4. Calon Imam Idamanku.

Jenar.

Aku adalah seorang gadis plegmatis yang hampir tidak punya cita-cita. Aku tidak pernah menyangka, diusiaku yang belum genap 19 tahun ini, sudah banyak laki-laki yang tertarik padaku dan ingin meminangku. Sedikit mengganggu ketenangan hidup, sebab dalam angan dan pikiranku sama sekali belum ada keinginan untuk menikah. Aku masih ingin menikmati masa muda, seperti teman-teman sebayaku yang lain.

Apalagi dari semua pria yang datang mengutarakan maksudnya untuk meminang, tidak ada satupun yang masuk kriteria calon suami idamanku. Sebagian dari mereka bahkan belum pernah kukenal, dan aku bukan tipe gadis yang bisa menjalin hubungan dengan pria tanpa saling mengenal dulu.

Yang mengejutkan diantara para pria datang, ada seorang yang memintaku langsung kepada ayah dan bunda. Seorang pria yang kukenal sejak kecil, pria yang dulu kukenal sebagai teman kak Neesha. Namanya Lionel Baga Wisesa. Putra tunggal seorang tuan tanah yang cukup terkenal di Surabaya.

Namun kedatangan kak Lion justeru sangat menggangguku. Aku tidak suka cara gegabahnya meminangku, seolah ingin berlomba memilikiku. Kami memang akrab, sebab dari dulu dia sering datang ke rumah untuk bertemu dengan kak Neesha. Bahkan setahuku, dia pernah menyatakan cinta kepada kak Neesha tapi ditolak.

Membuatku ragu tentang perasaannya terhadapku. Apa dia benar-benar cinta padaku? Atau hanya sekedar obsesi saja? Bisa jadi karena dia tidak berhasil mendapatkan cinta kak Neesha, lalu dia mendekatiku. Jika demikian, bukankah nantinya hanya akan menimbulkan masalah saja? Bagaimana dia bisa hidup bersamaku, sedang perasaannya masih tertuju pada kakakku?

Aku sama sekali tidak kagum dengan keberanian kak Lion menemui ayah dan bunda. Apalagi, ayah sudah bilang padaku, tidak mungkin ayah merestui hubunganku dengan kak Lion. Sebab ayah sudah terlanjur sakit hati dengan perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh mamanya kak Lion terhadap kak Neesha bertahun-tahun yang lalu.

Sebenarnya kak Lion orang baik, soleh, juga cukup paham agama. Beberapa bulan terakhir ini dia sering menemuiku di rumah om Dito. Walau aku salut dengan sikap gentleman kak Lion. Tapi bukan berarti aku jatuh hati padanya, aku hanya mengapresiasi sikapnya yang berani menemuiku di rumah om Dito. Mungkin karena kak Lion tahu, aku tidak mungkin mau bertemu di luar. Menemuiku di rumah om Dito adalah sebuah cara yang tepat dan bijak. Meskipun hal itu belum bisa membuat hatiku tersentuh.

Sejak bertemu di pernikahan kak Neesha, aku dan kak Lion memang berkomunikasi secara intens. Kak Lion sering menelponku. Kami berbicara topik seputar tugas kuliahku. Kak Lion cukup hati-hati mendekatiku, agar aku merasa nyaman berteman dengannya.

Aku memang sudah nyaman berteman dengan kak Lion, tapi untuk melangkah ke jenjang lebih serius, aku masih ragu. Sebab bagiku, kak Lion adalah pria yang pernah mencintai kakakku. Selamanya perasaan itu mungkin tidak akan benar-benar hilang dan suatu saat akan timbul lagi. Aku tidak ingin hanya menjadi pelampiasan saja.

Maka saat kak Lion dan orang tuanya datang ke rumah untuk mengutarakan maksud meminangku, aku memilih lari ke Jakarta menemui kak Neesha. Kuceritakan semua yang kualami selama beberapa bulan ini padanya. Sebab sejak kecil, aku lebih nyaman bercerita pada kak Neesha.

