12. It's Beautyful to fall in love

...Indahnya jatuh cinta....

...🌸Setiap hal yang dilakukan oleh orang yang sedang jatuh cinta selalu menarik, apalagi ketika sepasang muda-mudi merajut asa, merangkai rencana.🌸...

Rinjani Jenar Adhitama.

Pertama kali aku bertemu mas Ghufron, kukira dia laki-laki kaku yang sulit diajak bercanda. Sebab jarang sekali kulihat mas Ghufron bercanda atau bicara basa-basi dengan teman-temannya.

Tapi setelah kami sering jalan dan ngobrol ternyata mas Gufron adalah orang yang asyik. Bisa membawa diri dalam setiap suasana. Bisa menempatkan diri dengan luwes, bisa bergaul dengan siapa saja.

Kalau di komunitas dia bisa bersikap sebagai pemimpin yang baik. Kalau sedang bersama teman-temannya, dia bisa menjadi pendengar yang baik. Kalau sedang bersamaku, dia berubah menjadi sosok yang tak terduga. Kadang teman, kadang kakak, kadang guru, kadang posesive dan sok menasehati seperti ayah.

Kami memang belum pernah jalan berdua, tapi interaksi kami sudah cukup dikatakan akrab. Sebab mas Ghufron sering menyambangiku, atau mengajakku pergi keluar untuk sekedar melepas penat. Kami selalu pergi bertiga, dengan Nalini.

Apa yang kami lakukan ketika pergi keluar? Diskusi. Kami mendiskusikan tentang apa saja. Kadang masalah tugas kuliahku, tesis mas Ghufron, tugas sekolah Nalini, atau hal sepele seperti rasa makanan yang kami pesan, jika sedang makan di rumah makan.

Siang menjelang sore itu, kami bertiga sedang menikmati makanan di sebuah rumah makan. Kami sengaja keluar, sebab di rumah tidak ada orang. Om Dito dan istrinya sedang berkunjung ke rumah mertua di Banjar negara. Anak-anak tentu saja ikut. Otomatis aku di rumah sendirian.

Biasanya aku pulang ke Magelang, jika om Dito sekeluarga sedang pergi. Karena tugas kuliah menumpuk, aku memilih tinggal di rumah sendirian.

Tak mau menjadi fitnag, mas Ghufron mengajakku keluar bersama Nalini. Kami memutuskan untuk singgah di sebuah rumah makan sebab tak menemukan ide mau kemana. Paling gampang, ya, ngobrol sambil makan.

Kami cukup nyaman disini, di rumah makan paling merakyat di kota ini. Dengan spanduk bertuliskan 34 sambal, 28 lauk, 14 sayuran, 28 minuman.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang hidup di kalangan biasa saja, mas Ghufron hanya bisa mengajakku makan di rumah makan yang harganya sesuai kantong. Tidak masalah bagiku, sebab aku pun sudah biasa hidup sebagai rakyat jelata. Bukan seorang tuan putri seperti kakakku.

Kami sedang berdiskusi tentang rencana pembukaan cafe dan membuat peta rencana masa depan saat itu. Mas Ghufron menjelaskan dengan berapi-api mengenai cara agar kita bisa fokus mewujudkan mimpi.

Di atas meja, berkas bertuliskan rencana denah cafe berserakan. Tapi mas Ghufron lebih tertarik membicarakan hal lain.

“Jadi gini, Nduk. Sertiap orang pasti punya impian, kalau sudah dipikirkan bisa jadi rencana. Kalau sudah disusun rencananya, terus diupayakan bisa menjadi tujuan.”

Awalnya aku tidak terlalu tertarik mengenai tujuan hidup. Tapi ketika mas Ghufron menjelaskan, seketika pemikiranku berubah. Aku yang selama ini tidak terlalu mengambil pusing tentang rencana masa depan, mulai tertarik karena yang diutarakan mas Ghufron membuatku bersemangat.

“Nalini saja sudah punya dream book, ya, Lin?" Nalini mengangguk, kemudian mas Ghufron beralih menatapku, "Kamu juga harus punya, Nduk. Biar hidup kamu terarah, jadi tidak ada waktu yang terbuang percuma.”

