Di dalam UKS Gabriel tiada hentinya bergumam ke arah Rara yang terbaring lemah, matanya tertutup rapat, bibirnya yang biasa merah sekarang berwarna pucat. Tampak perban melilit di kepala Rara, dan di perban yang berwarna putih tersebut terdapat titik merah bekas darah Rara.
Gabriel tak membiarkan satu orang pun untuk menghubungi keluarga Rara. Gabriel merasa jika ia bisa bertanggung jawab sendiri atas Rara. Gabriel sama sekali tidak masuk ke dalam kelas saat pelajaran dimulai. Ia beralasan ingin menjaga Rara, meski guru terus meyakinkan Gabriel bahwa Dokter di UKS bisa menjaga, namun tidak diindahkannya. Guru-guru tersebut hanya menghela napas akan sikap Gabriel yang seperti itu.
Gosip tentang ini juga sudah menyebar ke seluruh siswa di sekolah ini. Banyak para murid tercengang mendengar cerita temannya yang menceritakan kejadian tersebut sebab sangat aneh sekali jika Gabriel yang biasa membenci Rara kini tampak khawatir kepada wanita itu.
Sama sekali pun tidak ada wanita yang pernah didekati Gabriel. Ia sangat membenci wanita yang terus mengejarnya dan tak segan untuk memarahi para wanita tersebut. Meski Gabriel dijuluki pria arogan tetap tak membuat goyah para siswi SMA Kebangsaan mengejar cinta pria itu.
Gabriel di dalam UKS duduk di samping brankar. Tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan dingin Rara, sedangkan tangan satunya mengusap rambut Rara yang berwarna coklat madu.
"Ra ku mohon bangun, lo kuat Ra. Tidak ada satu orang pun di sekolah ini yang menandingi kekuatan lo. Ra buka dong mata lo. Nggak lelah apa pejaman mulu!"
Gabriel terlihat frustrasi akan keadaan Rara yang seperti ini. Genggaman tangannya di tangan Rara ia kencangkan untuk menyalurkan emosi dan penyesalan yang letaknya di belakangan.
"Ra bilang ke gue, gue harus apa supaya lo bangun. Ra kalau lo buka mata gue janji akan nurutin semua yang diminta lo, asalkan lo bangun Ra."
Gabriel menghentikan usapan tangan di kepala Rara. Ia menyelipkan rambut Rara yang menutupi sebagian wajah Rara ke telinga. Setelahnya ia menarik napas gusar, sudah berjam-jam lamanya ia duduk di sini menunggu Rara bangun tapi tidak ada sama sekali tanda-tanda jika Rara sebentar lagi sadar.
Gabriel meletakkan kepalanya di samping brankar yang tersisa. Tangan kanannya yang tak melakukan apa-apa dijadikan bantalan untuk tidur. Gabriel kembali menatap Rara dengan sudut pandang sedih. Telah puas menatap wajah Rara, Gabriel masuk ke alam mimpi dengan satu tangan masih memegang tangan Rara.
Tak terhitung baru berapa detik Gabriel memejamkan mata, tiba-tiba dia merasakan jemari tangan Rara yang digenggam bergerak. Kejadian tersebut tentu membuat Gabriel langsung bangun dan memastikan apa yang terjadi.
Gabriel bernapas lega dan tak ada henti mengucapkan syukur ketika melihat Rara sedikit demi sedikit membuka matanya.
"Alhamdulillah ya Allah. Ra apa yang sakit? Kepala, kaki, tangan, atau apa pun biar sini gue pijitin?" Sargah Gabriel cepat dan menyambar air putih yang ada di atas nakas lalu memberikannya kepada Rara.
Rara mengambil air putih yang diberikan Gabriel. Kemudian hendak bangun, namun Gabriel lebih dulu membantunya duduk dan bersandar di tepi brankar. Ia meminum air tersebut dengan tangan gemetar, dan cepat pula Gabriel bertindak dengan mengambil alih gelas tersebut dan meminumkannya ke Rara.
Rara terperangah melihat perhatian yang diberikan Gabriel. Ia mengerjapkan mata berkali-kali memastikan jika ini tidak mimpi. Rara tidak tau harus berteriak senyaring apa ketika bangun langsung disuguhkan cogan yang ganteng selangit.
"Ka-kamu siapa?" Tanya Rara sambil menatap intens Gabriel.
