Part 7

Ketika mereka kembali berjalan, seorang wanita yang mengenakan baju kesempitan dengan sengaja menghalang kakinya tepat di depan kaki Rara, sehingga Rara yang tidak melihat pun menyepaknya. Al hasil ia hampir terjatuh jika tidak ada Gabriel yang menahannya. Gabriel menarik tangan Rara sehingga kepala Rara menabrak dada keras Gabriel.

Rara mengangkat kepalanya dan Gabriel menunduk. Mereka berdua sama-sama terpana dalam keterdiaman. Mata mereka beradu pandang tanpa ada percakapan. Posisi tangan Gabriel berada di atas siku Rara. Semantara tangan Rara berada di dada Gabriel.

Keduanya tanpa sadar telah menikmati wajah sempurna masing-masing. Rara tertegun menatap bola mata Gabriel yang selalu membuatnya hanyut dalam ketenteraman. Gabriel tak berkedip menatap wajah Rara yang baru disadarinya jika wanita itu sangatlah cantik. Bulu mata yang lentik bagaikan sari sakura membuat Gabriel larut dalam keterdiaman, bibir mungil dan merah alami membuat Rara tampak seperti Barbie hidup, bola mata hitam yang pekat membuat siapa-pun terhipnotis.

"Eh Rara ini soxtef yang minta lo beliin tadi. Mau gue letakkan di mana?" Reza datang dengan napas ngos-ngosan sehingga membuat Rara dan Gabriel lepas dari lamunan mereka kemudian keduanya pun saling menjauh dan menunduk.  

Rara mengangkat kepalanya dan menatap Reza memicing. Wajahnya sedikit marah karena api yang meluap bagaikan gas. Wajahnya merah bercampur malu. bagaimana tidak ia merasa malu, Reza dengan seenaknya menyebutkan kalimat yang sangat keramat bagi setiap wanita itu di tempat umum, yang sudah pasti bukan dirinya saja yang mendengar.

Gabriel menatap sinis Rara. Wajahnya tampak seperti menahan tawa. Sekilas Gabriel memperhatikan Rara dari ujung kaki sampai kepala. Lalu setelahnya ia melipat kedua tangan di dada kemudian menyenderkan punggungnya di tembok.

"Lo PMS Ra? Pantas aja wajah lo lagi kaya nggak enak. Mana minta dibelikan sama Reza lagi. Emang lo dibayar dia berapa Za maka lo mau aja disuruh dia membelikan benda itu?" Ucap Gabriel sembari memperhatikan  Rara yang semakin memerah. Niatnya adalah ingin mempermalukan Rara habis-habisan. Gabriel tau setelah ini semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut akan tertawa terbahak-bahak lalu Rara merasa malu dan pergi, hidupnya pun kembali tenang.

"Nggak dibayar sama sekali. Kalau gue nggak nurutin dia yang ada entar gue habis digebukin sama Rara. Lo tau sendirikan siapa dia? Kalau sudah silat yang berbicara maka runtuhlah dunia," kata Reza untuk menjawab pertanyaan Gabriel barusan. Alhasil ucapan semena-menanya tersebut menjadi pelototan Rara.

Tangan Rara di bawah sana mengepal. Kenapa Reza sangat bodoh sekali? Rara jadi heran, apakah Reza berada di tim-nya atau di tim Gabriel. Sejenak Rara menetralisir perasaannya. Ia mengangkat kepala dan memperhatikan  sekitar. Tampak semua orang menatap Rara dengan cemooh.

"Eh Rara, emang lo nggak malu apa softex minta dibelikan sama Reza? Atau emang urat malu lo sudah putus?"

"Tau nih Rara jijik. Gue nggak mau punya teman kaya dia. Nggak tau malu, PMS kok bilang-bilang sama cowok."

"Namanya juga Rara Andira, langganan guru BK. Sudah jelas lah nggak punya saraf, nilainya aja setiap latihan yang gampang selalu anjlok."

"Ha ha ha."