“Ingat, Nduk. Waktu itu sangat berharga. Hasan Al-Bashri pernah mengatakan, wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari hilang, maka akan hilanglah sebagian dirimu.”*

“Kamu tentu tahu hadist yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majjah tentang waktu. Begini bunyinya: Nabi Muhammad SAW bersabda, dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”

“Ada lagi sebuah hadist riwayat imam Nasai dan Baihaqi. Pasti banyak yang hafal karena sudah dijadikan lagu dan dinyanyikan oleh grup Raihan. Tahu, kan, Nduk?”

Aku menjentikkan jari, sebab sangat tahu dan hafal lagu yang dimaksud. “Demi masa, kan, Mas?”

“Betul! 100 buat kamu. Coba liriknya bagaimana?”

“Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian. Melainkan yang beriman dan yang beramal soleh. Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara. Sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit-”

“Stop!”

Masih ada satu kalimat yang belum sempat kukatakan, tapi sepertinya mas Ghufron ingin menjelaskan sesuatu.

“Nah! Lapang sebelum sempit itu artinya waktu luang sebelum sibuk. Nah, sudah jelas, kan? Kenapa kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Agar hidup tidak sia-sia, seperti bait terakhir lagu itu, hidup sebelum mati.”

“Tapi, Mas. Bukannya tanpa rencana seperti yang mas sampaikan tadi pun kita tetap bisa memanfaatkan waktu dengan baik?”

“Coba buktikan kalau kamu bisa memanfaatkan waktu dengan baik tanpa membuat rencana seperti yang mas jelaskan tadi? Misalnya hari ini, kamu pasti tidak punya rencana apa-apa, kan? Sebutkan yang kamu lakukan dari mulai bangun tidur sampai saat ini? Ada tidak waktu yang terbuang percuma?”

Aku diam. Coba mengingat apa yang kulakukan dari bangun jam 3 dini hari tadi sampai sekarang. Dan aku hanya bisa tersenyum simpul tanpa menjawab pertanyaan mas Ghufron. Sebab seharian aku hampir tidak melakukan apa-apa. Bahkan baju kotorku saja belum kucuci padahal sudah dua hari. Kebiasaan burukku, menumpuk pakaian kotor sampai menggunung, padahal bisa langsung dicuci setiap hari.

“Ada tidak waktumu sehari ini yang terbuang percuma? Pasti banyak, kan?”

“Malah hampir semua waktu terbuang percuma, Mas.”

“Kalau begitu, mulai besok buat rencana, ya! Kalau ribet bikin jadwal harian, bikin saja mingguan atau bulanan. Goals apa yang ingin kamu capai bulan ini, tulis di buku atau kertas. Letakkan di tempat yang bisa kamu lihat setiap saat, biar kamu ingat. Apa yang harus kamu lakukan agar tujuan kamu tercapai.”

“Iya, Mas. Besok saya buat.”

Aku menyeruput jus jambu yang tersisa setengah gelas sambil bernapas lega. Ternyata begini rasanya berbincang dengan orang yang tepat. Perbincangan yang awalnya kukira berat ternyata ringan dan mudah dipahami.

Siang itu aku juga belajar dengan Nalini bagaimana membuat dream book. Adik mas Ghufron itu memperlihatkan dream booknya yang membuatku ternganga. Dia sudah punya goals sampai 10 tahun ke depan, sedangkan aku goal untuk hari esok saja belum terpikirkan. Dasar aku yang plegmatis, tak pernah punya cita-cita.

Cukup lama kami berdiskusi tentang rencana masa depan, goals, cita-cita dan tujuan hidup yang bagiku semua itu tadinya tidak terlalu penting. Bukankah takdir setiap manusia sudah tertulis di dalam kitab lauh mahfudz sejak 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi?©️

Bukankah sudah ditetapkan takdir umri saat kita masih berbentuk janin usia 4 bulan dalam kandungan ibu?®️ Lalu untuk apa aku harus punya cita-cita kalau takdir sudah diatur oleh yang Maha menguasai hidup?