"Gue?" Rara mengangguk, "Nggak tau."
"Kamu beneran Gabriel kan?"
Gabriel meletakkan gelas ke atas nakas dengan tenang. Dikiranya Rara bertanya seperti itu perempuan tersebut amnesia. Tapi syukurlah jika Rara bangun tidak mengeluh sakit dan hilang ingatan.
"Hm... Ra apa yang sakit? Kepala lo sakit banget nggak?"
Rara tidak menjawab. Ia menatap ke arah bawah tepat ke tangannya yang masih digenggam Gabriel. Dalam hati Rara sangat bahagia melihat apa yang tengah terjadi sekarang. Gabriel yang mengerti ke mana arah pandang Rara pun ikut melirik ke bawah. Mata Gabriel membulat seraya cepat melepaskan tangannya dari telapak tangan Rara.
"Auuu.... kepala Rara pusing banget Gabriel."
"Kamu serius? Tahan dulu ya."
Gabriel mengubah posisi tebuhnya dan ikut naik ke atas brankar yang masih tersisa lalu duduk di samping Rara. Ia membawa pelan kepala Rara ke dadanya, atau bisa disebut Gabriel membaringkan Rara di dada bidangnya.
Satu tangan merangkuh tubuh Rara dan satunya ia gunakan untuk mengusap surai wanita itu. Wangi semerbak harum stroberi dari kepala Rara membuat Gabriel semakin betah berada di posisi ini. Ia sangat menyukai buah jenis itu, jadi bila didekatkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan buah tersebut Gabriel tidak akan menolak dan malah semakin dekat.
"Gabriel kenapa ada di sini? Kenapa pula Gabriel mau dekat-dekat dengan Rara. Gabriel kan benci sama Rara. Rara tau kok itu." Tidak mau meninggalkan kesempatan langka, Rara semakin membenamkan kepalanya di dada Gabriel.
"Maafin gue tadi."
Sontak pernyataan itu membuat Rara mengangkat kepalanya hingga bertemu langsung dengan mata indah biru lautan tersebut. Keduanya berpandangan cukup lama sebelum akhirnya Rara memutuskan pertama kali dan menunduk.
"Rara tidak percaya Gabriel benar-benar minta maaf ke Rara," cetus Rara dengan senyum masam yang mengembang di wajahnya.
Tanpa menghentikan usapan di rambut Rara, Gabriel memandang ke arah pintu. Tatapanya kosong di sana, sesuai dengan yang dipikirkan Gabriel, Rara pasti tidak akan percaya lagi.
"Apa yang gue harus lakukan agar lo maafin gue?"
Semenit Rara tampak berpikir serius.
"Rara akan maafin Gabriel dengan dua syarat."
"Apa syaratnya?"
"Pertama Gabriel harus nurutin semua yang diperintahkan Rara selama sepuluh hari ke depan. Kedua Gabriel harus berusaha buka hati buat Rara. Rara ingin pernikahan kita penuh cinta. Itu impian Rara, Rara tidak mau anak kita nanti yang akan menjadi korbannya."
Cukup sulit bagi Gabriel buat memenuhi syarat tersebut. Menjadi suruhan Rara, mungkin itu masih bisa diterima, tapi membuka hati untuk Rara Gabriel merasa belum tau apa yang harus dilakukan.
"Boleh gue mikir dulu?"
Rara menghela napas sejenak sebelum tersenyum getir dan menjauhkan tubuhnya dari pelukan Gabriel. Rara tau jika Gabriel tidak bisa membuka hati untuknya, meski sakit namun Rara harus apa? Ia tau jika ada nama orang lain di hati Gabriel, namun tidak bisakah Gabriel menerima kenyataan bahwa sebentar lagi mereka akan menikah dan Rara ingin rumah tangganya ditaburi rasa cinta.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan. Rara tau Gabriel tidak akan pernah mencintai Rara. Meski berat hati ini atas apa yang telah dilakukan Gabriel untuk Rara tapi Rara berusaha buat memaafkan Gabriel."
Melihat netra Rara yang terluka membuat Gabriel tidak sanggup menatapnya lama, karena ia bisa begitu jelas merasakan luka yang menganga di hati Rara walau tak berdarah. Dan orang yang menoreh luka itu adalah dia. Gabriel memejamkan mata, mungkin ini caranya dan ini takdirnya, ia harus rela meninggalkan Cilla orang yang telah merubah Gabriel menjadi salah satu species di kutub utara.
