Part 8

Halaman rumah Rara kini dipenuhi dengan segala macam hiasan bunga kualitas terbaik. Tidak terlalu banyak para undangan yang datang untuk menghadiri acara pertunangan antara Rara dan Gabriel, hanya beberapa saja di antara mereka yang datang dari kedua belah pihak keluarga. Mereka memang tidak mau melaksanakan acara besar-besaran sebab mengingat kedua pasangan yang akan bertunangan itu Sama-sama masih duduk di bangku SMA.

Bukan tanpa sebab mereka melakukan perjodohan ini. Ayahnya Rara yang sering dikenal dengan nama William itu sedang menderita sakit keras di rumah sakit, jantungnya memang sudah sangat mengkhawatirkan hingga beberapa hari ini jantung William nyaris berhenti. William ingin melihat sang anak menikah, ia takut tidak diberikan kesempatan untuk melihat anak semata wayangnya menikah. William tidak terlalu khawatir jika sang anak akan menikah dengan anak dari calon penerus ternama perusahaan di Indonesia ini.

Ia cukup dekat dengan Arsen. Sebab sewaktu muda mereka pernah bersahabat walau sebentar, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali dengan jabatan tangan kerja sama bisnis. Namun kondisinya sangat berbeda jauh, dahulu ia bertemu Arsen dalam keadaan jiwa muda yang sedang berada di puncak, dan sekarang mereka bertemu dalam kondisi dirinya yang lemah.

Dokter juga memfonis jika Willam terkena penyakit jantung akibat dari kelalaian dia sewaktu muda. William sering merokok dan dampaknya baru ia rasakan sekarang. Jika Tuhan mengizinkan ia memiliki mesin waktu sudah William pastikan jika ia akan kembali ke masa lalu dan berjanji tidak akan merokok.

Hari ini William hadir di acara pertunangan sang anak sambil ditemani oleh Selvi. Ia tidak akan melewatkan momen yang mungkin hanya sekali ia lihat. Meski hanya acara pertunangan kecil namun bagi Willam sangatlah berharga untuknya yang sakit-sakitan. Ia mendapatkan izin dari dokter yang merawatnya agar dapat melihat proses sang anak bertunangan yang tentunya tetap ditemani oleh salah satu suster.

"Pa. Papa nggak papa hadir di acara pertunangan Rara? Rara takut ada apa-apa dengan Papa," ujar Rara sambil berusaha menyimpan ribuan kesedihan. Ia tidak mau ada air mata di hari bahagianya, namun keadaanlah yang memaksa Rara berusaha untuk menangis.

Dengan senyum getir William yang duduk di kursi roda meyakinkan Rara. Ia mengambil tangan Rara lalu mengusapnya dengan halus.

"Putri Papa sekarang sudah besar. Papa ingin melihat mu bertunangan nak. Papa tidak ingin melewati moment ini. Cukuplah tersenyum Papa sudah bahagia, Papa tau kamu khawatir dengan Papa. Tapi apa kamu tega membiarkan Papa tidak hadir saat putri kecil Papa yang dulu selalu tidak mau lepas dari gendongan Papa ingin bertunangan. Rara anak Papa tersayang, Papa ingin selalu ada di setiap perkembangan mu termasuk hari bahagia mu. Entahlah apa hari ini pantas disebut hari bahagia mu, Papa tau kamu terpaksa melakukan ini semata-mata hanya untuk Papa. Tapi bolehkah Papa egois meminta mu untuk terus tersenyum di hari ini?"

Tanpa meminta pun sebenarnya Rara akan tersenyum sepanjang hari. Rara sungguh bahagia di hari ini. Kejadian yang akan terjadi seumur hidup. Yah Rara berjanji akan menikah hanya sekali seumur hidup.

Rara tidak dapat menahan air yang terus mendesak ingin jatuh dari tempatnya. Mendengar ucapan sang Papa sungguh sampai sekali di hati Rara. Hatinya sakit melihat sang Papa di hari pertunangannya dalam keadaan yang menggawatkan. Ia membiarkan air mata lolos membanjiri permukaan wajah tanpa cacat itu, Rara tersenyum sesuai permintaan William. Ia bersimpuh di depan sang Papa tidak mempedulikan baju kebayanya yang akan kotor. Ia menggenggam kedua tangan ayahnya sembari menunjukkan wajah penuh bahagia.

