Part 1

Pagi ini adalah pagi yang cerah dengan sejuknya pemandangan. Cuaca yang tidak terlalu mendung membawa rasa keharmonisan yang menenangkan. Suara kicauan burung di pagi hari semakin menambah semangat untuk melakukan aktivitas. Tiupan dedahanan yang melambai bagaikan  diterpa badai.

Seperti pagi biasanya Gabriel selalu melakukan aktivitas yang sudah menjadi rutinitas, sekolah. Dirinya memang sangat menggilai pelajaran bahkan ia ahli di bidang semua mata pelajaran. Tak heran lagi jika ia sering menjadi utusan sekolah SMA Kebangsaan sebagai duta perwakilan olimpiade tingkat apa-pun. Dan hasilnya tidak dapat diragukan jika ia selalu membawa pulang mendali emas.

Dan jangan lupakan wajah tampannya yang masuk Awards sebagai orang tertampan di dunia. Gabriel tidak mengetahui apakah ketampanan yang ia miliki adalah sebagai anugerah atau mala petaka.

Namun selama perjalanan hidupnya Gabriel merasa jika ketampanan yang hakiki dimilikinya berupa mala petaka. Banyak para gadis yang berbondong-bondong mendekatinya seperti kurang kerjaan. Sungguh ia sangat risih kepada mereka yang terang-terangan menyatakan cinta. Ia membenci ketampanan ini, karena wajahnya ia selalu dimata-mati.

Seperti pagi ini, baru saja Gabriel turun dari mobil tiba-tiba dirinya langsung dibuat memutar bola mata jengah akibat sambutan mereka yang terkesan alay. Banyak para wanita yang telah menunggu di depan gerbang sambil membawa spanduk yang bertuliskan namanya serta terdapat gambar.

Mereka semua histeris ketika ia berjalan mendekati gerbang. Suara teriakan memekakkan yang selalu ia dengar kini menyambut paginya yang semula cerah menjadi tandus. Dalam hati Gabriel berkata, sudah seperti Idol Korea aja gue.

"Gabrielll!!!!!"

"Aaaa suami gue udah datang."

"Duhai cintaku sayang ku!!!!"

"Ya ampun tampan banget. Jangan diambil suami gue itu!!"

Sekiranya itulah suara teriakan mereka. Entahlah kenapa mereka bisa-bisanya mengclaim dirinya sebagai milik mereka, padahal ia saja tidak ada mengkonfirmasi hal itu, memang sakit jiwa mereka.

Gabriel menggeleng dan berlalu melewati mereka begitu saja dan tak menghiraukan para wanita cabe itu yang ingin memberikan kado, yang tentunya isi dari kado tersebut bukan sembarang isi, Gabriel tau itu. Namun ia tidak mau mengambil pemberian mereka karena sangat mudah bagi seorang Gabriel Wijaya Atas memberi barang-barang yang lebih mahal dari pada itu, mereka memang bodoh sudah tau ia anak sultan tapi masih saja diberikan barang murahan. Mereka pikir dia siapa?

Gabriel memasang earphone ke telinganya agar dapat menghindari mendengar suara teriakan  mereka yang bisa saja membuat telinganya mengeluarkan nanah.

Langkah kaki Gabriel terhenti ketika seorang wanita dengan rambut yang berwarna pelangi mencegat jalannya.

"Mau apa lo?" Tanya Gabriel sinis. Ia menatap penampilan wanita tersebut, ingin sekali ia tergelak melihat penampilan perempuan itu. Rok di atas lutut, baju kesempitan, rambut pelangi, anting yang kepanjangan, bibir merah merona, wajah dimerah-merahkan, dan banyak lagi yang tak dapat ia jelaskan.

"Gu-gue ma-mau kasih kamu kado. Nih!"

Gabriel melirik kado tersebut, lumayan besar. Ah bodoh amat palingan isinya jaket murahan yang beli di obralan, susah sekali.

"Gue nggak butuh. Gue bukan anak orang susah yang minta sumbangan. Sana lo! Muak gue liat muka lo yang kaya ondel-ondel. Muka kaya begitu mau dekatin gue nggak level. Huh."

Gabriel meninggalkan  wanita itu yang terdiam merasa dirinya terhina. Ia mengepal lalu berbalik melihat punggung Gabriel yang telah menjauh.

"Gue sumpahin lo jadi bucin!!!!"

Mendengar pekikan wanita itu yang menyumpahinya refleks Gabriel langsung berbalik. Ia tersenyum mengejek kepada wanita itu.

"Nggak akan mungkin." Gabriel kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas. "Dasar cabe semata harga seribu. Nggak ada kerjaaan banget sih, apa yang ada di pikiran mereka? Sudah tau ini sekolah masih aja dandan kaya jalang yang kastanya lebih rendah dari pengemis."

Gabriel rasanya ingin berteriak saja ketika sepanjang jalan orang meneriaki namanya dan menyanyikan yel-yel. Gendang telinganya mau pecah, Gabriel tidak akan sanggup jika selamanya begini. Kapan dia tenang?

"Bangga lo semua wanita ngagungkan nama lo?"

