Bab 9 Kebencian

Pintu terdengar di ketuk oleh seseorang, yang membuat pembicaraan penuh rahasia antara Feni dan Erlang terhenti.

"Sepertinya ada yang mengetok pintu" kata Feni.

Erlang mengangguk dan segera menuju pintu, ia memutar handle pintu dan didapati Roy berdiri dibalik pintu bersama dengan Wita.

"Ayo sarapan!" Ajak Roy.

 

Feni berjalan disisi Erlang, ia terlihat cantik dengan baju yang ia pakai, ia juga memakai sepatu ket bewarna hitam sebuah selendang yang ia pakai untuk menyamar kemaren ia lilitkan ke lehernya, rambut Feni yang biasa terurai ia gulung cantik.

Begitu sampai di restoran sudah ada Ryan, Adek, Roni dan juga mmm Feni tidak kenal dengan cewek itu. Tapi jika diingat-ingat cewek itu sepertinya saudara dari Ryan.

"Dia Hani" Erlang sadar kalau Feni sempat mencuri pandang kearah Hani.

"Adiknya Ryan kan?" tanya Feni.

Erlang mengangguk.

"Ayo sarapan gue udah lapar" kata Roy yang lansung cari posisi, ia menarik Wita untuk berada tetap disisinya.

Erlang menarik tangan Feni dan mengajak Feni untuk segera duduk.

"Kalian ingatkan kalau hari ini kita ada pertemuan" kata Roni lebih tepatnya kepada Erlang, Ryan dan Roy.

"Pastilah Ron" kata Roy.

Erlang dan Ryan mengangguk membenarkan omongan Roy.

"Jika para cowok-cowok ini harus rapat mending kita pergi keluar, pergi belanja" usul Wita.

"Boleh juga" Adek tanpa setuju.

"Loe juga ikutkan Fen?" Tanya Wita.

Feni melirik ke arah Erlang yang dibalas anggukan oleh Erlang.

"Erlang setuju tu Fen, dari pada bosan di kamar" dukung Roy.

"Ok" Feni mengangguk setuju.

"Gue juga ikut" kata Hani yang lansung menarik perhatian semuanya.

Feni, Wita, Adek dan Hani pergi menuju sebuah butiq, ke empat orang  cewe itu pergi dengan menaiki sebuah mobil yang disewa selama mereka di Bali.

Sebelum berangkat tadi Erlang sempat berbisik Feni untuk berhati-hati dan waspada pada Hani. Ya, dari ke tiganya Hani lah yang harus ia waspadai.

Wita ribut sendiri saat memilih beberapa baju yang ia sukai di butik, hampir semuanya ia sukai. Feni hanya mengikuti mereka dan sesekali melirik beberapa baju yang tergantung.

"Dek temani kesana dong" pinta Wita menarik tangan menuju sudut lain dari butik itu.

Adek hanya mengikuti tarikan tangan Wita dan meninggalkan Feni serta Hani. Feni sibuk memilih-milih baju, mungkin ia harus membeli satu karena ia tidak punya baju ganti lagi.

Sebuah tangan tiba-tiba menarik tangan Feni yang membuat Feni menghentikan kegiatannya. Hani menatap Feni dengan wajah masam, ia menatap Feni tajam seakan ingin memakannya.

"Gue mau bicara sama Loe" ucap Hani dan menarik Feni keluar dari butik.

Wita dan Adek menerima masing-masing dua buah paper bag setelah membayar baju yang mereka pakai. Sekarang mereka berniat pulang, sampai mereka sadari tak ada Hani dan Feni didekat mereka.

"Hani sama Feni mana ya?" tanya Adek mencari-cari.

"Iya ya, mana ya?" Wita ikut mencari-cari.

"Mbak lihat dua orang teman kita yang tadi datang disini gak" tanya Adek pada pelayan butik.

"Oh yang tadi datang sama mbak kan?" tanya si pelayan balik.

"Iya mbak benar" jawab Adek.

"Mereka udah pergi dari tadi mbak"

"Hah pergi, mereka pergi kemana ya" Wita tampak kaget begitu juga dengan Adek, mereka jadi khawatir.

"Biar gue telpon Hani deh" kata Wita lansung mengambil handphonenya, tapi tak diangkat.

"Masuk sih, tapi gak diangkat" jelas Wita.

"Coba lagi deh"

"Tetap gak diangkat"

"Gue jadi takut kalau Hani sampai macam-macam" tutur Adek yang dapat anggukan setuju Wita.

