Apa saja yang aku lakukan selalu salah dimatanya...

Semenjak kejadian dimeja makan itu membuat hubunganku dengan papanya rai menjadi buruk dari hari ke hari, semua salah dimatanya seakan-akan aku ini musuhnya saja. Aku pun mencoba menghindari pertengkaran dengan lebih banyak mengalah dan selalu menghindari pertemuan antara aku dan papanya rai ketika kami berada dirumah.

Hari ini setelah pulang dari kantor aku pun menyempatkan diri untuk memeriksakan kandunganku yang telah memasuki usia empat bulan,tentu saja aku sangat penasaran dengan jenis kelamin anak keduaku ini. Setelah di periksa dan ternyata anak keduaku ini berjenis kelamin laki-laki lengkap sudah kebahagiaanku. Aku pun tidak sabar untuk membeli segala keperluan anak laki-lakiku dari pakaian hingga mainan,aku pun segera kembali kerumah karena hari sudah gelap.

"Dari mana saja kenapa baru pulang?" mertua perempuanku pun menatapku dengan sinis.

"Maaf ma tadi aku memeriksakan kandunganku lalu mampir ke mall untuk membeli keperluan anakku"

"Bukan kah sudah mama katakan jangan membeli terlalu banyak barang bayi,kamu ini boros sekali"

"Aku membeli ini semua dengan uang hasil kerja kerasku sendiri dan aku rasa wajar aku membelikan pakaian dan mainan untuk calon anak laki-lakiku ini"

"Jadi anak kamu laki-laki? "

"Iya ma"

"Bagus lah kalau begitu dengan begitu lengkap sudah"

"Aku mau ke kamar ma, mau mandi gerah"

"Pergilah setelah itu kita makan bersama"

"Baik ma"

Mendengar aku mengandung anak laki-laki dan aku telah membeli perlengkapan untuk anakku ketika lahiran nanti rai pun mendekatiku dengan senyuman dibibirnya lalu mengambil kakiku lalu dipijatnya perlahan. Aku pun menikmati pijatan rai dan jujur saja itu membuatku nyaman, rasa kantuk pun mulai menyerangku dan tanpa aku sadari aku pun tertidur hingga pagi hari.

Mendengar aku mengandung anak laki-laki papanya rai perlahan berubah dan mulai menerimaku kembali,setelah itu hubungan kami kembali harmonis seperti sebelumnya.Hari ini aku yang merasa perutku terus-terusan mulas karena tepat dihari ini kandunganku berusia 9 bulan aku pun meminta rai untuk tetap berada dirumah karena aku takut kalau aku akan melahirkan di hari ini juga karena aku merasakan kontraksi terus menerus.

"Sayang sebaiknya kita kerumah sakit saja" kata rai mulai khawatir.

"Tidak usah sayang aku belum merasakan tanda-tandanya"

"Ya sudah terserah kamu saja"

"Aku lapar, bisakah kau membelikanku nasi padang? "

"Tunggu lah aku pergi beli" rai pun segera meraih kunci mobilnya dengan sedikit berlari rai keluar menuju mobilnya.

Setelah rai pergi aku merasakan seperti mengombol dicelana, dengan panik aku pun segera meraih ponselku untuk menghubungi rai agar membatalkan membeli nasi padang untukku. Namun saat aku menghubungi ponsel rai ternyata rai tidak membawa ponselnya dan masih berada dimeja yang ada dikamarku. Aku pun segera menghubungi mertua perempuanku agar segera membantuku turun karena aku semakin tidak tahan menahan rasa sakit.

"Ma tolong aku air ketubanku pecah"

"Baik mama segera kesana, ayo pa" kata mertuaku setelah menutup teleponnya.

"Lily bertahanlah" mertua laki-lakiku pun membantuku untuk berdiri.

"Aku sudah tidak kuat lagi"

"Ayo ma bantu papa"

Aku pun menuju ke rumah sakit dengan diantar kedua mertuaku karena rai belum kembali. Untung saja mertuaku bisa menyetir mobil dengan sedikit mengebut kami pun sampai dirumah sakit dan aku mendapat pertolongan dengan cepat.