Ah! Rupanya aku lupa kalau ada takdir yang bisa diubah, dan hanya kita yang bisa mengubah. Dengan usaha, ikhtiar dan do’a kita bisa mengubah takdir, atas ijin Alloh.™️

Aku bukannya tidak tahu, jika siang itu ada pak Hara tak jauh dari tempat kami duduk. Aku bukan tidak tahu jika pak Hara sengaja mengarahkan ponsel untuk memindai kami bertiga.

Tadinya aku tidak mau peduli, sebab kulihat pak Hara sedang berbincang dengan seorang perempuan berjilbab. Pak Hara juga menurunkan keranjang berisi sayuran segar dan beberapa karung beras. Menggelikan, pikirku. Sejak kapan pak Hara jadi kuli angkut barang coba? Kemana jas dan dasi yang beberapa minggu lalu masih kulihat, menjadi dresscode andalan setiap hari.

Pak Hara yang kukenal, penampilannya selalu rapi khas eksekutif kelas atas. Bukan pria berkaos oblong dengan rambut tanpa pomade seperti yang sedang kulihat ini. Dan aku bukan satu-satunya orang yang menyadari kehadiran pak Hara siang itu.

“Nduk! Bukannya itu orang yang antar kamu ke toko buku, waktu kita ketemu di Jakarta, ya?”

Aku menoleh, mengikuti arah pandang mas Ghufron. Kami sedang mengemasi barang-barang hendak pulang. Ternyata mas Ghufron menyadari kehadiran pak Hara.

Entah mengapa, aku merasa tidak nyaman, merasa gerakku sedang diawasi. Ditambah kalimat mas Ghufron selanjutnya yang sukses membuatku naik darah.

“Aku sering lihat orang itu di sekitar kampus. Tempo hari kata Rosyid, orang itu mencariku. Tapi kami belum pernah bicara satu sama lain, kukira dia salah orang.”

Membuatku mengambil langkah cepat ketika mas Ghufron sedang membayar di kasir. Kuhampiri pak Hara, ia sedang berdiri di samping mobil pickup bak terbuka.

Tanpa basa-basi dan permisi aku bertanya ketus padanya, “pak Hara ngapain disini?”

Dia menjawab pertanyaanku sambil menunjuk mobil pickup di belakang punggung, “bisnis.”

Ingin tertawa rasanya mendengar jawaban pak Hara, totalitas banget sandiwaranya. Mana mungkin seorang pak Hara berbisnis sendiri, meninggalkan kak Reyfan yang sudah sejak kecil diekorinya.

“Pak Hara disuruh ayah atau kakak buat ngawasin aku?” aku bahkan tidak mengijinkan pak Hara menjawab, kuhujani dengan kalimat bernada marah dan ketus, “katakan pada siapapun yang suruh, jenar bukan anak kecil yang harus selalu diawasi.”

Aku berlalu setelah menumpahkan kekesalanku pada pak Hara, karena merasa diawasi. Entah sebenarnya aku kesal pada pak Hara atau siapapun yang menyuruhnya. Tentu saja aku tahu jika pak Hara pasti hanya disuruh. Tidak mungkin punya inisiatif sendiri mengawasiku. Untuk apa?

Kuhampiri mas Ghufron dan Nalini yang telah berdiri menungguku di pintu keluar rumah makan. Sudah ada taksi online yang dipesan mas Ghufron disana. Kami pergi dari rumah makan tersebut, sempat kulihat mas Ghufron mengangguk kepada pak Hara. Ah! Kenapa kamu sopan sekali, Mas? Padahal orang itu telah membuatku kesal.

Dalam perjalanan pulang mas Ghufron berbicara meski dengan nada biasa tapi sepertinya ia sedang berusaha mengembalikan suasana hatiku yang sedang kesal.

“Siapapun dia, pasti ingin yang terbaik untuk kamu, Nduk. Mas nggak masalah diawasi, kok. Malah senang, artinya ada seseorang disana yang sangat sayang sama kamu. Takut mas nyakitin kamu, berbuat tidak sopan atau manfaatin kamu.”