Jujur Adek benar-benar cemas sekarang, bagaimana kalau nantinya Hani menyakiti Feni? Adek juga tidak bisa menghubungi Feni, ia tidak punya nomor ponsel Feni lagi sejak mereka putus kontak.

"Erlang, ya Erlang pasti punya nomor ponsel Feni. Tapi aku gak punya nomor Erlang, Ryan... ya aku harus telpon Ryan"  kata Adek dalam hati.

Ryan dan yang lain baru selesai dengan pertemuan yang mereka adakan di kamar Roni. Ryan yang baru berdiri dari duduknya, merasakan ada panggilan masuk dari ponselnya.

"Ya sayang" sapa Ryan.

Erlang, Roy, Roni dan yang lain sudah bisa menebak siapa itu.

"Udah selesai ya pertemuannya?"

"Udah, baru aja. Kenapa?"

"Erlang masih disana gak?"

"Erlang? Masih. Kenapa sayang?"

Erlang jadi penasaran kenapa tiba-tiba namanya disebut-sebut dalam percakapan Ryan dan Adek. Erlang mulai teringat dengan Feni, apa sesuatu terjadi pada Feni?

Ryan diam sejenak mendengar penjelasan Adek, Erlang sedikit tidak sabar dengan berita yang akan ia dengar. Roy dan Roni yang juga ada diruangan itu okut penasaran dengan apa yang dikatakan Adek pada Ryan.

Ryan menghembuskan nafasnya sebelum menghadapkan tubuhnya kearah Erlang dan menatap Erlang serius.

"Hani membawa pergi Feni dan gak tau kemana"

"Apa?" Erlang benar-benar panik sekarang, ia tak tau harus berkata apa. Kenapa juga dia tadi mengizinkan Feni pergi padahal dia tau Hani juga ikut? ia harus mencari Feni segera, jangan sampai Hani menyakiti Feni.

"Loe mau kemana Lang" Roy menahan Erlang yang lansung bergegas menuju pintu.

"Gue harus cari Feni"

"Kita tahu loe emang harus cari Feni tapi cari kemana?"

"Gini aja, gimana kalau kita nyebar aja. Menurut gue Hani gak akan bawa Feni jauh. Pasti dia hanya akan bawa Feni sekitaran hotel atau butik tadi" saran Roni.

"Benar juga kata Roni Lang" Ryan setuju.

"Ok, thanks ya. Kalau diantara loe ada yang nemuin Feni loe kasih tahu gue ya" kata Erlang.

Ryan, Roni dan Roy mengangguk, ia mengerti kepanikan Erlang. Apa lagi Ryan ia begitu mengerti bagaimana sifat Hani, sampai sekarang saja ia belum menerima Adek sebagai pacar Ryan. 

"Kita mau kemana?" tanya Feni yang duduk disebelah Hani yang sedang menyetir.

Hani tak menjawab ia lebih fokus menyetir memandangi jalan didepannya. Handphonenya sudah berbunyi berulang kali, ia yakin itu pasti dari orang-orang yang mencarinya karena membawa cewek disampingnya ini.

Feni benar-benar jengkel dengan cewek berambut pendek sebahu ini. Feni sudah berulang kali bertanya tapi tak kunjung pertanyaan dijawab, jujur ia sedikit khawatir dengan Hani. Namun Feni tetap memasang wajah tenang dan waspadanya.

Mobil itu berhenti disebuah tempat yang sepi, disekitarnya hanya terdapat beberapa toko yang tutup. Feni bertanya-tanya dalam hati apa yang akan Hani lakukan disini.

"Udah berapa lama loe pacaran sama Erlang" tanya Hani.

Feni melirik aneh pada Hani karena pertanyaannya, tidak mungkin kan Feni jawab baru 2 hari tapi pacar pura-pura.

"Beberapa bulan, kenapa?" Feni balik bertanya.

"Gue juga cinta sama Erlang, dan gue minta loe akhiri hubungan loe sama Erlang" kata Hani dengan blakblakan.

"Hah" Feni tidak menyangka kalau Hani akan meminta segitu blak-blakan nya.

"Kenapa juga gue harus nuriti kemauan loe?" tantang Feni.

"Karena loe gak pantas buat Erlang, loe bisa cari cowok lain" kalimat Hani terdengar egois di telinga Feni.

"Yang nilai pantas atau gak pantas itu Erlang, buktinya Erlang milih gue. Dan lagian juga loe juga bisa cari cowok lainkan" Feni kurang terima dengan sikap seenaknya Hani.

