Part 4

Saat ini siswa SMA Kebangsaan sudah berhamburan di koridor untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Tampak dari kejauhan seorang Rara and teh geng sedang celengak-celenguk di parkiran, sepertinya cewek itu sedang menunggu seseorang.

Tak lupa di samping perempuan itu juga terdapat sahabat nya yang selalu setia menjadi babu Rara. Rara tidak memaksa mereka untuk menjadi teman Rara, namun mereka sendiri lah yang memaksa Rara untuk berteman dengan mereka dan akan menuruti apa-pun yang diperintahkan Rara.

Tentunya ia dengan senang hati menyambut hal itu. Siapa sih yang tidak senang mendapatkan pelayan geratisan. Mereka sudah lama bersahabat mulai dari sejak SMP. Selama itu pula tidak ada terdengar desas desus pertengkaran di antara mereka.

"Ra. Mending kita pulang aja, palingan tu cowok ada les tambahan. Lo tau sendirikan Gabriel itu gila belajar," kata Adhan kesal pasalnya mereka hampir satu jam menunggu di parkiran setelah bel, namun orang yang ditunggu tak kunjung keluar.

"Iya nih Ra, gue entar jadi ikan asin lagi." Itu suara Reza.

Rara hanya memutar bola mata memelas. Dipandangnya wajah kedua sahabatnya dengan intens. Kedua tangannya berkacak pinggang seolah memperingatkan jangan berani-beraninya kalian.

Dan benar saja keduanya langsung menelan ludah sendiri takut dengan singa betina yang ada di depan mereka. Siapa sih yang tidak tau Rara Andira? Satu-satunya siswi yang sangat jago bela diri dan bahkan penghargaan yang ia sumbangkan untuk sekolah ini bukan main banyak nya.

"Kalau kalian pulang. Nih!!" Ucap Rara sambil mengeluarkan tinjunya.

Reza dan Adhan menarik napas sabar. Mereka menuruti kemauan Rara dan merelakan kulit mereka gosong asalkan jangan mendapatkan bogem mentah dari wanita itu.

"Ra! Bukannya nyokap lo suruh pulang cepat ya tadi. Kan elo mau dijodohin."

Refleks Rara memandang Reza. Tatapannya mengilat, ia sangat sensitif mendengar kata 'jodoh'. Ia belum mau menikah dan ia juga tidak mau menikah selain dengan Gabriel cinta sejatinya. Bisa sajakan nanti calon suaminya tidak sesuai dengan ekspektasi. Bagaimana calon suaminya orang jahat? Bandar Narkoba? Perampok? Kasar? Jelek? Dan sebagainya yang tidak mau ia sebutkan satu per satu.

"Sekali lagi lo ngomong gitu!! Gue beneran gantung lo di Monas Za!! Gue nggak mau menikah. Gue maunya cuman sama Gabriel!!! Titik nggak pakai koma!!!!" Teriak Rata seperti frustrasi. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "Ishh Gabriel kok lama banget ya keluarnya.  Tuh anak jangan-jangan betapa lagi di dalam kelas."

"Tuh kan Ra. Gabriel itu aneh, sepertinya Tuhan menciptakan  dia dari salju deh. Mending lo  menjauh dari pada entar lo beku nanti dekat-dekat sama dia."

Rara menghembuskan napas. Ia melirik lagi sekali ke kelas Gabriel. Namun apa yang didapatkannya benar-benar membuat Rara tampak bahagia dan berteriak di dalam hati. Gabriel sudah keluar, cowok itu mengenakan hoodie dan topi. Sumpah penampilan Gabriel saat ini benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dari yang biasanya culun kini nampak seperti bad boy, Rara suka itu.

"Eh..eh. Gabriel sudah datang tuh. Nanti sudah dekat saatnya kita mulai akting. Okey, ingat apa kata gue tadi.  Jangan sampai kali ini gagal." Perintah Rara sambil memperhatikan gerak-gerik Gabriel.

"Kalau gitu buruan lo pura-pura sakit."

Rara pun memulai aksinya. Ketika Gabriel dekat dengan tempat mereka Rara pun lemas dan jatuh. Dengan lugas pula Reza dan Adhan langsung menangkap Rara.

"Ra! Rara lo kenapa. Ih ni anak pakai pengen pingsan segala," ucap Reza pura-pura panik. Ekor matanya terus melirik ke arah Gabriel yang tampak tak mempedulikan mereka.

"Buruan lo minta tolong sama dia kek," bisik Rara kepada kedua sahabatnya.

"Eh Gabriel bantuin kita dong, kok lo gitu sih. Lihat ini Rara pengen pingsan tau." Adhan berteriak ke arah Gabriel dan Gabriel yang merasa terpanggil langsung menghentikan langkahnya.