Semua orang tertawa puas menertawakan Rara yang hanya bisa diam. Di dalam batin Rara berucap sabar, dia harus kuat dalam menghadapi situasi seperti ini agar dirinya tidak dikatakan lemah.

Rara meremas jemari tangannya. Perlahan ia mengangkat kepala memandang Gabriel yang tersenyum puas. Ia memejamkan mata, hati Rara sakit melihat respon Gabriel yang terkesan berusaha menyudutkannya. Tapi Rara terus berusaha membuat luluh hati Gabriel yang keras bak batu. Semuanya dapat diubah, tidak ada yang tidak mungkin tanpa terkecuali Gabriel yang bisa mencintai Rara. Yah Rara harus kuat dan berpegang teguh dalam keyakinan.

"Kenapa lo mandangin gue kaya begitu? Mau nagis? Mau protes? Mau labarak? Nggak terima?" Ucap Gabriel seraya tersenyum miring. Dia sangat bahagia melihat Rara yang tertunduk lemah dan sikap beraninya dalam sekejap dapat dilumpuhkan.

"Terima kasih untuk pertolongan Gabriel tadi. Mungkin nggak ada Gabriel Rara sudah jatuh," tutur Rara sambil tersenyum paksa. 

Sebelum pergi dari situ dan menghakimi Reza, Rara menyempatkan untuk menatap wajah perempuan yang menghalangi jalannya tadi. Sella mengangkat satu alis sebagai jawaban tatapan Rara.

Rara berjalan meninggalkan semua orang yang menatap kepergiannya sambil tertwa. Ketika sampai di depan Reza, Rara memandang cowok itu sebentar sebelum akhirnya menarik tangan Reza menjauh dari sana. Rara pastikan jika Reza akan habis di tangannya, karena cowok itu momen langkanya bersama Gabriel hancur menjadi sebuah ejekan.

"Ha ha ha. Malu kayanya dia!" Teriak semua orang.

Sepeninggalan Rara, Gabriel menatap ke arah para siswa yang bersatu menertawakan Rara. Entah kenapa jantungnya berdenyut pilu menyaksikan itu. Ada rasa iba melihat Rara yang terus menjadi bahan pembulyan. Semua orang membenci Rara karena sifat Rara yang dinilai sangat aneh dan juga perempuan tersebut sering mencari masalah hingga menjadi aib SMA Kebangsaan.

Sebenarnya Gabriel tidak peduli dengan masalah itu, namun yang membuatnya selalu ingin menjadikan Rara selalu salah di depan mata orang, karena wanita itu selalu membuatnya risih. 

"Ya Allah apa cara ku tadi salah?"

Gabriel menatap kepergian Rara yang mulai menjauh. Namun sifat Rara yang humoris dapat membuatnya tersenyum geli. Gabriel masih dapat melihat Rara yang sedang menjewer telinga Reza plus memarahinya sepanjang jalan.

Gabriel menghela napas kemudian menatap Sella yang tak jauh darinya dengan dingin. Sella yang tau tatapan itu tidak bersahabat pun menunduk takut.

"Sella! Sekali lagi lo ulangi perbuatan lo tadi kepada Rara, siap-siap saja masalah akan datang menghampiri lo. Apa lo nggak pernah berpikir, bisa saja Rara celaka gara-gara lo. Gue nggak suka cewek licik seperti lo! Enyah lah dari pandangan gue."

Entah dasar apa yang membuat Gabriel mengatakan itu kepada Sella yang berniat mencelakakan Rara. Namun hatinya sangatlah panas ketika mengingat jika saja dia tidak cepat menolong Rara tadi bisa saja Rara akan jatuh dan terluka.

"Maaf," ucap Sella penuh rasa bersalah.

Gabriel tidak mendengarkan permintaan maaf Sella. Ia berjalan angkuh meninggalkan semua orang.

