa lebih banyak dari pada mereka."

"Politik?"

Arsen tergelak mendengar pertanyaan Gabriel yang terakhir. "Tentu saja tidak. Sejak kapan Papa mu ini jadi seorang politikus?"

"Terus apa dong Pa?" Tanya Gabriel frustrasi. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Tanyakan dengan Bunda mu. Dia yang lebih tau."

Gabriel melirik ke ibunya. Nisa menatap tajam Arsen yang lepas tanggung jawab begitu saja dan melimpahkan kepada dirinya.

"Karena adik yang ada di dalam perut mu ini ingin melihat mu menikah. Dan Papa wanita yang menjadi calon istri mu juga Papannya ingin melihat dia menikah. Dokter memfonis Papa perempuan itu umurnya tidak akan panjang lagi."

Gabriel membuang muka dari hadapan kedua orang tuanya, "Masalah yang sangat klise dan ditambah tidak masuk akal." Gabriel melirik pada perut ibunya yang buncit, Nisa memang sedang hamil lagi. Usia kandungnya sudah memasuki ke 5 bulan. "Lagian kenapa Mama hamil lagi sih. Papa sih yang selalu nggak bisa nahan nafsu sedikit. Gabriel itu sudah pusing dengan Bagas dan jangan ditambah pusing lagi dengan kehadiran mereka."

"Gabriel jaga mulut kamu," bentak Arsen dan berniat ingin menghampiri lelaki itu namun ditahan Nisa.

"Sudahlah Mas."

Tiba-tiba seorang anak remaja yang usianya sekitar 9 tahun datang dan duduk di samping Gabriel. Anak itu menatap Gabriel dengan mengejek.

"Kenapa Bang dijodohkan? Terus nggak terima? Bukannya bagus Abang dijodohkan dan menikah, jadi kasih sayang Bunda dan Papa cuman buat Bagas. Ha ha ha." Bagas tertawa sambil memegang perutnya.

Kelakuan Bagas tersebut langsung menyorot perhatian Nisa dan Arsen. Mereka berdua langsung menatap Bagas dengan penuh peringatan.

"Diam kamu. Nanti kasih sayang kamu juga akan terbagi dengan bayi yang diperut Bunda."

"Iya juga sih."

Gabriel memutar bola mata malas, ia menatap Nisa dan Arsen penuh permohonan.

"Pa, Gabriel nggak mau. Apalagi Gabriel malam ini akan makan malam dengan mereka, kenapa secepat ini? Kenapa juga Papa nggak minta pendapat Gabriel dulu?"

"Ya ampun Bang mau dijohin kok nangis. Pasti Abang nolak gara-gara Kak Cilla. Kan abang cintanya sama Kak Cilla."

Arsen menatap tajam Gabriel. Apa maksud omongan Bagas? Meski ia sudah tau sejak lama namun ia tetap ingin mendengar penjelasan langsung dari mulut Gabriel.

"Benar Iel?" Tanya Nisa.

"Hm."

Nisa dan Arsen menghela napas. "Gabriel Cilla di Australia, lagi pula dia nggak cinta sama kamu."

"Di mana Papa tau?"

Arsen terdiam. Ia juga mengatakan itu asal, namun Dive pernah meneleopnnya jika Cilla telah memiliki pacar di Australia. Itu artinya Cilla tidak mencintai Gabriel.

"Diterima aja apa salahnya sih Bang. Lagi pula Kaka itu cantik banget."

Gabriel mengambil tas yang sempat ia lemparkan tadi. Sebelum pergi ia menatap tajam Bagas.

"Dasar kancil. Kecil-kecil licik nya minta ampun," gerutu Gabriel sebal dan berlalu dari sana.

"Dan Abang Harimau. Diganggu sedikit aja mengaum sampai ke Teluk Alaska."

"Sudah-sudah." Peringat Nisa.

_______

Tbc

Apa pendapat kalian dengan Part ini?

Mohon Like dan komen. Terimakasih yang masih setia membaca. Untuk keajaiban dunia di atas, itu sesuai dengan tahun 2020, dilansir dari Detik.com

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SOMPLAK ORTU DN ADIK GABRIEL

2023-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!