"Pa tidak sama sekali bagi Rara terpaksa menerima perjodohan ini. Rara bahagia Pa, karena Papa menjodohkan Rara dengan orang yang Rara cintai. Asal Papa tau, anak laki-laki yang sering Rara ceritakan pernah ingin menikahi Rara itu adalah Gabriel. Rara sudah bertemu dia Pa," ucap Rara seraya mensejajarkan tingginya dengan sang ayah lalu mencium keningnya penuh cinta anak terhadap ayahnya. "Sekarang Papa yang harus tepati permintaan Rara. Rara ingin Papa selalu ada di samping Rara hingga Papa bisa melihat cucu-cucu Papa yang menggemaskan. Apa Papa tidak ingin melihat dan bermain dengan cucu Papa kelak?"

William terharu mendengarnya. Sungguh pernyataan Rara tersebut membuat William tiba-tiba melayangkan pikirannya ke masa depan yang mengindahkan. Sedetik kemudian wajah William kembali sendu. Ia tidak mungkin hidup selama itu sedangkan dokter memfonis William tidak lama lagi ada di dunia ini. Namun Willam berusaha merahasiakan fakta itu dari Rara, ia tidak ingin Rara sedih jika mengetahuinya.

"Jika Papa diberikan kesempatan maka Papa akan berjanji."

Dengan penuh semangat Rara mengangkat jari kelingkingnya dan mengaitkan jari tersebut ke kelingking Willam. Ia menjadikan simbol ini sebagai perjanjian yang menggantikan tanda tangan.

"Rara sayang Papa."

Rara memeluk William erat namun masih menoleransi dengan keadaan Willam yang sedang sakit keras.

"Papa juga sayang Rara. Maafkan Papa membuat mu kehilangan masa muda mu. Menjadi istri muda bukanlah suatu hal yang mudah, Papa tau itu."

"Tidak Pa, tidak usah meminta maaf. Rara ikhlas melakukannya."

Rara mengurangi pelukan mereka karena ia takut ayahnya akan kehabisan napas karena Rara. Meski make-up yang dikenakan Rara sedikit luntur oleh air mata, tapi Rara tidak masalah dengan itu. Mau mengenakan make-up atau tidak Rara tetap PD tampil di depan umum. Rara menghapus air matanya lalu tersenyum sedia.

"Nak sepertinya mereka sudah datang."

Rara berbalik dan menatap halaman. Benar saja, rombongan keluarga Gabriel sudah datang. Tiba-tiba jantung Rara berdegup bagaikan irama tak beraturan. Ia meremas dadanya yang penuh kebahagiaan, jutaan kupu-kupu terbang di dalam hati Rara. Hari ini ia akan resmi menjadi tunangan dari Gabriel Wijaya Altas laki-laki yang selalu dimipikannya. Tidak ada lagi sindiran sinis dari temannya yang selalu mengatakan ia hanyalah wanita pengkhayal dan di kepalanya hanyalah dipenuhi dengan kehaluan yang membuat gelak tawa orang menggelegar.

________

"Kedatangan kami ke sini bermaksud ingin melamar Putri Pak William yang bernama Rara Andira untuk dijadikan istri oleh anak kami Gabriel Wijaya Altas. Bagaimana dengan pendapat Pak William?" Arsen berucap sedikit gugup. Jujur ini untuk pertama kalinya ia melamar seorang wanita tapi untuk orang lain.

Willam yang duduk di kursi roda sudah pasti sangat menerima pertunangan ini. Tanpa ditanya pun dia sudah pasti mengatakan 'Ya'. William tidak menjawab namun ia malah melirikkan matanya pada sang anak.

"Semua keputusan berada di tangan anak ku."

Gabriel mengangkat kepalanya, sedari tadi ia menunduk. Mau tidak mu Gabriel harus menerima kenyataan ini walau dengan orang yang tidak dicintainya. Gabriel menatap penuh harap ke Rara agar wanita itu mengucapkan kata tidak. Namun sepertinya itu hanyalah angan, Gabriel dapat melihat pancaran penuh cinta di mata Rara.

Sejujurnya sampai detik ini Gabriel belum menyukai Rara walau sebutir debu. Perasaannya masih sama seperti dahulu kepada Rara, dingin dan geli.

Gabriel menghela napas dalam dan kembali tertunduk saat jawaban tak sesuai harapan terdengar.

"Ya Rara menerimanya."