Gabriel spontan menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang berjalan beriringan dengannya. Ia mendengus ketika berdekatan dengan orang ini, Mulyadi. Raja masalah di sekolah ini.

Gabriel tak menimpali. Ia meneruskan perjalanan sambil memasukkan tangan kirinya ke saku celana abu-abu dan tangan kanan memegang tali tas ransel. Merasa teracuhkan Mulyadi pun menggeram.

"Jangan sombong lo. Liat saja nanti gue bakal membalikkan keadaan."

"Terserah lo, gue nggak mengharapkan dikejar-kejar para cabe itu."

"Tapi gue heran kenapa mereka naksir lo. Padahalkan tampilan lo culun banget."

"Itu karena wajah gue tampan, nggak kaya lo yang sebelas dua belas sama monyet." Gabriel menoleh ke arah Mulyadi sambil tersenyum meremehkan.

Sedangkan Mulyadi tak dapat memendam kemarahannya lagi ketika mendengar omongan Gabriel yang terang-terangan menghinanya. Ia berdiri di depan cowok itu seraya menarik kerah baju Gabriel, namun Gabriel tak menggubris kelakuan lelaki itu, biarkan para fans nya saja yang menghakimi Mulyadi.  

Cengkeraman Mulyadi mengurang hingga benar-benar terlepas ketika mendengar samar-samar suara wanita dari arah lapangan. Ia berbalik dan menoleh ke lapangan, dan benar saja. Seorang wanita cantik yang menjadi incaran para lelaki sedang memegang toak seperti sedang mengumumkan sesuatu.

Semua orang mengerumuninya dan terfokus kepada wanita itu. Rara Andira berdiri di lapangan dan sedang menatap Gabriel dengan senyuman kebahagiaan. Sedangkan orang yang menjadi objek hanya menatap datar Rara.

"Perhatian semuanya. Hari ini gue pengen ngungkapin sesuatu di depan kalian semua!!!!"

"Alah palingan mau ngungkapin kalau dia masuk ruang BK lagi, teman-teman mendingan kita cabut dari sini, usah dengarin wanita gila itu," sahut seorang  wanita yang tadi ingin memberi kado kepada Gabriel.

Rara memandang wanita itu dengan penuh kekesalan, "Ya sudah kalau lo mau pergi. Silakan gue nggak larang, lagian siapa juga yang mau lo ada di sini. Sana, sana, pergi lo!!!" Usir Rara.

"Eh Rara! Kalau lo ngumpulin kita buat dengarin ocehan lo mendingan dibubarkan aja. Kita-kita masih banyak kerjaan lain!!"

"Betul itu!"

"Betul. Mendingan kita pergi aja dari sini!"

Rara melotot mendengar mereka ingin bubar. Padahalkan ia belum menyampaikan isi pengumumannya. Tidak bisa dibiarkan ini, ia harus bertindak agar tak dipermalukan lagi seperti sebelumnya.

"Guys!! Sabar dulu, jangan bubar. Gue belum samapian apa yang ingin gue umumkan."

"Yasudah cepetan!!" Kali ini bukan suara murid yang menggesaknya melainkan suara guru yang ikut berkumpul di lapangan yang penasaran dengan pengumuman yang ingin diberikan Rara. Buka  hanya satu guru melainkan hampir semua guru.

Rara melihat para warga SMA Kebangsaan yang antusias ingin mendengar umuannya pun mengulas senyum. Pokoknya hari ini harus tersampaikan. 

"Gabriell!!" Teriak Rara sehingga membuahkan para pendengar melirik kepada Gabriel yang tengah berdiri agak jauh dari lapangan, cowok itu juga penasaran sekaligus bosan dengan peristiwa ini.

"Gabriel Wijaya Altas hari ini Rara Andira ingin menyatakan jika Rara mencintai Gabriel! Rara rela lakuin apa-pun untuk Gabriel! Rasa cinta Rara lebih tinggi dari gunung Everest, dan lebih luas dari gurun Sahara, lebih panjang dari sungai Nil, lebih dalam dari laut Merah, dan lebih putih dari air Mineral. Gabriel maukah kamu menjadi pacar Rara?"

Sontak semua yang berada di sana langsung terkejut. Mereka menatap Gabriel dengan tatapan berbeda-beda, menunggu jawaban lelaki itu.

Gabriel dibuat emosi dengan pernyataan Rata barusan. Wajahnya memerah karena marah dan malu yang disebabkan wanita itu. Ia berjalan cepat menghampiri Rara dan menarik Rara menjauh dari lapangan.

"Ih... Gabriel jangan tarik-tarik Rara. Sakit tau," keluh Rara sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangan kekar Gabriel yang terasa sangat kuat.

Gabriel berhenti dan diikuti Rara. Ia menghempaskan tangan wanita itu, hingga tampaklah bekas kemerahan akibat cengkeraman nya yang terlalu keras.

"Apa-apaan sih lo? Bikin malu gue aja. Sudah berapa kali gue katakan kalau gue nggak suka sama lo!!! Dan hari ini lo sudah benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya lo nyatain perasaan di depan umum dan ditonton guru lagi. Dasar perempuan kehilangan saraf. Gue ingetin lo sekali lagi, jangan pernah sekali-kali lo ngulangin kejadian tadi, kalau lo ulangin lagi, lo bakal gue gusur dari sekolah ini. Ngerti lo?"