Episodes
1 Kuliah di jakarta...
2 Sambutan yang tidak menyenangkan...
3 Kuliah dan bekerja.
4 Bulan madu yang terlewati begitu saja.
5 Karirku naik...
6 Cuti...
7 Anak pertamaku lahir...
8 Kembali bekerja...
9 Anak ke dua...
10 Rasa tidak suka itu datang juga.
11 Mama datang berkunjung...
12 Menahan amarah...
13 Apa saja yang aku lakukan selalu salah dimatanya...
14 Melahirkan bayi laki-laki.
15 Perjalanan bisnis pertamaku...
16 Menjenguk papa...
17 Liburan di puncak...
18 Drama belum berakhir...
19 Anak-anak mencari neneknya...
20 Mertuaku kembali berulah...
21 Perkelahian tak terelakkan...
22 Bagaimana ini???
23 Stroke...
24 Mungkinkah ini karma?
25 Pulang kerumah...
26 Beruntung..
27 Pulang malam...
28 Gerry...
29 Menepati janjiku...
30 Kado untuk gerry...
31 Gerry semakin mendekat....
32 Dicafe...
33 Gerry menjadi atasanku...
34 Aku sudah mendengar semuanya...
35 Menginaplah disini...
36 Matikan saja ponselmu...
37 Malam terasa panjang...
38 Dari mana saja kamu?
39 Sebatas teman...
40 Taktik rai..
41 Dipantai...
42 Kesempatan kedua...
43 Tuduhan rai...
44 Kondisiku cukup mengerikan!!
45 Gugat cerai rai...
46 Sidang vonis rai...
47 Ya aku bersedia...
48 Aku janji aku akan bangkit lagi!!
49 Perkenalanku dengan bimo...
50 Bingkisan di meja kerja....
51 Aku terdiam seketika....
52 Perhatian bimo...
53 Penolakan tante rina...
54 Bimo marah...
55 Ini terlalu cepat...
56 Reunian...
57 Kedatangan bimo...
58 Studio foto...
59 Kenapa mendadak?
60 Berpisah dengan mama dan anak-anak...
61 Papa datang sebagai penyelamat...
62 Pernikahan mertuaku...
63 Wanita perkasa...
64 Hari pernikahanku..
65 Nyonya bimo...
66 Satu bulan berlalu...
67 Aku hamil...
68 Hamil bersama...
69 Baju hamil...
70 Aku segera kesana...
71 Pergilah...
72 Kamu harus bertanggung jawab...
73 Firasat...
74 Gelisah...
75 Perubahan bentuk tubuh...
76 Bisa kau jelaskan bim?
77 Sikap acuh bimo...
78 Mengalah bukan berarti kalah...
79 Hidupku penuh drama....
80 Pulang....
81 Apertemen...
82 Makan bersama...
83 Aku tidak memintamu untuk menyukaiku...
84 Ini oma...
85 Anakku kembar...
86 Siapa dia bim?
87 Merelakan tanpa harus membenci.
88 Minta Maaf...
89 Undangan...
90 Cemburu...
91 Kenapa kau datang?
92 Okan datang...
93 Merasa kehilangan.
94 Pulang larut malam...
95 Okan penolongku...
96 Bimo berubah...
97 Semua demi anakku...
98 Pegawai baru...
99 Ranti datang...
100 Pindah ke ruko...
101 Merebut anak-anak....
102 Memihak bimo...
103 Memihak bimo (2)...
104 Ciuman spontan okan...
105 Sidang...
106 Kita lalui ini bersama.
107 Kembali menjadi janda.
108 Sindiran bimo....
109 Ranti resmi bercerai...
110 Bertemunya anak-anak dengan rai...
111 Jangan salah paham...
112 Kita berhak bahagia...
113 Apa aku berhak untuk bahagia?
114 Aku membuka hati...
115 Sabrina beranjak remaja...
116 Anakku korban...
117 Anakku menjalani hari yang berat.
118 Dipanggil pihak kepolisian.
119 Keenan dan sabrina...
120 Serangan jantung.
121 Penyesalanku...
122 Maaf.
123 Kerja sama.
124 Pernikahan terakhirku.
125 Sabrina wisuda.
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Kuliah di jakarta...