Pagi di kota metropolitan, dengan cuaca yang tidak jauh berbeda dengan di Surabaya. Tapi tentu saja sangat berbeda dengan di Yogyakarta. Tapi aku cukup bisa beradaptasi, sebab ini bukan pertama kalinya aku menginap di rumah besar ini. Rumah yang dulunya milik ayah kandung kakakku, sekarang ditempati oleh kakakku dan suaminya. Rumah yang nyaman untuk merenung, karena cenderung sepi.

Aku sudah bangun sejak dini hari tadi, seperti kebiasaanku setiap hari. Kuisi pagi dengan menyirami tanaman bunga hias milik kak Neesha di halaman belakang rumah. Sebuah taman yang terletak dekat rumah kayu dengan kolam berisi ikan hias, membuatku betah menikmati sinar matahari yang tertutup kabut polusi.

Entah sudah berapa lama aku di taman ini, menyirami tanaman hias dan memberi makan ikan. Sampai kak Neesha dan kak Reyfan datang dengan pakaian yang sudah rapi. Sepertinya mereka akan bepergian bersama pagi ini.

“Sudah sarapan, Dek?” Sapa kak Neesha begitu sampai didekatku.

“Ini hari senin, Kak. Jenar puasa, insyaalloh.” Jawabku. Sebab aku memang sudah terbiasa menjalankan puasa sunah setiap hari senin dan kamis, jika tidak ada halangan.

“Lho? Tadi sahur tidak?” Tanya kak Neesha lagi.

“Sahur. Bareng sama Bibi Sri,” kuberikan senyum kepada kakakku, walaupun tadi aku hanya makan roti dan minum susu saja untuk sahur. Aku menolak saat bibi Sri menawariku makan nasi dan lauk. Aku sudah biasa sahur hanya makan roti atau bahkan hanya minum susu dan sereal saja, tidak harus makan nasi.

“Oh. Kakak kira nggak sahur. Bisa dimarahin bunda nanti kakak, kalau kamu disini jadi kurus gara-gara puasa tapi nggak sahur.” Seloroh kak Neesha.

“Ha ha ha. Kakak berlebihan.” Jawabku.

Kak Neesha dan kak Reyfan tertawa kecil. Jujur aku senang melihat mereka seperti ini. Mesra, akrab dan romantis, benar-benar pasangan yang serasi. Walau banyak perbedaan diantara mereka, tapi jika sedang bersama seperti ini, mereka membuat para jomblo sakit hati karena iri.

“Kakak sama kak Reyfan mau berangkat kerja hari ini. Kamu tidak apa-apa ditinggal di rumah sendirian? Atau kamu mau ikut kakak ke studio?” Ujar kakakku.

“Jenar di rumah saja, Kak. Takut ngrepotin kalau ikut kakak.” Aku tersenyum, sebagai tanda bahwa aku baik-baik saja mereka tinggal.

“Tapi mungkin kakak pulangnya sore, Dek. Sekalian nanti mau ke dokter, periksa kandungan,” Ucap kak Neesha.

Sebenarnya aku ragu ingin mengungkapkan sesuatu, bahwa aku ada janji dengan teman hari ini. Khawatir kalau kak Neesha tidak memperbolehkanku pergi. Sebab kak Neesha dengan ayah sama-sama protektif terhadapku. Tapi jika tidak kukatakan, maka aku harus membatalkan janjiku, padahal pertemuan ini sudah kunantikan sejak lama.

“Ehm … sebenarnya Jenar ada janji sama teman hari ini, Kak.” Kulihat dahi kak Neesha mengernyit, menanti kalimat selanjutnya yang akan kukatakan.

Walau ragu, tetap kukatakan maksudku pada kak Neesha, “Jenar punya janji sama teman, mau ke toko buku hari ini.”

“Teman siapa? Laki-laki atau perempuan? Ke toko buku mana? Memangnya kamu punya teman di Jakarta?” Benar, kan? Kak Neesha bertanya dengan detail, persis seperti ayah.