"Loe benar-benar nyebelin ya" Hani marah karena ini tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Hani membuka paksa sabuk pengaman Feni dan membuka pintu disebelah Feni duduk lantas mendorong Feni keluar mobil dengan kuat.

"Brengsek loe" hardik Hani mendorong kuat Feni sehingga ia terdorong keluar mobil dan terjungkal.

"Au... " Feni jatuh dengan tidak elit, ia terduduk diatas aspal, pinggulnya terasa sakit dan juga telapak tangannya yang menahan tubuhnya tadi.

Mobil yang Hani kendarai pergi meninggalkan Feni, Feni berdiri dengan mengutuk apa yang Hani lakukan, badannya terasa sakit ada luka gores di lutut dan tangannya.

Feni berjalan berlawanan arah dari arah Hani pergi tadi, ia ingin segera sampai hotel dan mengadukan apa yang dilakukan Hani itu kepadanya.

Feni melangkah sedikit tertatih, kakinya terasa sakit dan begitu juga pinggangnya. Ia terus mengutuk Hani didalam hatinya, tapi Feni merasakan sebuah firasat buruk saat ia dengar suara mobil melaju. Dan benar saja sebuah mobil hitam melaju sangat cepat, otak Feni masih meload kejadian ini. Ia tau dan sangat yakin itu mobil yang tadi dia naiki.

Hani menginjak gasnya kuat agar ia bisa menabrak Feni kuat, amper mobil terus melaju naik. Ia sangat yakin kalau pasti ia bisa mengenai Feni tapi beberapa meter dari tubuh Feni seseorang menarik Feni. Hani tidak sempat melihat siapa yang menyelamatkan Feni, ia merem mobilnya sehingga terdengar bunyi bergenyit.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Roni menatap Feni yang ada diperlukannya.

"Roni?" tanya Feni lebih tepatnya meyakinkan dirinya akan apa yang terjadi tadi.

Roni mengangguk, ia kemudian memeluk tubuh Feni yang menggigil takut. Roni bisa melihat mobil Hani masih berhenti dan berada beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

"Kamu tunggu sebentar disini ya" kata Roni pamit sebentar sambil tersenyum, Roni ingin memberi tahukan secara tersirat kalau semuanya akan baik-baik saja.

Feni mengangguk, Roni menuju Hani yang ada masih ada di atas mobil. Feni hanya mengawasi dan mencari tahu apa yang akan Roni lakukan pada Hani.

Roni menggedor kaca mobil tempat Hani duduk dan tak berapa lama Hani keluar dengan wajah sedikit ketakutan.

"Plak" sebuah tamparan melayang ke pipi kanan Hani.

Hani memandangi Roni dengan wajah tak percaya karena bagaimana mungkin Roni menamparnya. Perih ia rasakan di pipinya diikuti perih dihatinya. Air mata Hani meleleh, membasahi wajah cantiknya.

"Jangan pernah melakukan hal ini lagi karena kamu akan dapat akibatnya lebih dari ini" ucap Roni serius ia sama sekali tidak terpengaruh dengan tangisan Hani.

"Aku benci kamu" kata Hani berbalik masuk ke mobilnya dan meninggalkan Roni dan Feni.

Tapi sebelum pergi ia masih sempat melirik Feni dengan tatapan penuh kebenciannya. Feni bergidik sedikit ngeri dengan tatapan itu, Feni sadar akan satu hal bahwa Hani benar-benar tidak main-main dengan perasaannya pada Erlang.

Erlang, Ryan, Roy, Adek dan Wita sedang duduk disofa di lobi hotel menunggu Feni atau Hani pulang karena mereka sama sekali tidak menemukan Feni atau Hani setelah berkeliling.

Erlang duduk dengan wajah kusut, ia harap Andre tidak tau masalah ini. Jika ia tahu pasti akan sangat gawat, Andre pasti akan mencari Feni kesini dan itu bukan hanya mengacaukan misi tapi juga akan membuat Erlang mengingkari janjinya lagi.

"Hani" panggil Adek saat Hani datang dengan wajah kusut.

Erlang lansung mendatanginya, meletakkan tangannya masing-masing di bahu Hani.

"Mana Feni" tanya Erlang, Hani menatap Erlang kesal. Tapi dapat ia lihat wajah khawatir Erlang. Cengkeraman Erlang pada bahunya terasa semakin kuat saat Hani tak kunjung menjawab.

"Udah mati kali" jawab Hani menepis tangan Erlang dan lansung menuju lift yang sedang terbuka.

"Maksud kamu apa Han?" tanya Erlang berusaha mengejar tapi sayang ia terlambat, pintu lift tertutup dan membawa Hani ke lantai atas.