"Gabriel jangan sombong lo!!! Bukanya lo tadi yang pertama kali berusaha membuat Rara dipermalukan!! Jangan sok suci lo, kalau nyatanya lo sama aja!!!" Teriak Sella kesal pasalnya Gabriel selalu bersikap sombong ke semua orang. Ia marah karena Gabriel tidak mempedulikan nya dan malah memarahi dirinya karena telah berniat membuat Rara celaka. Jadi apa bedanya dia dengan Gabriel yang berusaha membuat Rara terpojokkan?

Gabriel berhenti ketika teriakan tersebut sangat menyinggungnya. Ia memejamkan mata sambil menarik napas dalam.

"Sepertinya cara ku tadi ke Rara memang salah. Aku selalu membuat dia terkesan salah di mata semua orang. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?" Sesal Gabriel atas kejadian tadi.

________

Rara berjalan di koridor sendirian. Kedua tangannya memegang tali tas ransel yang sedang dikenakan. Panadangannya lurus ke depan tanpa ada kehidupan. Pikiran dan ingatan jauh melayang ke masa lalu. Di mana untuk pertama kalinya ia bertemu Gabriel. Saat itu dia baru kelas 4 SD. Gabriel datang menghampirinya yang waktu itu sedang jatuh dari sepeda saat berlatih sendirian di taman.

Dengan baik hatinya Gabriel mengulurkan tangan untuk menolong Rara kecil. Ia terperangah saat itu ketika Gabriel hendak membantunya, sejak saat itu pula Rara sangat menyukai Gabriel.

Gabriel dahulu bahasanya sangat sopan dan bersahabat, tidak seperti saat ini yang sangat jauh berbeda. Rara juga tidak tahu mengapa Gabriel seperti sekarang ini, dingin. Satu kalimat yang membuat Rara selalu ingat, Gabriel pernah berucap dahulu jika dia mengatakan Rara cantik dan Gabriel berjanji akan menikahi Rara, kata Gabriel di awal pertemuan mereka.

Itu dahulu. Pertemuan tersebut hanya sekali karena setelahnya mereka tidak bertemu lagi, tapi mungkin tuhan menakdirkan mereka sehingga Rara satu sekolah dengan Gabriel. Tentu saja hal itu membuat Rara sangat senang sekali apalagi untuk pertama kalinya ia melihat Gabriel yang sudah tampak dewasa. Ia tidak pernah melupakan janji Gabriel yang pernah diucapkan untuknya tapi mungkin Gabriel telah melupakan janji tersebut.

Rara tersenyum masam ketika setiap kali mengingat kejadian tersebut. Namun mau bagaimana lagi? Inilah permainan dunia. Hidup tanpa permainan takdir sama saja dengan bohong.

Ia berjalan terus berjalan dalam keadaan menunduk. Sangat sakit baginya mengangkat kepala tapi yang dipandang adalah tatapan sinis dari semua orang. Rara tau mereka membenci nya karena sifat Rara yang mencoreng nama baik SMA Kebangsaan.

Kaki Rara mendadak berhenti ketika ia tidak sengaja menatap sepasang kaki yang mengenakan sepatu mahal hasil impor dari Amerika. Rara tau kaki siapa itu yang sedang berdiri di depannya. Namun Rara mengabaikan, ka tidak mau mencari masalah terlebih dahulu terlebih lagi ia sedikit sakit hati dengan Gabriel, tapi tidak pula mengurangi rasa cintanya.

Ia berjalan agak ke samping berusaha melewati Gabriel tanpa hendak mengangkat kepala dan menatap wajah tampan milik cowok itu. Namun perasaannya saja kah jika Gabriel seperti menghalangi jalannya. Setiap ia bergeser ke samping maka Gabriel juga mengikuti.

Merasa jengah terhadap situasi ini, Rara pun akhirnya mendongak. Dapat dilihatnya jika wajah Gabriel tampak serius ketika bertatapan dengannya.

"Biarkan Rara pergi. Rara tau Gabriel pasti marah dengan Rara. Bukannya ini yang Gabriel mau kan? Rara menjauh."

Gabriel tak bergeming di tempatnya. Malah ia semakin memperdalam tatapan nya. 