“Teman Jenar ini laki-laki, Kak. Tapi tenang saja, dia nggak sendiri, Kok. Dia bilang mau ngajak adik perempuannya nanti. Dia tinggal di Jogja, kebetulan sedang liburan di Jakarta juga, jadi kita janjian, deh. Boleh nggak, jenar ketemuan sama dia, Kak?” Kujelaskan secara detail dan jujur, sebab kak Neesha bisa marah besar jika ada satu hal saja yang kututupi.

“Oh! Jadi ini alasan kamu menolak semua laki-laki yang datang, termasuk Lion?” Tak kusangka justeru kak Neesha punya pemikiran lain, “jadi karena kamu sudah punya pacar?”

Segera kusanggah ucapan kakakku, sebab yang dipikirkannya salah, “bukan, Kak. Dia bukan pacarku, kami tidak pacaran. Kakak tahu sendiri, ayah melarangku pacaran.”

Kak Neesha tersenyum, tapi aku membaca ada sebuah tanya pada senyumnya. Ditambah kata-kata kak Reyfan yang membuatku malu, “sudah ijinin saja Jenar pergi, sayang. Dia pasti bisa jaga diri. Lagi pula nggak ada salahnya pacaran, yang penting jangan sampai melewati batas. Iya, kan, Jen?”

Aku sudah membuka mulut untuk menjawab ucapan kak Reyfan, tapi kak Neesha keburu menyahut, “tapi Jenar tidak boleh pergi sendiri, Kak. Ini Jakarta, bukan Surabaya atau Jogja. Mana bisa kubiarkan dia pergi sendiri.”

“Jenar bisa diantar pak Agus, bisa ajak Lia buat nemenin, kalau kamu masih khawatir.”

“Tapi, Kak-”

“Sayang, Jenar sudah dewasa. Beri dia sedikit kebebasan, jangan terlalu dikekang! Nanti dia malah tidak bisa berkembang, percayalah kalau Jenar bisa jaga diri dan tidak akan melewati batas.”

Aku tersenyum mendengar perdebatan kakakku dan suaminya. Tak kusangka pria secuek kak Reyfan ternyata bisa bijaksana juga. Dan akhirnya kak Neesha mengijinkanku pergi dengan diantar pak Agus. Membuatku lega dan senang, sebab nanti aku bisa bertemu dengan seseorang yang berhasil mengusik ketenanganku selama beberapa minggu ini.

***

Jika garis takdir diibaratkan sebuah kertas, maka penulisnya ialah Alloh aza wa jalla. Isi dari kertas tersebut, tidak ada yang tahu kecuali Dia. Hanya bisa diubah jika Alloh berkehendak.

Seperti itulah yang terjadi hari ini. Aku sudah sampai di toko buku, tempatku membuat janji dengan temanku. Sebuah toko buku besar daa lengkap yang pernah kusinggahi. Di lantai paling atas toko buku ini, aku bisa melihat lalu lintas jalan raya melalui jendela kaca besar. Aku juga bisa melihat suasana di bawah toko lewat jendela kaca ini.

Membuatku betah menunggu kedatangan temanku, sebab aku datang terlalu awal. Antusias akan pertemuan ini membuatku bersiap dan berangkat lebih awal dari waktu yang telah kami tentukan.

Aku mengambil sebuah buku secara acak, entah apa judulnya aku tidak tahu. Tadinya aku ingin membaca sinopsis buku, tapi ternyata gerak lalu lintas di jalan raya berhasil mengusikku. Membuatku menatap keluar jendela kaca, sambil membawa buku tersebut.

Lalu lintas jalan raya masih kupandangi, saat suara deheman bernada bariton membuatku menoleh ke belakang. Aku tersenyum begitu pandanganku bertemu dengan wajah seseorang. Segera kutundukkan pandangan dan menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.

“Sudah lama menunggu?” Sapa pria di depanku dengan suaranya yang khas. Berhasil membuat dadaku berdesir dan pipiku merona.