'Maafkan aku Cilla. Mungkin ini jalan kita masing-masing. Aku tau kamu tidak pernah mencintai ku, dan aku juga tidak mau bodoh karena cinta ku kepada mu.' Ujar batin Gabriel.
Ketika Rara hendak menghapus air mata yang sudah mengering di pipinya, tapi Gabriel mendahului. Gabriel menghapus air mata Rara menggunakan jempol tangannya, kemudian mencium kedua mata Rara yang membengkak lalau terakhir di puncak kepala.
Pandangan mereka bertemu namun dengan arti yang berbeda-beda. Gabriel mengakup pipi Rara lalu mengusapnya halus.
"Gue akan berusaha Ra buka hati buat lo."
Mendengar pernyataan tersebut Rara langsung menangis histeris dan memeluk tubuh Gabriel. Ia mengais haru di dalam pelukan Gabriel, dagunya ia letakkan di atas pundak Gabriel.
"Terima kasih."
"Hm."
Hampir lima menit mereka belum usai melepaskan pelukan tersebut. Keduanya terdiam seperti kehabisan topik pembicaraan. Tapi tidak dengan tangan mereka yang saling bergerak mengusap punggung satu sama lain.
"Ra!"
"Iya!"
"Gue sudah minta izin sama guru buat lo pulang duluan. Nanti pulang sekolah gue jemput lo lagi buat fitting baju pengantin. Lo mau kan?"
Rara mengangguk.
Gabriel melepaskan pelukan mereka lalu turun dari ranjang. Ia mengambil tas ransel Rara lalu menyandangnya di pundak. Melihat Rara yang kesusahan ingin duduk di tepi brankar pun Gabriel berinisiatif untuk membantu Rara.
Rambut Rara berantakan dan Gabriel merapikan. Pada saat Rara hendak mengambil sepatu dan mengenakannya, Gabriel malah menahan tangan Rara.
"Biar gue aja, lo lagi sakit."
Tidak mau membantah, Rara pun mengangguk dan memberikan sepatutnya ke Gabriel. Gabriel menyambutnya lalu mengenakan kaos kaki ke kaki Rara. Kaos Rara sama sekali tidak ada bau, yang ada hanyalah aroma sabun yang tercium harum sekali.
Terakhir Gabriel memakaikan sepatu sekolah Rara ke kaki jenjang perempuan itu. Ia dengan teliti mengikat talinya agar Rara tidak kelonggaran maupun kesesakan.
"Pas nggak?"
"Ha'em."
Ketika ia hendak turun dari brankar, tiba-tiba kepala Rara terasa berdenyut.
"Akhh."
Cepat Gabriel menghampiri Rara lalu memijat kepala itu pelan-pelan. "Jangan bergerak biar gue aja yang bantuin lo." Gabriel mengangkat tubuh Rara ala bridal style lalau berjalan membawanya keluar.
Di luar pas jam istirahat para siswi fans fanatik Gabriel yang berkumpul pun seketika tercengang melihat idola mereka yang sedang menggendong Rara menuju parkiran. Wajah yang mula ceria ingin meneriakkan nama idola pun kini hanya ternganga tak percaya. Spanduk serta gambar siap diangkat tiba-tiba terjatuh sendirinya dari tangan mereka. Pemandangan menakjubkan.
"Za itu beneran Rara kan?" Tanya Adhan yang ikut tercengang.
"Iya itu Rara. Tadi gue aja mau masuk ke UKS jengukin Rara malah diusir sama Gabriel dan parahnya lagi si Gabriel nyuruh gue jauhin Rara. Gila banget bukan? Kita ini sahabatnya men!" Reza berseru kesal ketika teringat kejadian ingin menjenguk Rata tadi.
"Gue takut Rara kenapa-napa."
"Sudah berdoa saja semoga Rara baik-baik aja," sahut Reza menenangkan Adhan.
______
TBC
Bagaimana menurut kalian part ini?
Like, komen, dan vote jika berkenan.
Jika aku besok atau lusa tidak update aku minta maaf. Tapi aku bakal usahakan update terus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Diana Jorenifil
eng ing enggggg...siap siap bucin nih si gabriel...😘😘😘
2021-07-21
1