Rara menggeleng polos. Dirinya memang tidak mengerti apa yang telah dikatakan Gabriel.

Gabriel menarik napas panjang lalu menghembuskan sabar. Ia menepuk jidatnya,  mimpi apakah ia malam tadi hingga hari ini ia mendapatkan azab.

"Dasar bocah! Sudah bocah sok ngerti lagi dengan cinta-cintaan. Dasar generasi micin," umpat Gabriel frustrasi,  kenapa bisa-bisanya ia bertemu dengan wanita menyebalkan ini sih.

"Kan Rara kids zaman now."

Gabriel menoleh tak percaya dengan ucapan Rara barusan. Ia menggeleng keheranan dengan tingkah Rara.

"Intinya lo jangan pernah lakuin hal tadi lagi."

"Jadi Gabriel terima cinta Rara atau enggak?"

"Yah enggak lah!" Ucap Gabriel cepat menimpali, "Siapa sih yang mau sama lo. Monyet aja liat lo langsung lari."

Setelah mengucapkan kata yang menyakitkan, Gabriel berjalan meninggalkan Rara yang terdiam di lapangan. Namun baru beberapa langkah ia berjalan tangannya dicekel hingga ia pun berbaik kembali menatap Rara dengan dingin.

"Gabriel kok gitu sih sama Rara?"

Gabriel menaikkan satu alisnya, "Emang gue kenapa?"

"Dingin banget."

"Kalau nggak penting usah ngomong sama gue," bentak Gabriel sehingga membuat mata Rara berkaca-kaca.

Ketika Gabriel ingin pergi, Rara kembali mencekal lengan lelaki itu menahannya.

"Ada apa lagi?"

"Rara cinta sama Gabriel."

"Rara stop, gue bisa gila liat lo kaya begini. Asal lo tau ya kita itu bagaikan langit dan bumi nggak akan pernah bisa bersama seperti lagunya Via Vallen."

"Tapi Rara bakal buat Gabriel seperti lagunya Melly Goeslaw Bagaikan langit. Rara yakin Gabriel pasti akan merindukan Rara seperti di lirik itu."

"Terserah lo." Setelahnya Gabriel pergi dari sana dan tidak mempedulikan Rara yang telah disoraki para penonton. 

Tangan Rara mengepal atas penolakan Gabriel secara terang-terangan. Ia mengedarkan matanya ke semua orang.

"Huuu. Cewek halu!!!"

"Gila kayanya dia!!"

Rara menarik napas mendengar ucapan mereka.

"Stoppp kalian. Bubar-buar semuanya!!! Atau kalian semua mau liat jurus gue hah," tutur Rara sambil memperagahkan ilmu bela dirinya. 

Tidak mau melihat Rara menyilati mereka, kumpulan orang-orang termasuk para guru pun bubar dari kerumunan sehingga menyisakan Rara dan sahabatnya di lapangan itu.

"Sudahlah Ra! Apa kata gue lo itu lupain aja sih si Gabriel sombong itu. Masih banyak laki-laki di luar sana yang ingin jadi pacar lo." Reza menepuk pundak Rara dan berdiri di samping wanita itu yang masih betah melihati punggung Gabriel yang makin samar.

"Kan masih ada Adhan," ucap lelaki itu percaya diri sambil menyisir rambutnya.

Sekilas Rara menoleh kepada mereka berdua. Wajahnya kembali lesu ketika melihat kedua sahabatnya itu. Tubuhnya serasa mau roboh karena tidak tahan hidup lebih lama lagi tanpa Gabriel.

"Tapi Rara maunya sama Gabriel!!" Teriak Rara sehingga orang disekitar langsung terkejut, ia menghentak-hentakkan kakinya seperti bocah yang tidak dituruti maunya.

"Kalian berdua ada ide nggak? Apa yang harus gue lakukan agar Gabriel suaka sama gue?"

Mereka semua tampak berpikir. Tiba-tiba suara Adhan yang melengking berteriak terdengar.

"Gue ada ide Ra!"

"Apa tu?"

"Tapi lupa," cengirnya sambil menggaruk telinganya.

Rara yang kesal menginjak kaki Adhan kuat, "Rasain lo!!"

"Auu sakit Ra!"  

"Sudah-sudah gue punya ide nih." Reza pun membisikkan sesuatu ke telinga Rara hingga satu detik kemudian terlihat lah Rara yang tersenyum.

"Gimana?"

"Ok juga tuh."

Tringgg

"Sudah bel gue masuk duluan ke kelas."

Rara berjalan menjauh dari sana dan diikuti oleh kedua sahabatnya yang selalu mengawal Rara dari belakang.

________

Tbc

Yey sequel TMI sudah terbit. Jangan lupa like dan comen buat dukung cerita ini.  Bukan update harian okey.

Koreksi jika ada typo

Terpopuler

Comments

ponyey 48

ponyey 48

semangat thor

2023-05-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!