Aku menghembuskan napas panjang, mas Ghufron selalu melihat suatu persoalan dari segala sisi, baik dan buruk. Selalu berpikir positif tidak pernah menaruh rasa curiga terhadap orang lain.

Yang hampir sempurna seperti ini, mungkin sudah jarang ada di dunia. Alhamdulillah aku dipertemukan dengan manusia langka seperti mas Ghufron.

“Sudah jangan kesal, nanti kita sambung ngobrol lewat chat, ya?” Ucap mas Ghufron ketika kami sudah sampai di rumah om Dito, dan mereka pamit pulang.

Aku mengangguk tanda setuju. Kulepas mas Ghufron dan Nalini pergi, dengan hati yang sudah sedikit luluh dari kekesalan. Mencoba melupakan siapa yang menyuruh pak Hara, mencoba berpikir positif, siapapun dia, pasti ingin menjagaku. Seperti kata mas Ghufron.

Malam hari saat aku sedang mempelajari kembali apa yang diajarkan mas Ghufron. Mengingat cara menulis impian pada dream book seperti yang diceritakan Nalini. Juga memikirkan tentang apa keinginan dan harapan yang ingin kuraih, notifikasi pesan masuk ke ponselku.

Tidak lain tidak bukan, dari mas Ghufron. Kami terbiasa berkirim kabar lewat pesan singkat pada malam hari, menjelang tidur. Kata mas Ghufron sih, biar bisa ketemu di alam mimpi.

Mas Ghufron ini tipe laki-laki romantis yang kadang kata-kata recehnya bisa membuatku tersenyum. Saat kami saling berbalas pesan singkat, atau sedang bertemu di kampus. Lihatlah pesan singkat yang ia kirimkan malam ini. Receh, tapi membuatku tersenyum-senyum sebelum tidur.

Mas Ghufron itu tidak ganteng-ganteng amat, nggak tinggi-tinggi banget. Proporsionallah sebagai laki-laki. Tapi punya pesona lain yang membuat setiap wanita mudah jatuh hati padanya, termasuk diriku.

Bagaimana tidak jatuh hati kalau tiap pagi dikirimi puisi dan tiap malam diberi kata-kata manis meski hanya lewat pesan singkat? Bisa melengkungkan senyum, kalau aku sedang membaca pesan singkat yang ia kirimkan.

Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Disaat hati dan pikiran bisa melupakan segalanya demi dia yang sedang bertahta. Disaat pikiran selalu condong oleh satu nama. Disaat setiap untaian do’a selalu ingin menyebut namanya.

Ya, Alloh … aku berlindung kepadaMu dari rasa cinta berlebihan yang menyesatkan. Aku berlindung kepadaMu dari perasaan yang menghanyutkan, sehingga aku lebih menahtakan dia dibandingkah Engkau. Lindungilah aku, ya Alloh! Dari menyebut namanya, sebelum menyebut namamu, dari mencintainya yang tidak mencintaiMu. Aamiin.

Kutangkupkan kedua telapak tangan pada wajah. Kuletakkan ponsel di atas meja belajar, menyimpan hasil tugasku pada sebuah folder, lalu kumatikan daya dan menutup layar laptop. Sudah terlalu malam, waktunya istirahat agar esok aku bisa menyambut hari baru dengan semangat baru. Harapan tentang masa depan yang baru juga ….

.

.

.

.

Bersambung ....

Note :

Diambil dari sumber NU online. Kutipan artikel tentang menyia-nyiakan waktu.

©️Rasulullah SAW bersabda, bahwa Alloh menuliskan ketentuan semua makhlukNya sejak 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. ( HR Muslim).

®️Takdir umri merupakan takdir yang ditetapkan Alloh bagi janin berusia 4 bulan dalam kandungan. Dalam ketetapan tersebut telah dituliskan mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan, ajal, amal hingga rejekinya.

"Sesungguhnya salah seorang dai kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari). Kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat: untuk menulis rejekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia(nya). (HR Bukhari, Muslim dan Ibnu majjah).

