Erlang baru keluar dari kamar mandi pagi ini, ia baru selesai mandi setelah tadi berebutan untuk mandi dengan Feni. Feni telah selesai mandi dan kini ia sedang asik mendengarkan musik melalui handset yang ia pasangkan ke telinganya.
Feni memakai kaos putih dengan tulisan hitam bertuliskan "Perfect is me"dibagian depannya. Bagian depan bajunya dimasukkan ke celana jeans bewarna biru yang di lututnya penuh dengan sobekan.
Erlang tidak berniat mengganggu, ia memutuskan untuk duduk di sofa dengan sebuah buku ditangannya, cowok yang memakai baju kaos bewarna putih itu terlihat mulai membuka bukunya.
Feni berbalik dari posisinya tadi membelakangi Erlang, awalnya ia sama sekali tidak berniat untuk mengganggu Erlang yang sedang serius membaca tapi niatnya muncul saat melihat buku yang Erlang pegang.
Sebuah buku bersampul kuning dengan tulisan “EURECLE (anda dan setiap manusia adalah keajaiban)” itu sama dengan bukunya yang hilang, yang ada tanda tangan asli dari penulisnya. Apa mungkin itu?
"Lang, buku itu dibagian belakang di halaman terakhirnya ada tanda tangan penulisnya gak" tanya Feni.
"Gak tau" respon Erlang tak menanggapinya dengan serius ia masih saja sibuk membaca.
"Dilihat dulu" pinta Feni.
Erlang melirik Feni sebentar dan kemudian membalik buku itu ke halaman terakhirnya dan benar saja ada tanda tangan penulisnya disana. Erlang sama sekali tidak sadar akan hal itu, tapi bagaimana Feni tahu. "Semoga kamu menemukan keajaiban mu untuk Feni" kalimat itu tertulis disana yang membuat Erlang mengerti dan ingat apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Erlang tersenyum sesaat kemudian.
"Gak ada"
"Hah, masa sih" Feni seperti menangkap perubahan mimik wajah Erlang.
"Coba aku lihat" Feni turun dari tempat tidur dan berjalan kearah Erlang.
"Gak boleh" Erlang mencoba menyembunyikan buku itu tapi dengan sigap Feni berlari sebelum buku itu hilang dan tampa sengaja ia tersandung sehingga ia jatuh kepelukan Erlang dan lebih parah lagi bibir Feni menempel di pipi Erlang.
Feni lansung menarik wajahnya dengan wajah memerah, tapi Erlang menahan pinggangnya sehingga ia tak bisa kabur.
"Kamu udah 2 kali lo nyium aku"
"Itu semua gak sengaja tau"
"Oh ya" goda Erlang.
"Iya, lagian kenapa kamu harus sembunyikan buku itu. Benar kan kalau buku itu ada tanda tangannya" Feni cemberut.
"Hm emang ada, jadi kamu cewek ceroboh kemaren yang hampir tertabrak angkot"
"Dan kami cowok nyebelin yang udah ngambil buku aku, sekarang balikin bukunya" balas Feni.
"Sekarang buku ini milik aku" ucap Erlang seenaknya.
"Apa? Gak bisa buku itu susah banget dapatnya" Feni gak terima dan berusaha memberontak di pelukan Erlang.
Erlang menyembunyikan buku itu di punggungnya dan mempererat pelukannya pada Feni.
"Aku pinjam dulu, nanti aku balikin" bisik Erlang.
Feni diam mendengar penjelasan Erlang, ia masih diam dalam posisi itu. Entah kenapa di pelukan Erlang terasa nyaman, ia juga baru tahu Erlang punya wangi yang menenangkan.
Erlang juga merasa nyaman dengan hal ini, ia tak begitu mengerti kenapa tapi yang pasti ia merasa sangat nyaman, dan tenang. Meskipun ini bertolak belakang dengan jantungnya yang tak mau tenang, jantungnya berdetak dengan cepat ia berharap Feni tak mendengarnya.
Merasa ada yang salah Feni menarik tubuhnya dari pelukan Erlang.
"Ya udah kalau gitu, sekarang lepasin aku" pinta Feni tak berani menatap Erlang.
Erlang dengan sedikit terpaksa melonggarkan pelukannya dan Feni menarik tubuhnya pelan.
Feni berniat kembali ke tempat tidur tapi aksinya dicegat Erlang dengan menggenggam pergelangan tangan Feni erat.
"Apa lagi?" protes Feni karena baru saja ia merasa lega dengan debaran aneh di jantungnya.
"Gelang ini ada tulisan bunganya kan? Ini bukan punya kamu kan" tebak Erlang melihat sebuah gelang bewarna merah muda yang terbuat dari benang di tangan kiri Feni.
"Kok kamu tahu?" Feni tak mengerti.
"Gelang itu milik aku"
"Hah... gimana bisa punya kamu, kan nama kamu Erlang sedangkan di gelang ini tertulis Bunga?" Feni tidak mengerti namun ia sedikit curiga.
"Apa ini punya pacar kamu?" lanjut Feni semakin penasaran.