Erlang mengumpat kesal, apa maksud kata-kata Hani tadi? dimana Feni? Apa yang telah Hani lakukan pada Feni? Erlang benar-benar bingung dan cemas.

"Feni" teriak Wita melihat kearah pintu masuk.

Erlang lansung melihat mencari sosok cewek itu dan terlihat Feni berjalan disisi Roni dengan wajah yang tak bisa dibilang baik. Feni sempat melempar senyum yang sedikit dipaksakan saat melihat orang-orang yang telah menunggunya.

"Fen" Erlang lansung berlari dan memeluk Feni erat.

Erlang sama sekali tidak peduli apakah Feni akan protes atau apa tapi yang pasti ia sangat takut sesuatu yang buruk terjadi pada Feni. Yang lain hanya menatap adegan itu sambil memaklumi, sambil tersenyum.

"Kamu gak apa-apa kan? " tanya Erlang menempelkan kedua tanganya di belahan pipi Feni, mengalirkan rasa hangat yang sedikit menenangkan.

Feni mengangguk, ia dapat melihat bagaimana khawatirnya Erlang padanya? Mungkin ini karena janji Erlang pada Andre.

"Tadi Roni nolongin aku" ucap Feni.

"Thanks ya Ron, loe udah nolongin Feni lagi"

"Sama-sama"

Malam harinya,

Erlang sedang sibuk mengobati luka di kaki Feni dangan obat merah. Beberapa kali Feni meringis merasakan sakit di lututnya.

"Baru juga 2 hari kamu disini dan jadi mata-mata tapi lukanya udah sebanyak ini"

"Ini cuma luka kecil, kamu pasti punya luka yang lebih parahkan demi bisa dapat kepercayaan mereka" tebak Feni, Feni pernah mendengar cerita Andre dulu tentang mata-mata.

Erlang hanya tersenyum, Feni benar ia dulu harus rela tertembak dengan sengaja demi melindungi Marko dan akhirnya dapat kepercayaan marko.

"Sepertinya Hani benar-benar mencintai kamu"

"Aku tahu"

"Kamu tahu? Kenapa kamu gak manfaatin hal itu? Itu kan bisa membuat misi jadi lebih berjalan mulus" tanya Feni heran.

Erlang tersenyum kemudian menurunkan kaki Feni yang ada di pangkuannya.

"Aku gak mau main-main dengan yang namanya cinta, nanti aku bisa terjebak sendiri dengan cinta itu" jelas Erlang.

"Terjebak? Apa kamu takut kalau kamu nanti jatuh cinta beneran sama Hani" tebak Feni.

"Mungkin" jawab Erlang asal.

"Mungkin, jawaban macam apa itu"  protes Feni dalam hati.

"Handphone kamu mana?"

Feni menujuk meja, Erlang mengambil Handphone itu dan memencetnya tak lama terdengar suara Handphone lain.

"Sekarang kamu save nomor aku, dan aku akan save juga nomer kamu" kata Erlang menyerahkan handphone Feni.

Feni mengangguk.

"Orang yang cemburuan itu nyeremin ya, aku hampir ditabrak" ucap Feni tiba-tiba.

"Hm.. tapi kamu gak perlu khawatir lagi aku akan jaga kamu" ucap Erlang tulus ia meletakkan tangannya dikepala Feni.

"Mending sekarang kamu istirahat, capekan seharian ini"

Feni lagi-lagi hanya mengangguk patuh dan lansung menuju tempat tidur.

Erlang terdiam sendiri ia memandangi tangannya yang tadi menyentuh kepala Feni, ada rasa nyaman disana sekaligus rasa takut dari dalam hatinya. Ia tak begitu yakin mampu menjaga Feni dengan baik, tapi dia pasti akan berusaha keras.

Cemburu, mengingat kata itu mengingatkan perasaannya beberapa jam lalu saat melihat Feni dan Roni. Kenapa Erlang tidak suka? Erlang merasa kalau Roni punya perasaan yang istimewa pada Feni. Jika itu emang cemburu apakah pantas cemburu pada pacar pura-pura mu?

***

hallo semua, assalamualaikum....

semoga senang baca novel aku y.

maaf updatenya lama.

sibuk😂😂😂

Terpopuler

Comments

RumahSakit Mesra

RumahSakit Mesra

semangat

2024-08-10

0

Maya Eka Putri bahari

Maya Eka Putri bahari

semangat

2021-04-29

0

Agnes Swandika

Agnes Swandika

semangat up nya rin

2021-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!