Hai Readers tersayang sekebon pete ... hehe.

Sesuai yang sudah saya tukis di bab sebelumnya, komen diatas 100 up bab baru. Nah, untuk bab ini saya minta 200 komen selain up, lanjut, bagus dan next. Baru aku up bab selanjutnya.

Angel men, sih, Thor? (pake logat pekalongan bacanya, haha).

Biarin, dari pada aku minta 100 vote hayo?

Oya, karena bab mulai sensitif, Saya minta jadilah pembaca bijak ya. Tetap sayangi saya, eh? Maksudnya pak Hara apapun yang dia tempuh.

Ono part nangise ora kiro-kiro, Thor?

Ehm ... belum ... nanti pasti ada. Entah nangis bahagia atau sedih. he he.

Sudah, ya. semoga selalu diberi kesehatan dan kelapangan rejeki bagi kita semua. aamiin.

Terpopuler

Comments

Emi Wash

Emi Wash

mas ghofrun calon imam idola....

2022-08-01

0

Lheea Amelia

Lheea Amelia

membaca sambil belajar karena di setiap kalimatmu ada tutur kata yang baik. rugi deh yang g baca novel ini....

2022-07-31

0

Parti

Parti

suami impian jenar adalah mas ghufron tp kenapa jenar malah nikah sama hara ?? Tuhan pasti punya rencana lain sama kamu jen 😌