Pria dengan tinggi badan sekitar 180 cm, wajah khas pria jawa dengan jambang tipis menghias rahang sampai ke sebagian pipinya. Pria inilah yang berhasil membuatku tidak bisa berkonsentrasi terhadap apapun belakangan ini. Ghufron Al-Ghazali namanya. Dia kakak tingkatku satu kampus beda fakultas, teman-teman biasa memanggilnya kang Ghufron.

“Tidak. Hanya saja, aku datang terlalu awal. Tidak masalah menunggu sebentar.” Jawabku tanpa menatapnya.

Kulihat melalui ekor mataku dia tersenyum, lalu merangkul gadis di sebelahnya. Pakaian gadis itu hampir sama denganku. Gamis longgar dengan kerudung syar’i menjuntai hampir menutupi lutut.

“Kenalkan! Ini adikku, Nalini namanya.”

Kuulurkan tangan yang segera disambut oleh Nalini. Kami berkenalan dengan sopan, “assalamu’alaikum, Nalini. Namaku Rinjani Jenar Adhitama, biasa dipanggil Jenar.”

“Wa’alaikum salam, Mbak Jenar. Panggil saya Nalini saja.”

Kami bertiga berbincang sembari melihat-lihat koleksi buku yang dipajang di toko ini. Toko buku dengan logo huruf G besar berwarna merah. Salah satu toko buku terbesar dan terlengkap di kawasan kota metropolitan, yang cabangnya tersebar di berbagai daerah.

Saking asyiknya kami mengobrol sambil memilih buku, aku sampai lupa kalau aku datang ke toko ini diantar oleh asisten kak Reyfan. Kubiarkan pak Hara sendirian, padahal dia sudah meluangkan waktu menjemput dan mengantarku sampai ke toko ini. Juga menemaniku selama kang Ghufron dan Nalini belum datang.

Aku benar-benar lupa kalau sedang bersama pak Hara. Karena terlalu senang bisa bertemu dan berbincang dengan mas Ghufron, aku sampai melupakan yang lain. Ini pertama kalinya aku bisa berbincang langsung dengan kang Ghufron, walau ada Nalini diantara kami. Tapi cukup membuatku bahagia, sebab biasanya aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Berbincangpun hanya lewat chat whasapp atau panggilan telepon saja.

Sebuah kemajuan yang tak kusangka sebelumnya, sebab aku telah mengagumi kang Ghufron sejak pertama kali betemu. Sosok seperti kang Ghufronlah yang kuharapkan bisa menjadi imamku kelak. Sosok pria sopan dengan pemahaman ilmu agama yang baik, sehingga ia bisa membimbingku menjadi pribadi yang lebih baik. Juga bisa menjadi tempatku bertanya tentang segala hal yang tidak kupahami. Sekaligus bisa kuajak diskusi tentang masalah apapun, sebab kang Ghufron adalah sosok yang nyaman diajak bicara.

Tidak seperti kak Lion yang kebanyakan hanya membenarkan apa yang kukatakan. Atau teman-temanku yang lain. Kang Ghufron adalah sosok pria yang tepat untuk kudamba menjadi pasangan hidupku.

Ini memang baru permulaan, awal pertemuan. Walau kang Ghufron belum mengatakan apapun kepadaku, tapi harapanku dia juga punya rasa yang sama terhadapku. Rasa yang telah kupendam selama berbulan-bulan. Rasa yang kutahan karena aku hanya seorang perempuan yang tidak ingin terlihat agresif. Tidak ingin mempermalukan diri sendiri dengan menyatakan cinta duluan terhadap seorang laki-laki. Bagaimana kalau nanti ditolak?

Meskipun sebenarnya jaman sekarang sudah menjadi hal yang umum seorang perempuan menyatakan cinta terhadap seorang pria, namun bagiku itu adalah hal yang tabu. Biarlah aku dengan kekolotanku ini, biarlah aku dengan pemahaman yang kuno ini. Karena setiap orang punya pemahaman dan pendirian masing-masing.