Merasa tak mendapat respon dari Gabriel, Rara kembali ingin meninggalkan lelaki itu, tapi ketika ia baru saja melangkah tangannya lebih dulu dicekal.

"Kenapa?" Tanya Rara sambil berusaha mengendurkan cekalan tangan Gabriel di tangannya.

Sesuatu yang dikeluarkan oleh Gabriel sungguh membuat Rara sangat terkejut. Memang tidak seberapa tapi itu sangat berharga bagi setiap wanita apalagi cowok yang dicintai memberikannya. Coklat. Setan jenis apa yang merasuki Gabriel hingga tidak ada angin, tidak ada hujan, Gabriel tiba-tiba memberikan satu batang coklat kepada Rara. Momen yang sangat langka sekali.

"Ini untuk siapa?" Tanya Rara sambil menunjuk coklat di tangan Gabriel.

"Untuk kucing lo yang kelaparan di rumah?"

Rara mengerutkan kening tak mengerti, "Maksudnya apa? Kan Rara nggak punya kucing."

Gabriel menarik napas. Dia baru ingat jika orang yang berdiri di depannya ini sangat bodoh. Gabriel harus bersabar, jika bukan untuk meminta maaf Gabriel tidak akan mungkin melakukan ini.

"Coklat ini buat lo. Gue minta maaf atas kejadian tadi."

Tanggapan yang diberikan Rara selanjutnya di luar dugaan Gabriel. Cewek itu bukan mengambil coklat yang diberikannya, tetapi malah menempelkan telapak tangan di dahinya.

"Gabriel sehat?"

"Yah jelas lah."

"Beneran coklat ini buat Rara?"

"Hm."

Seketika mata Rara berbinar. Ia memeluk Gabriel erat mengungkapkan seberapa bahagianya. Saking herannya orang dengan peristiwa itu bahkan mereka rela berhenti sekedar untuk menyaksikan kejadian tersebut. Jarang sekali Gabriel tubuhnya mau disentuh.

Rara melepaskan pelukannya lalu tersenyum hangat. Ia mengambil coklat yang diberikan Gabriel, padahal tanpa minta maaf juga Rara sudah memaafkan Gabriel.

"Terima kasih."

"Hm." Gabriel berdahem sebagai jawaban. "Sebagai ungkapan minta maaf gue. Gue mau ngajakin lo jalan-jalan.  Lo mau?"

Rara mengangguk antusias. "Tapi Rara boleh nggak kalau minta Gabriel tersenyum manis di depan Rara?"

Tanpa mau banyak membantah Gabriel pun langsung melaksanakan apa yang diinginkan Rara. Ia tersenyum tulus sebisa mungkin walau itu sulit.

Rara hampir saja dibuat tumbang ketika menyaksikan secara dekat wajah Gabriel yang sedang tersenyum. Rara membantin, pasti setelah ini makin banyak yang menghujat gue, karena gue bisa dekat dengan Gabriel.

"Gabriel kamu tau nggak apa yang lebih berbahaya dari pada virus Korona?" Gabriel menggeleng. "Setakut-takutnya manusia dengan virus Korona, tapi yang lebih menakutkan bagi Rara adalah ketika melihat Gabriel tidak berada di sisi Rara lagi."

"Jangan pernah bawa-bawa virus Korona. Korona telah berlalu lima bulan yang lalu. Lo mau virus Korona ada di muka bumi ini lagi?"

"Enggak."

"Ya sudah jangan pernah ngucapin nama itu lagi." Rara mengangguk, "Kalau begitu lebih baik kita langsung pergi aja jalan-jalan. Lo mau kemana?"

"Ke Cafe aja dulu."

Mereka pun masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman sekolah. Namun sebelum pergi, Rara terlebih dahulu menelepon supirnya agar tidak menjemput Rara.

________

Tbc

Bagaimana menurut kalian dengan part ini?

Like, komen, dan vote jika berkenan.

Bocoran: Part 8 hari tunangan mereka.

Semuanya Selamat menunaikan ibadah puasa.

Terpopuler

Comments

dyve

dyve

berjalan hanya sekali

2022-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!