Cahaya terang mulai menyinari kota ini, embun tipis mulai menyapa pagi. Tapi mereka masih saja tidak berhenti mencari. Suara sirine sejak subuh terus saja memecah sunyinya pagi itu. Tapi Feni Irawan tak jua ditemukan.
Beberapa jam sebelumnya,
Suara ketukan pintu dari pintu depan rumah mengusik tidur Adek, ia membuka matanya pelan. Melihat ke sampingnya. Nampaknya Feni sangat mengantuk sehingga tak sadar ada yang mengetuk.
Adek turun dari tempat tidur, membuka pintu kamar dan perjalan pelan menuju pintu. Pintu semakin kuat di ketuk. Bahkan sekang suaranya malah sepeti dobrakan. Suara ketukan itu membuat Adek cemas dan mengintip dibalik tirai.
Mata Adek membulat, ia terkejut melihat siapa yang ada dibalik pintu, ia cepat-cepat membalikan badannya.
“Bos marko dan beben ada disini” ucapnya pelan.
“Dek”panggil Feni.
Adek tampak kaget dengan panggilan itu, Feni berdiri didepan pintu kamar sambil mengusap matanya
“Sssttt…” Adek mengangkat telunjuknya. Dan meletakkan didepan bibirnya, sebagai isyarat untuk Feni agar diam. Wajah Adek terlihat ketakutan.
“Kenapa? Siapa itu di lu…” belum sempat Feni menyelesaikan kalimatnya. Suara keras dobrakan pintu membuat Feni terperanjat.
Adek lansung berlari memeluk Feni.
“Jadi mereka menyembunyikan kalian disini”tanya Marko berdiri di belakang Beben.
Feni mengerti sekarang kenapa ekspresi wajah Adek dari tadi sangat ketakutan, Marko dan Beben yang berada dibalik pintu.
Beben melangkah maju kehadapan keduanya, langkah Beben terasa mencekik Feni maupun Adek. Dengan cepat Beben menarik tangan Adek kuat, hingga dia tertarik jauh dari Feni.
Tampak tujuan Beben bukanlah Adek, ia kembali menarik tangan Feni kuat. Kemudian membawa kehadapan Marko.
“Ini yang namanya Feni bos” kata Beben menggenggam tangan Beben kuat.
Feni berusaha memberontak dengan menarik tangannya kuat, tapi usahanya sia-sia. Malahan pergelangan tangan kirinya terasa makin sakit karena genggaman kuat Beben.
“Jadi kamu yang namanya Feni, pacarnya Erlang” kata marko kemudian melayangkan sebuah tamparan tepat dipipi sebelah kiri Feni.
Kepala Feni terasa pusing, telinganya terasa mendenging. Pipi kirinya terasa panas. Feni hampir saja tersungkur jatuh kalau tidak ada Beben yang memegangi nya. Beben tersenyum licik.
“Lepasin dia” kata Adek maju kehadapan Beben.
Beben mendorong Feni kuat ke tembok, kemudian menarik rambut Adek kuat.
“auuu sakit” teriak Adek.
“Kamu juga akan dapat giliran”kata Beben kemudia mendorong Adek sehingga terduduk. Kondisi habis kecelakaan membuat Adek sangat lemas. Ia tak mampu jika harus melawan Beben.
“Kamu pasti tau kan, kalau selama ini Erlang adalah agen” kata Marko, ia meletakkan tangannya yang besar dipipi Feni. Jari tanganya menekan kedua pipi Feni dengan sangat kuat. Apa lagi sudut bibirnya yang robek karena tamparan tadi terasa sangat sakit.
Air mata Feni jatuh, di dalam hatinya ia berharap Erlang ataupun Andre cepat datang.
“Kamu ikut saya, kamu berguna untuk saya melarikan diri” kata Marko menarik Feni.
“Bereskan dia” kata Marko pada Beben
“Ok, bos” Beben tertawa kecil.
“Adek.. “ panggil Feni lemas.
Ia pasrah ditarik Marko.
Di luar dapat Feni melihat, Wahyu sudah jatuh tersungkur. Ada darah menggenang disekitar tubuhnya.
Baru Marko ingin Pergi, ada sebuah mobil masuk. Mata Feni dan Marko silau karena cahaya lampu mobil.
“Bos” panggil Roni keluar dari mobil sedan hitamnya.
“Ron..” Marko mengenali siapa pemilik mobil yang datang.
“Bagus kamu datang, bawa perempuan ini” Marko mendorong Feni kearah Roni.
Meski hanya diterangi 1 lampu diteras itu, tapi Roni dapat melihat. Kalau ada sebuah luka disudut bibir Feni.
Roni mengangguk, menarik tangan Feni, ia tau persis Roni sama sekali tidak menarik tangannya paksa seperti yang dilakukan Marko dan Beben. Feni sempat menghentikan langkahnya, isakan kecil terdengar dari mulutnya.
“Semua akan baik-baik aja” bisik Roni.
Feni menatap Roni, menatap kedua matanya. Mencari tau apa maksud kalimat Roni barusan, yang ia dapatkan hanya sebuah senyuman, itu adalah senyuman yang sangat tulus.
Marko masuk kedalam mobil itu. Duduk dibagian depan disebelah kursi pengemudi. Roni menarik tangan Feni, ia tak ingin Marko curiga.
Roni membuka pintu bagian belakang,
“masuk” perintah Roni.
Entah kenapa Feni sedikit merasa aman, sehingga dengan patuhnya masuk ke mobil sedan itu.
“Masih ada pelurunya” tanya Marko mengangkat sebuah pistol milik Roni yang tadi di jok mobil.
“Masih ada satu lagi bos”
Marko mengangguk dan meletakkan pistol itu di dasbor mobil.
“Sudah gue bilangkan, kalau akan ada giliran loe” kata Beben bercongkok didepan Adek.
Ia mengeluarkan sebuah pisau dari punggungnya, benda pipih nan tajam itu terlihat runcing dan siap merobek apa saja.
“Ucapkan selamat tinggal kepada Ryan” kata Beben.
Ia bersiap melayangkan tusukannya, membuat wajah Adek terlihat makin ketakutan
Mendengar nama Ryan disebut, Adek jadi teringat pria itu. Dimana ia sekarang, ditangkap polisi kah, atau sudah tewaskah. Adek memejamkan matanya, air matanya membasahi pipinya.
Sebuah tendangan tepat mengenai kepala Beben, membuat pria itu tersungkur. Reflek Adek membuka matanya.
“Ryan” panggil Adek dengan suara parau.
“Dek..”Ryan memeluk Adek erat. Ia sangat merindukan perempuan ini.
“Kamu baik-baik aja kan” tanya Ryan mengusap pipi Adek lembut
Adek mengangguk,
“Kamu tunggu disini, aku akan bereskan dia” kata Ryan menatap Beben yang telah bangun setelah tersungkur tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
RumahSakit Mesra
seruuuuu
2024-08-15
0
shanum
suka
2022-12-17
0
Liana*_123
lets go di lanjut, like like buat kakak
2021-05-05
1