Pak Hara setia mengikutiku bersama kang Ghufron dan Nalini sampai kak Neesha dan kak Reyfan datang menjemputku. Kukenalkan kang Ghufron pada kakakku, tak kusangka apa yang dikatakan oleh kang Ghufron membuatku ingin meminjam senter pengecil milik doraemon.

"Mbak, mas. Maaf nggih, saya terus terang tertarik sama Jenar. Kalau dia bersedia biar saya kenalkan sama orang tua saya. Kita bisa ta'aruf dulu, insyaalloh sampai saya lulus sarjana tahun depan. Setelah itu saya ingin mengkhidbahnya. Semoga kalian tidak keberatan."

Kalimat panjang yang diutarakan oleh kang Ghufron membuat kak Neesha dan kak Reyfan saling berpandangan. Mereka pasti tidak mengira kang Ghufron akan berterus terang secepat ini.

.

.

.

Bersambung....

Selamat hari raya idul fitri teman-teman semua ... mohon maaf lahir dan batin😍

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

hmmmm..ternyata nessa yg anak kandung pak Reza, brati beda bapak, satu ibu sama nessa..sama spt pak Hara kali ya

2023-10-13

1

Atikah Hmromli

Atikah Hmromli

semoga Rinjani berjodoh dengan hara

2023-09-14

0

Hearty 💕

Hearty 💕

Loh nggak jadi P Agus yang nganter

2023-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 1. Gunung yang sulit ditaklukkan.
2 2. Sang Raja yang mengabdi sebagai pelayan
3 3. Sebuah Rahasia.
4 4. Calon Imam Idamanku.
5 5. Sister, the Best Partner of my life.
6 6. Menyelesaikan Masalah orang lain.
7 7. Tentang Dia
8 8. Merapah Asa.
9 9. Merapah Asa 2
10 10. Find Something Missing
11 11. Another Job, another experience.
12 12. It's Beautyful to fall in love
13 13. Teman beda level.
14 14. Inikah yang dinamakan Rindu?
15 15. Bidadari dalam balutan gamis syar'i.
16 16. Wrong gift for the wrong man
17 17. This is my life.
18 18. Ngebun-bun Enjang Anjejawah Sonten.
19 19. Traumatic atau Defensif?
20 20. Hari Yang Tidak Biasa.
21 21. Sebuah Ketulusan.
22 22. Balasan Kebaikan.
23 23. Sang Pejuang Cinta Sejati.
24 24. Hampa dalam Asa dan Rasa.
25 25. Seberkas Sinar.
26 26. Perasaan Tersembunyi.
27 27. Tentang rasa dan Asa ku.
28 28. Rindu Tanpa Temu.
29 29. Hati yang Gundah.
30 30. Gejolak Rasa
31 31. Ghufron Al-Ghazali S. Ked.
32 32. Jodoh Pasti Bertemu.
33 33. No Time To Take A Rest
34 34. Kejutan yang Indah.
35 35. Another Surprise.
36 36. Ikhtiar Maksimal.
37 37. Malaikat Tak Bersayap
38 38. Calon Menantu yang Bijaksana
39 39. Takdir Tidak Pernah Salah.