2
Sambutan yang tidak menyenangkan...
3
Kuliah dan bekerja.
4
Bulan madu yang terlewati begitu saja.
5
Karirku naik...
6
Cuti...
7
Anak pertamaku lahir...
8
Kembali bekerja...
9
Anak ke dua...
10
Rasa tidak suka itu datang juga.
11
Mama datang berkunjung...
12
Menahan amarah...
13
Apa saja yang aku lakukan selalu salah dimatanya...
14
Melahirkan bayi laki-laki.
15
Perjalanan bisnis pertamaku...
16
Menjenguk papa...
17
Liburan di puncak...
18
Drama belum berakhir...
19
Anak-anak mencari neneknya...
20
Mertuaku kembali berulah...
21
Perkelahian tak terelakkan...
22
Bagaimana ini???
23
Stroke...
24
Mungkinkah ini karma?
25
Pulang kerumah...
26
Beruntung..
27
Pulang malam...
28
Gerry...
29
Menepati janjiku...
30
Kado untuk gerry...
31
Gerry semakin mendekat....
32
Dicafe...
33
Gerry menjadi atasanku...
34
Aku sudah mendengar semuanya...
35
Menginaplah disini...
36
Matikan saja ponselmu...
37
Malam terasa panjang...
38
Dari mana saja kamu?
39
Sebatas teman...
40
Taktik rai..
41
Dipantai...
42
Kesempatan kedua...
43
Tuduhan rai...
44
Kondisiku cukup mengerikan!!
45
Gugat cerai rai...
46
Sidang vonis rai...
47
Ya aku bersedia...
48
Aku janji aku akan bangkit lagi!!
49
Perkenalanku dengan bimo...
50
Bingkisan di meja kerja....
51
Aku terdiam seketika....
52
Perhatian bimo...
53
Penolakan tante rina...
54
Bimo marah...
55
Ini terlalu cepat...
56
Reunian...
57
Kedatangan bimo...
58
Studio foto...
59
Kenapa mendadak?
60
Berpisah dengan mama dan anak-anak...
61
Papa datang sebagai penyelamat...
62
Pernikahan mertuaku...
63
Wanita perkasa...
64
Hari pernikahanku..
65
Nyonya bimo...
66
Satu bulan berlalu...
67
Aku hamil...
68
Hamil bersama...
69
Baju hamil...
70
Aku segera kesana...
71
Pergilah...
72
Kamu harus bertanggung jawab...
73
Firasat...
74
Gelisah...
75
Perubahan bentuk tubuh...
76
Bisa kau jelaskan bim?
77
Sikap acuh bimo...
78
Mengalah bukan berarti kalah...
79
Hidupku penuh drama....
80
Pulang....
81
Apertemen...
82
Makan bersama...
83
Aku tidak memintamu untuk menyukaiku...
84
Ini oma...
85
Anakku kembar...
86
Siapa dia bim?
87
Merelakan tanpa harus membenci.
88
Minta Maaf...
89
Undangan...
90
Cemburu...
91
Kenapa kau datang?
92
Okan datang...
93
Merasa kehilangan.
94
Pulang larut malam...
95
Okan penolongku...
96
Bimo berubah...
97
Semua demi anakku...
98
Pegawai baru...
99
Ranti datang...
100
Pindah ke ruko...
101
Merebut anak-anak....
102
Memihak bimo...
103
Memihak bimo (2)...
104
Ciuman spontan okan...
105
Sidang...
106
Kita lalui ini bersama.
107
Kembali menjadi janda.
108
Sindiran bimo....
109
Ranti resmi bercerai...
110
Bertemunya anak-anak dengan rai...
111
Jangan salah paham...
112
Kita berhak bahagia...
113
Apa aku berhak untuk bahagia?
114
Aku membuka hati...
115
Sabrina beranjak remaja...
116
Anakku korban...
117
Anakku menjalani hari yang berat.
118
Dipanggil pihak kepolisian.
119
Keenan dan sabrina...
120
Serangan jantung.
121
Penyesalanku...
122
Maaf.
123
Kerja sama.
124
Pernikahan terakhirku.
125
Sabrina wisuda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!