Ia menatap Rara dengan datar. Tatapan dinginnya mampu mengintimidasi Reza dan Adhan.

"Emang harus gue yang bantuin dia. Kan ada kalian berdua sahabatnya."

"Masalahnya gue ini nggak bisa nganterin Rara pulang. Gue ada acara keluarga di rumah," timpal Adhan kesal karena ia merasa Gabriel tak memiliki rasa sosial sama sekali. Selama ia bersekolah juga tak pernah melihat Gabriel memiliki teman, yang dia tau teman cowok itu hanya buku dan pena. Emang nggak bosan apa temenan sama benda itu, mana nggak bisa diajak ngobrol lagi.

Gabriel melirik Reza.

"Dan gue disuruh nyokap pulang cepat."

"Kenapa tidak telepon supir atau pesan taksi sih."

"Mobil Rara mogok. Kalau taksi yang ada keburuan ni anak pingsan. Lo mau dia pingsan sendirian nggak ada jagain."

Gabriel menghela napas. Ia melirik Rara yang berada di dekapan Adhan. Ia berjalan menghampiri mereka dan mengambil Rara dari dekepan Adhan lalu diangkatnya ala bridal style. Gabriel membawa Rara ke dalam mobil dan berniat ingin meletakkannya di belakang.

"Gabriel Rara nggak mau di belakang. Rara maunya di depan, jadi kalau Rara kenapa-napa Gabriel mudah nanganin Rara."

Sekali lagi Gabriel mengalah demi cewek ini. Dengan sabar ia membuka pintu mobilnya dan meletakkan Rara di samping kemudi. Usai meletakkan perempuan itu Gabriel pun menutup pintu dan mengitari mobil lalu masuk ke dalam.

Sebelum ia menjalankan mobilnya Gabriel terlebih dahulu melirik Rara. Ia menghembuskan napas, kenapa selalu ada saja situasi yang selalu membuatnya dekat dengan wanita ini?

Di dalam hati Rara terpekik. Rencananya berhasil, sumpah demi apa gue bisa satu mobil sama cowok tampan. Tidak mau membuang kesempatan Rara kembali mengatur rencana. Pokoknya situasi ini harus bermanfaat agar batinnya tidak berteriak ingin terus dipuaskan dating dengan cogan.

"Aduh kepala Rara makin pusing nih. Sepertinya Rara bentar lagi pingsan deh," keluh Rara sembari sekali-kali mencuri pandang ke arah Gabriel untuk melihat apa reaksi yang diberikan Gabriel untuknya. "Gabriel!"

"Hm," dahem Gabriel menjawab.

"Boleh nggak Rara minta Gabriel peluk Rara. Tubuh Rara dingin nih."

Gabriel yang sedang menyetir pun menghentikan mobilnya. Ia menoleh ke samping tepatnya ke Rara. Dengan sedikit tak rela ia mengangguk. Lebih baik ia turuti saja kemauan wanita itu dari pada dia akan semakin mengrepotkannya.

'Yes gue berhasil. Selepas pulang gue harus telepon Reza nih buat terimakasih ke dia. Nggak sia-sia gue punya teman kayak mereka.'

Gabriel merangkuh tubuh Rara dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan bekerja sebagai menyetir. Ia berharap semoga hari ini adalah hari terakhir ia bertemu Rara.

"Gabriel!"

"Apaan sih Ra? Kalau lagi sakit mending Lo diam aja. Mau gue turunin di sini? Lagian kenapa sih di mana pun gue berada elo terus ada. Bosen gue lihat lo mulu."

"Kamu tau nggak kenapa Gabriel dan Rara selalu bertemu di mana pun? Itu karena Rara dan Gabriel seperti ikan dan air. Di mana ada ikan pasti di situ ada air."

"Alay. Mending lo diam. Gue muak dengar semua ocehan lo yang nggak masuk akal."

Rara pun menurut. Ia diam tapi tersenyum rahasia, dia sengaja memperdalam pelukkannya di dada Gabriel. Tidak mau hilang kesempatan Rara pun mengendus aroma mint di dada Gabriel.

"Semoga selamanya gue begini sama Gabriel," batin Rara.

Beberapa detik kemudian terdengarlah suara dengkuran dari Rara. Spontan Gabriel pun menoleh dan menghela napas. Wanita itu tertidur di dalam rangkulan Gabriel.

________

TBC

Kalau hari ini banyak yang like dan komentar. Aku bakalan up secepatnya.

Terpopuler

Comments

taurus@

taurus@

cukup menghibur... beda dr yg lain alurnya😁

2022-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!