Semua orang mengucapkan syukur, tapi berbeda dengan Gabriel hanya memasang wajah datar. Mulutnya bungkam seperti patung hidup yang memiliki mulut tapi tak berfungsi.

"Kalau begitu saatnya acara pemasangan cincin. Kedua calon harap maju ke depan untuk menyematkan cincin di jari masing-masing." Ketika suara Alsya terdengar sebagai pemandu acara pun membuat Gabriel mau tidak mau maju ke depan dan duduk di tengah lingkaran orang banyak.

Rara yang melihat Gabriel tetap dingin kepadanya pun tidak mengerti. Padahal akhir-akhir ini hubungan mereka mengalami kedekatan. Jauh berbeda dengan awal dulu. Namun Rara menghela napas, mungkin kata maaf kemarin benar-benar tidak mengubah Gabriel bersikap lebih baik kepadanya.

Rara menatap ke arah cincin berlian yang bertabur mutiara. Cincin tersebut sebentar lagi akan berada di tangannya. Kemudian Rara memandang cincin satunya yang terbuat dari perak berwarna putih. Cincin itu akan ia sematkan di jari Gabriel.

Gabriel mengambil sebuah cincin dari tempatnya yang berbentuk hati itu. Lalu memakaikan cincin itu ke jari manis Rara. Sama halnya dengan Rara ia pun melakukan sebaliknya.

"Alhamdulillah kalian sekarang resmi bertunangan," ucap Alsya sedikit kegirangan. Ia bahagia ketika dapat menjadi MC di hari pertunangan keponakannya. "Kapan akan diadakannya akad?"

Arsen menjawab, "Dua minggu lagi."

Gabriel melebarkan matanya, ia terkejut mendengar secepat itu. Buru-buru cowok tersebut angkat bicara. "Apa? Dua minggu lagi?

"Kalau begitu seminggu lagi."

Mata Gabriel semakin melebar. "Tapi... Pa?"

"lima hari lagi."

"Tapi Pa?"

"Kalau begitu tiga hari lagi. Semua setuju?" Tanya Arsen ke semua orang membuat Gabriel tidak bisa berkutik lagi.

"Setuju."

Mereka yang berada di sana pun mengucap syukur. Lalu Ahmad memimpin doa di hari penuh bahagia ini.

_______

Kepala Rara celengak-celenguk seperti sedang mencari seseorang. Selesai acara pertunangan tadi ia sama sekali tak melihat Gabriel. Padahal di luar sana sedang digelar syukuran yang tidak terlalu besar.

Rara berjalan menelusuri ruangan yang ada di rumahnya. Barang kali Gabriel sedang jalan-jalan di dalam rumah Rara yang tak kalah besar dari rumah lelaki itu sendiri, lalu Gabriel lupa jalan pulang dan tersesat di salah satu lorong rumahnya.

"Gabriel kemana ya?" Ucap Rara tertujukan kepada diri sendiri.

Ia kembali melajutkan perjalanannya. Seksama ia memperhatikan setiap ruangan yang ia lalui. Namun nihil satu pun ruangan yang berada di rumahnya tidak ada menunjukkan tanda-tanda Gabriel.

Tidak mau menyerah. Rara pun berjalan menuju satu ruangan yang sangat jarang di datangi, perpustakaan pribadi. Siapa tau sifat Gabriel yang tidak bisa jauh dari buku itu membuat lelaki itu mendekam di dalam perpustakaan dan berusaha menghilangkan jejak dari kerumunan.

Ceklekk

Rara membuaka pintu itu pelan, ia nyaris tidak pernah sama sekali datang ke tempat terkutuk ini bagi Rara. Tepat dengan pemikiran Rara, Gabriel memang ada di dalam perpustakaan sedang asik membaca buku tanpa peduli dunia luar.

Rara mengulas senyum melihat Gabriel yang tak pernah lepas dari buku. Sejenak ia memandangi penampilannya sebelum akhirnya Rara melenggang menghampiri Gabriel penuh percaya diri.

"Gabriel kok kamu ada di sini? Padahal Rara sudah cari kamu kemana-mana lho."

Gabriel yang baru menyadari kehadiran Rara pun mendengus dan menghela napas sebentar. Selanjutnya ia memfokuskan lagi untuk membaca buku mencari ilmu pengetahuan agar otaknya cemerlang dapat mengalahkan ilmuwan dari luar negeri. Cita-cita Gabriel adalah membuat harum nama Indonesia, dan membuktikan jika anak Indonesia tidak dapat diremehkan seperti anak domba.