"Bukan urusan kamu" jawab Feni. Wajahnya terlihat muram, Feni sangat yakin ada yang Erlang sembunyikan.
Feni melepas gelang itu, ia sebenarnya penasaran tapu ia juga tak suka jika memang itu milik pacarnya Erlang. Ia tak ingin tahu pacar Erlang atau siapapun pemilik gelang itu yang Feni yakin berarti untuk Erlang.
"Ini" Feni menyerahkan gelang itu pada Erlang dan berbalik pergi.
"Gelang ini milik Bunga, pacar Andre" ucapan Erlang menghentikan langkah kaki Feni.
"Pacar Andre?" ulang Andre.
Erlang mengangguk.
Feni jadi agak penasaran, apa lagi ini tentang kakaknya Andre? Memangnya apa hubungan Erlang, Andre dan Bunga? Apa mereka terlibat cinta segitiga? Karena didorong perasaan itu, Feni memilih duduk disofa yang satu lagi, disamping Erlang.
"Maksudnya?" Feni bertanya hati-hati.
Erlang terdiam sesaat menarik nafas pelan, Erlang sepertinya memendam hal ini telah lama.
"Apa hubungan kamu dengan almarhum kak Bunga?" tanya Feni lagi.
"Kamu kenal dengan Bunga?" tanya Erlang karena Feni menyebut Bunga dengan Almarhum.
"Aku emang gak pernah ketemu lansung tapi aku pernah dengar tentang kak bunga dari Andre dan juga tentang kak Bunga yang meninggal karena kecelakaan" jelas Feni memberi tahu apa yang ia tahu.
"Ya, Bunga memang meninggal karena kecelakaan dan itu semua karena aku"
"Maksudnya? Serius aku benar-benar gak ngerti sekarang. Kenapa kamu bilang kamu penyebab kematian kak Bunga" tanya Feni tak mengerti.
" Aku dan Andre masuk kepolisian bareng dan kita jadi teman. Andre dekat dengan seorang cewek bernama bunga" Erlang memulai ceritanya.
"Andre ngenalin cewek itu ke aku, Bunga itu baik di seorang calon pramugari"
"Suatu hari Andre ada tugas yang gak bisa dia tinggalin padahal dari jauh-jauh hari dia udah janji mau nonton bareng Bunga, tapi karena dia gak bisa jadi aku yang nemenin Bunga dan berjanji pada Andre kalau aku akan jaga Bunga" cerita Erlang.
"Lalu?" Tanya Feni semaki penasaran.
"Kami pergi nonton, Andre pesan kalau aku harus jemput dan antar Bunga lagi ke rumahnya, tapi kali itu Bunga menolak untuk aku antar pulang. Dia bilang akan pulang naik taksi dan Bunga pergi begitu saja melepaskan genggaman tangannya dan sebuah mobil menabraknya" lanjut Erlang lagi.
Feni ingat bagaimana keadaan Andre saat itu, ia bukanya benci pada Erlang tapi benci pada dirinya sendiri yang seharusnya dialah yang menjaga Bunga. Sebuah air mata lolos jatuh membasahi pipi Feni.
"Aku ingat bagaimana keadaan Andre saat itu" ucap Feni mengusap air matanya.
Erlang terkesiap melihat air mata itu, ia siap jika nanti Feni akan membencinya.
"Andre gak pernah benci sama kamu, dia lebih benci sama dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Kalau dia marah sama kamu, itu hanya pelampiasan atas kebencian pada dirinya" ucap Feni.
Erlang hanya diam mencerna setiap kata yang Feni ucapkan, ia tak menyangka Feni akan mengatakan hal itu dan juga menanggapi apa yang ia ceritakan dengan sangat bijak.
"Andre nitip aku sama kamu mungkin sebagai permintaan maaf Andre secara gak lansung, karena itu artinya Andre tetap percaya sama kamu sampai kapanpun" jelas Feni menggenggam tangan Erlang dengan kedua tangannya sambil tersenyum seolah mengatakan semuanya baik-baik saja.
Mau tak mau Erlang akhirnya tersenyum, ia tak menyangka Feni akan mengatakan itu padanya. Mendengar apa yang Feni katakan membuat Erlang menjadi lebih percaya pada dirinya sendiri untuk menjaga Feni dan tak akan mengingkari janjinya pada Andre lagi.
"Nich.." Erlang menyodorkan buku yang tadi mereka perebutkan, mata Feni membola menandakan ia tak mengerti.
"Aku jadi bosan baca buku, jadi pengen jalan-jalan keluar"
"Aku ikut" mohon Feni karena ia rasa kenal Erlang lebih dekat akan membantunya dalam misinya kali ini. Dan lagian Feni yakin meskipun Erlang tadi memberikan senyuman manisnya suasana hatinya belum tentu semanis itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
RumahSakit Mesra
hmmm/Hey/
2024-08-10
0
shanum
keren
2022-11-08
0
Nur Haliza
aku nge-fly nih 🧚🧚
lanjut kak,,,, semangaaaat 💪
2021-04-29
1