2022-06-01

0

lihat semua
Episodes
1 1. Gunung yang sulit ditaklukkan.
2 2. Sang Raja yang mengabdi sebagai pelayan
3 3. Sebuah Rahasia.
4 4. Calon Imam Idamanku.
5 5. Sister, the Best Partner of my life.
6 6. Menyelesaikan Masalah orang lain.
7 7. Tentang Dia
8 8. Merapah Asa.
9 9. Merapah Asa 2
10 10. Find Something Missing
11 11. Another Job, another experience.
12 12. It's Beautyful to fall in love
13 13. Teman beda level.
14 14. Inikah yang dinamakan Rindu?
15 15. Bidadari dalam balutan gamis syar'i.
16 16. Wrong gift for the wrong man
17 17. This is my life.
18 18. Ngebun-bun Enjang Anjejawah Sonten.
19 19. Traumatic atau Defensif?
20 20. Hari Yang Tidak Biasa.
21 21. Sebuah Ketulusan.
22 22. Balasan Kebaikan.
23 23. Sang Pejuang Cinta Sejati.
24 24. Hampa dalam Asa dan Rasa.
25 25. Seberkas Sinar.
26 26. Perasaan Tersembunyi.
27 27. Tentang rasa dan Asa ku.
28 28. Rindu Tanpa Temu.
29 29. Hati yang Gundah.
30 30. Gejolak Rasa
31 31. Ghufron Al-Ghazali S. Ked.
32 32. Jodoh Pasti Bertemu.
33 33. No Time To Take A Rest
34 34. Kejutan yang Indah.
35 35. Another Surprise.
36 36. Ikhtiar Maksimal.
37 37. Malaikat Tak Bersayap
38 38. Calon Menantu yang Bijaksana
39 39. Takdir Tidak Pernah Salah.
40 40. Akhir dari sebuah Tugas.
41 41. Patah Hati paling tragis.
42 42. Mengikhlaskan yang Harus dikhlaskan.
43 43. Titik Balik
44 44. Terjebak Hujan di Tengah Makam.
45 45. Terjebak Hujan di Makam (2)
46 46. Tentang Masa lalu.
47 47. Satu meja dalam perbedaan.
48 48. Tidak bisa lepas dari rasa bersalah.
49 49. Diantar Pulang.
50 50. Tanda Terima Kasih
51 51. Empaty
52 52. Gundah
53 53. Mengetuk Nurani
54 54. Peduli
55 55. Sengaja Tapi Bukan Rencana
56 56. Drama Bercanda
57 57. Melihat sisi Lemahmu
58 58. Dighosting (lagi)
59 59. Perempuan itu Unik.
60 60. Salah Kira.
61 61. Malu Bukan Karena Mau
62 62. Bersikap Aneh
63 63. Bermain dengan Hati.
64 64. Goyah dalam pengembaraan.
65 65. Jalan Takdir
66 66. Menjalankan Amanah
67 67. Pergi Berdua tanpa Rencana
68 68. 1. Pertemuan Membuka Luka
69 68. 2. Pertemuan Membuka Luka
70 69. Aroma Parfum dan Kenangan
71 70. Pria yang Punya Empaty
72 71. 1.Tentang Arah Pandang
73 71.2. Tentang Arah Pandang
74 72.1. Pertemuan Menyembuhkan Luka
75 72.2. Pertemuan Menyembuhkan Luka
76 73. Ingin Sembuh.
77 74. Malaikat Penolong
78 75. Putri Tidur
79 76. Bukan Karena Rindu
80 77. Luka yang Tak Biasa
81 78. Khawatir
82 79. Debar Kekaguman.
83 80. Mengalah.
84 81. Kaki Seribu bikin Cemburu
85 82. Heart Beat
86 83. Konseling yang Menyenangkan
87 84. Salah Kirim
88 85. Akibat Salah Kirim
89 86. Sikap Impulsif
90 87. Senandung Hati
91 88. Pay With Your Smile
92 89. Praduga Rasa
93 90. Merapah Rasa dalam Hati.
94 91. Merapah Rasa dalam Hati 2
95 92. Menolak Gejolak
96 93. Alasan Temu
97 94. Rindu dan Cemburu
98 95. Tertambat Hati
99 96. Ungkapan Perasaan
100 97. Curiga.
101 98. Rindu Berbalas Cemburu.
102 99. Bukan Saingan
103 100. Let Me Fight to Love You
104 101. Berhak Bahagia
105 102. Mencari jalan-Mu
106 103. The Birthday Surprise
107 104. Harapan dan Do'a yang Berbeda
108 105. Gara-Gara Kado
109 106. Romansa di Ujung Senja
110 107. Bukan Kencan
111 108. Kalau Hati Sudah Bicara
112 109. Sandiwara Amatiran
113 110. Kado Istimewa
114 111. Kado Istimewa part 2
115 112. Batas Toleransi Rasa
116 113. Torehan Kecewa
117 114. Torehan Kecewa 2
118 115. Ungkapan Rasa Terpendam
119 116. Titik Balik
120 117. Buah sebuah Kesalahan
121 118. Nasehat kakak
122 119. Perubahan Hara
123 120. Rasa yang Telah Tumbuh
124 121. Membalut Luka.
125 122. Menuntaskan Rindu
126 123. Secangkir Kopi untuk Membuka Sekat
127 127. Firasat
128 128. Terkuak
Episodes