Rara cemberut mendapati ucapannya tak digubris oleh Gabriel. Lelaki itu seperti menganggapnya tak ada di sini, sungguh cara itu membuat Rara tersinggung. Tanpa izin dari Gabriel Rara ikut duduk di samping laki-laki itu. Ia menatap tulisan yang sedang dibaca Gabriel. Ia menghela napas berat ternyata buku tersebut berjudul KIMIA. Oh ayolah Rara sampai saat ini masih tak mengerti pelajaran kimia. Angka-angka dan rumus yang tertera di sana membuat Rara mual.

"Gabriel nggak mau nikmatin pesta di luar sana?"

"Enggak."

"Kenapa?" Tanya Rara penuh keheranan. Bukankah bersenang-senag di luar sana sambil menikmati makanan adalah suatu yang menyenangkan? Dan Rara heran itu, kenapa Gabriel bisa-bisanya malah asik membaca buku.

"Bosan," jawabnya singkat.

Rara menghela sejenak dengan ucapan singkat Gabriel. Ia kembali memperhatikan wajah Gabriel dari dekat. Sungguh wajah itu sangat tampan jika dilihat sedekat ini, apalagi dengan dirinya yang nyaris tak berjarak lagi.

"Gabriel kemarin Rara ada lihat di Internet kalau ada pendaftaran untuk calon gril band."

Sontak sekejap Gabriel menghentikan bacaannya demi mendengarkan cerita Rara. Bukannya bagus bagi Gabriel jika Rara ikut mendaftar dan lolos jadi salah satu gril band, ia tahu sekali wanita itu sangat suka menyanyi dan menari selain hebat dalam seni bela diri.

"Terus lo daftar nggak."

Rara menggeleng lemah, "Enggak. Rara maunya jadi your grilfriend not gril band. Jika Rara ikutan nggak jadi nikah dong sama Gabriel.

"Bagus kalau lo nggak jadi nikah sama gue."

"Kenapa? Bukannya Gabriel sudah minta maaf dengan Rara kemarin? Itu artinya Gabriel nggak boleh lagi diamin Rara." Ia sedikit tertohok mendengar pengakuan langsung dari Gabriel.

"Gue minta maaf atas kejadian kemarin bukan berarti membuat gue mau nerima lo. Sampai kapan pun asal lo tau gue nggak akan pernah cinta sama lo."

"Oh."

Rara menyerah. Ia baru sadar tentang satu fakta jika Gabriel bukanlah cowok yang mudah didapatkan. Diam-diam Rara merasa iri dengan orang yang dapat mencuri hati Gabriel. Ia tau Gabriel sebenarnya sedang mencintai seseorang, namun sosok itu tidak diketahui Rara.

Menemani Gabriel membaca buku tentu menjadi kegiatan yang membosankan. Perlahan matanya terpejam lalu tertidur. Gabriel terhenyak saat menyadari jika kepala Rara jatuh ke pundaknya. Ia melirik ke samping sehingga membuat pipinya menempel dengan rambut Rara.

Ia menghela napas dan mejauhkan kepala Rara dari pundaknya. Hingga Rara pun kembali tersadar dan mengerjap halus.

"Maaf."

Mereka pun kembali pada kegiatan masing-masing. Gabriel membaca buku dan mencari rumus yang belum pernah dipakai orang di dunia ini. Di tengah fokusnya membaca buku tiba-tiba ia kembali merasakan pundaknya terasa di terpa sesuatu.

Lagi-lagi Gabriel menahan umpatannya. Ia mengangkat kepala Rara dan berniat ingin merebahkan perempuan itu di sofa hingga posisi Gabriel terlihat seperti hendak mencium Rara.

"ASTAGHFIRULLAH!!! APA YANG KALIAN SEDANG LAKUKAN DI SINI. KALIAN ITU BELUM HALAL!!!"

________

Tbc

Bagaimana menurut kalian dengan part ini?

Like, comen, dan Vote jika berkenan. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

taurus@

taurus@

emang terkadang yg dlihat g sesuai fakta😂😂😂niatnya mau nyenderin kpala.. eee mlh dkira ciuman😂apes skli

2022-06-12

0

Leny Marlina

Leny Marlina

buat Gabriel ngejar

2021-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!