40 40. Akhir dari sebuah Tugas.
41 41. Patah Hati paling tragis.
42 42. Mengikhlaskan yang Harus dikhlaskan.
43 43. Titik Balik
44 44. Terjebak Hujan di Tengah Makam.
45 45. Terjebak Hujan di Makam (2)
46 46. Tentang Masa lalu.
47 47. Satu meja dalam perbedaan.
48 48. Tidak bisa lepas dari rasa bersalah.
49 49. Diantar Pulang.
50 50. Tanda Terima Kasih
51 51. Empaty
52 52. Gundah
53 53. Mengetuk Nurani
54 54. Peduli
55 55. Sengaja Tapi Bukan Rencana
56 56. Drama Bercanda
57 57. Melihat sisi Lemahmu
58 58. Dighosting (lagi)
59 59. Perempuan itu Unik.
60 60. Salah Kira.
61 61. Malu Bukan Karena Mau
62 62. Bersikap Aneh
63 63. Bermain dengan Hati.
64 64. Goyah dalam pengembaraan.
65 65. Jalan Takdir
66 66. Menjalankan Amanah
67 67. Pergi Berdua tanpa Rencana
68 68. 1. Pertemuan Membuka Luka
69 68. 2. Pertemuan Membuka Luka
70 69. Aroma Parfum dan Kenangan
71 70. Pria yang Punya Empaty
72 71. 1.Tentang Arah Pandang
73 71.2. Tentang Arah Pandang
74 72.1. Pertemuan Menyembuhkan Luka
75 72.2. Pertemuan Menyembuhkan Luka
76 73. Ingin Sembuh.
77 74. Malaikat Penolong
78 75. Putri Tidur
79 76. Bukan Karena Rindu
80 77. Luka yang Tak Biasa
81 78. Khawatir
82 79. Debar Kekaguman.
83 80. Mengalah.
84 81. Kaki Seribu bikin Cemburu
85 82. Heart Beat
86 83. Konseling yang Menyenangkan
87 84. Salah Kirim
88 85. Akibat Salah Kirim
89 86. Sikap Impulsif
90 87. Senandung Hati
91 88. Pay With Your Smile
92 89. Praduga Rasa
93 90. Merapah Rasa dalam Hati.
94 91. Merapah Rasa dalam Hati 2
95 92. Menolak Gejolak
96 93. Alasan Temu
97 94. Rindu dan Cemburu
98 95. Tertambat Hati
99 96. Ungkapan Perasaan
100 97. Curiga.
101 98. Rindu Berbalas Cemburu.
102 99. Bukan Saingan
103 100. Let Me Fight to Love You
104 101. Berhak Bahagia
105 102. Mencari jalan-Mu
106 103. The Birthday Surprise
107 104. Harapan dan Do'a yang Berbeda
108 105. Gara-Gara Kado
109 106. Romansa di Ujung Senja
110 107. Bukan Kencan
111 108. Kalau Hati Sudah Bicara
112 109. Sandiwara Amatiran
113 110. Kado Istimewa
114 111. Kado Istimewa part 2
115 112. Batas Toleransi Rasa
116 113. Torehan Kecewa
117 114. Torehan Kecewa 2
118 115. Ungkapan Rasa Terpendam
119 116. Titik Balik
120 117. Buah sebuah Kesalahan
121 118. Nasehat kakak
122 119. Perubahan Hara
123 120. Rasa yang Telah Tumbuh
124 121. Membalut Luka.
125 122. Menuntaskan Rindu
126 123. Secangkir Kopi untuk Membuka Sekat
127 127. Firasat
128 128. Terkuak
Episodes