Updated 128 Episodes

1
1. Gunung yang sulit ditaklukkan.
2
2. Sang Raja yang mengabdi sebagai pelayan
3
3. Sebuah Rahasia.
4
4. Calon Imam Idamanku.
5
5. Sister, the Best Partner of my life.
6
6. Menyelesaikan Masalah orang lain.
7
7. Tentang Dia
8
8. Merapah Asa.
9
9. Merapah Asa 2
10
10. Find Something Missing
11
11. Another Job, another experience.
12
12. It's Beautyful to fall in love
13
13. Teman beda level.
14
14. Inikah yang dinamakan Rindu?
15
15. Bidadari dalam balutan gamis syar'i.
16
16. Wrong gift for the wrong man
17
17. This is my life.
18
18. Ngebun-bun Enjang Anjejawah Sonten.
19
19. Traumatic atau Defensif?
20
20. Hari Yang Tidak Biasa.
21
21. Sebuah Ketulusan.
22
22. Balasan Kebaikan.
23
23. Sang Pejuang Cinta Sejati.
24
24. Hampa dalam Asa dan Rasa.
25
25. Seberkas Sinar.
26
26. Perasaan Tersembunyi.
27
27. Tentang rasa dan Asa ku.
28
28. Rindu Tanpa Temu.
29
29. Hati yang Gundah.
30
30. Gejolak Rasa
31
31. Ghufron Al-Ghazali S. Ked.
32
32. Jodoh Pasti Bertemu.
33
33. No Time To Take A Rest
34
34. Kejutan yang Indah.
35
35. Another Surprise.
36
36. Ikhtiar Maksimal.
37
37. Malaikat Tak Bersayap
38
38. Calon Menantu yang Bijaksana
39
39. Takdir Tidak Pernah Salah.
40
40. Akhir dari sebuah Tugas.
41
41. Patah Hati paling tragis.
42
42. Mengikhlaskan yang Harus dikhlaskan.
43
43. Titik Balik
44
44. Terjebak Hujan di Tengah Makam.
45
45. Terjebak Hujan di Makam (2)
46
46. Tentang Masa lalu.
47
47. Satu meja dalam perbedaan.
48
48. Tidak bisa lepas dari rasa bersalah.
49
49. Diantar Pulang.
50
50. Tanda Terima Kasih
51
51. Empaty
52
52. Gundah
53
53. Mengetuk Nurani
54
54. Peduli
55
55. Sengaja Tapi Bukan Rencana
56
56. Drama Bercanda
57
57. Melihat sisi Lemahmu
58
58. Dighosting (lagi)
59
59. Perempuan itu Unik.
60
60. Salah Kira.
61
61. Malu Bukan Karena Mau
62
62. Bersikap Aneh
63
63. Bermain dengan Hati.
64
64. Goyah dalam pengembaraan.
65
65. Jalan Takdir
66
66. Menjalankan Amanah
67
67. Pergi Berdua tanpa Rencana
68
68. 1. Pertemuan Membuka Luka
69
68. 2. Pertemuan Membuka Luka
70
69. Aroma Parfum dan Kenangan
71
70. Pria yang Punya Empaty
72
71. 1.Tentang Arah Pandang
73
71.2. Tentang Arah Pandang
74
72.1. Pertemuan Menyembuhkan Luka
75
72.2. Pertemuan Menyembuhkan Luka
76
73. Ingin Sembuh.
77
74. Malaikat Penolong
78
75. Putri Tidur
79
76. Bukan Karena Rindu
80
77. Luka yang Tak Biasa
81
78. Khawatir
82
79. Debar Kekaguman.
83
80. Mengalah.
84
81. Kaki Seribu bikin Cemburu
85
82. Heart Beat
86
83. Konseling yang Menyenangkan
87
84. Salah Kirim
88
85. Akibat Salah Kirim
89
86. Sikap Impulsif
90
87. Senandung Hati
91
88. Pay With Your Smile
92
89. Praduga Rasa
93
90. Merapah Rasa dalam Hati.
94
91. Merapah Rasa dalam Hati 2
95
92. Menolak Gejolak
96
93. Alasan Temu
97
94. Rindu dan Cemburu
98
95. Tertambat Hati
99
96. Ungkapan Perasaan
100
97. Curiga.
101
98. Rindu Berbalas Cemburu.
102
99. Bukan Saingan
103
100. Let Me Fight to Love You
104
101. Berhak Bahagia
105
102. Mencari jalan-Mu
106
103. The Birthday Surprise
107
104. Harapan dan Do'a yang Berbeda
108
105. Gara-Gara Kado
109
106. Romansa di Ujung Senja
110
107. Bukan Kencan
111
108. Kalau Hati Sudah Bicara
112
109. Sandiwara Amatiran
113
110. Kado Istimewa
114
111. Kado Istimewa part 2
115
112. Batas Toleransi Rasa
116
113. Torehan Kecewa
117
114. Torehan Kecewa 2
118
115. Ungkapan Rasa Terpendam
119
116. Titik Balik
120
117. Buah sebuah Kesalahan
121
118. Nasehat kakak
122
119. Perubahan Hara
123
120. Rasa yang Telah Tumbuh
124
121. Membalut Luka.
125
122. Menuntaskan Rindu
126
123. Secangkir Kopi untuk Membuka Sekat
127
127. Firasat
128
128. Terkuak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!