Updated 128 Episodes

1
1. Gunung yang sulit ditaklukkan.
2
2. Sang Raja yang mengabdi sebagai pelayan
3
3. Sebuah Rahasia.
4
4. Calon Imam Idamanku.
5
5. Sister, the Best Partner of my life.
6
6. Menyelesaikan Masalah orang lain.
7
7. Tentang Dia
8
8. Merapah Asa.
9
9. Merapah Asa 2
10
10. Find Something Missing
11
11. Another Job, another experience.
12
12. It's Beautyful to fall in love
13
13. Teman beda level.
14
14. Inikah yang dinamakan Rindu?
15
15. Bidadari dalam balutan gamis syar'i.
16
16. Wrong gift for the wrong man
17
17. This is my life.
18
18. Ngebun-bun Enjang Anjejawah Sonten.
19
19. Traumatic atau Defensif?
20
20. Hari Yang Tidak Biasa.
21
21. Sebuah Ketulusan.
22
22. Balasan Kebaikan.
23
23. Sang Pejuang Cinta Sejati.
24
24. Hampa dalam Asa dan Rasa.
25
25. Seberkas Sinar.
26
26. Perasaan Tersembunyi.
27
27. Tentang rasa dan Asa ku.
28
28. Rindu Tanpa Temu.
29
29. Hati yang Gundah.
30
30. Gejolak Rasa
31
31. Ghufron Al-Ghazali S. Ked.
32
32. Jodoh Pasti Bertemu.
33
33. No Time To Take A Rest
34
34. Kejutan yang Indah.
35
35. Another Surprise.
36
36. Ikhtiar Maksimal.
37
37. Malaikat Tak Bersayap
38
38. Calon Menantu yang Bijaksana
39
39. Takdir Tidak Pernah Salah.
40
40. Akhir dari sebuah Tugas.
41
41. Patah Hati paling tragis.
42
42. Mengikhlaskan yang Harus dikhlaskan.
43
43. Titik Balik
44
44. Terjebak Hujan di Tengah Makam.
45
45. Terjebak Hujan di Makam (2)
46
46. Tentang Masa lalu.
47
47. Satu meja dalam perbedaan.
48
48. Tidak bisa lepas dari rasa bersalah.
49
49. Diantar Pulang.
50
50. Tanda Terima Kasih
51
51. Empaty
52
52. Gundah
53
53. Mengetuk Nurani
54
54. Peduli
55
55. Sengaja Tapi Bukan Rencana
56
56. Drama Bercanda
57
57. Melihat sisi Lemahmu
58
58. Dighosting (lagi)
59
59. Perempuan itu Unik.
60
60. Salah Kira.
61
61. Malu Bukan Karena Mau
62
62. Bersikap Aneh
63
63. Bermain dengan Hati.
64
64. Goyah dalam pengembaraan.
65
65. Jalan Takdir
66
66. Menjalankan Amanah
67
67. Pergi Berdua tanpa Rencana
68
68. 1. Pertemuan Membuka Luka
69
68. 2. Pertemuan Membuka Luka
70
69. Aroma Parfum dan Kenangan
71
70. Pria yang Punya Empaty
72
71. 1.Tentang Arah Pandang
73
71.2. Tentang Arah Pandang
74
72.1. Pertemuan Menyembuhkan Luka
75
72.2. Pertemuan Menyembuhkan Luka
76
73. Ingin Sembuh.
77
74. Malaikat Penolong
78
75. Putri Tidur
79
76. Bukan Karena Rindu
80
77. Luka yang Tak Biasa
81
78. Khawatir
82
79. Debar Kekaguman.
83
80. Mengalah.
84
81. Kaki Seribu bikin Cemburu
85
82. Heart Beat
86
83. Konseling yang Menyenangkan
87
84. Salah Kirim
88
85. Akibat Salah Kirim
89
86. Sikap Impulsif
90
87. Senandung Hati
91
88. Pay With Your Smile
92
89. Praduga Rasa
93
90. Merapah Rasa dalam Hati.
94
91. Merapah Rasa dalam Hati 2
95
92. Menolak Gejolak
96
93. Alasan Temu
97
94. Rindu dan Cemburu
98
95. Tertambat Hati
99
96. Ungkapan Perasaan
100
97. Curiga.
101
98. Rindu Berbalas Cemburu.
102
99. Bukan Saingan
103
100. Let Me Fight to Love You
104
101. Berhak Bahagia
105
102. Mencari jalan-Mu
106
103. The Birthday Surprise
107
104. Harapan dan Do'a yang Berbeda
108
105. Gara-Gara Kado
109
106. Romansa di Ujung Senja
110
107. Bukan Kencan
111
108. Kalau Hati Sudah Bicara
112
109. Sandiwara Amatiran
113
110. Kado Istimewa
114
111. Kado Istimewa part 2
115
112. Batas Toleransi Rasa
116
113. Torehan Kecewa
117
114. Torehan Kecewa 2
118
115. Ungkapan Rasa Terpendam
119
116. Titik Balik
120
117. Buah sebuah Kesalahan
121
118. Nasehat kakak
122
119. Perubahan Hara
123
120. Rasa yang Telah Tumbuh
124
121. Membalut Luka.
125
122. Menuntaskan Rindu
126
123. Secangkir Kopi untuk Membuka Sekat
127
127. Firasat
128
128. Terkuak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!