Bab 12 Sunrise

Dan lagi Feni mengobati luka Erlang lagi, tak ada pembicaraan apapun lagi antara Feni dan Erlang sejak mereka melepas pelukan mereka tadi hanya ajakan Feni untuk mengobati luka Erlang.

Sudut bibir dan bagian pipi dibawah matanya tampak terluka, untung saja ada alat P3K di mobil itu. Mengobati luka sepertinya adalah keahlian lain Feni belakangan ini. Meski telah mencoba untuk hati-hati dan pelan-pelan tetap saja terdengar ringisan pelan Erlang.

"Kamu udah dua kali terluka karena aku" kata Feni.

"Hmm??" Erlang tidak mengerti maksud Feni.

"Pertama kamu dipukul Andre karena aku dan sekarang kamu dipukul jambret juga karena aku" jelas Feni.

"Aku udah terbiasa kok dengan luka seperti ini"

Feni tahu itu, ia juga sering melihat Andre lebam. Dan sayangnya Andre tidak pernah membiarkan Feni mengobati lukanya.

"Kamu pernah melihat Sunrise" tanya Erlang menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.

"Sunrise" ulang Feni.

Erlang mengangguk.

"Belum sih" jujur Feni.

"Kalau gitu malam ini kita nginap disini, mudah-mudahan besok kita beruntung dan bisa melihat sunrise" jelas Erlang.

Feni mengangguk, sepertinya ide Erlang bagus karena untuk kembali ke hotel lagi kali ini ia sedikit malas apalagi jika ia bertemu dengan Feni.

Cahaya rembulan menerangi Feni dan Erlang yang telah tertidur di bangku mobil masing-masing. Feni memeluk tubuhnya dengan tanganya sendiri untuk mengurangi dingin yang menyerang dan mengusik tidur nya.

"Lang" panggil Feni tanpa membuka matanya.

"Lang" panggil Feni lagi karena tidak ada juga jawaban namun ia masih malas untuk membuka matanya.

"Ya" jawab Erlang membuka matanya tapi dilihatnya Feni tertidur apa Feni mengingau.

"Fen" panggil Erlang.

"Hm dingin Lang" jawab Feni.

Erlang melihat bagaimana keadaan Feni saat ini, ia memeluk tubuhnya dan terlihat kedinginan karena baju kaos yang ia pakai sama sekali tidak menutupi kedua lengannya.

Erlang melepas jaket jeansnya dan menyelimuti ke tubuh Feni. Feni menyamankan tubuhnya dengan jaket itu merapatkan ke tubuhnya.

 

Feni membuka matanya saat ia dengar suara pintu tertutup, diliriknya disampingnya sudah tidak ada Erlang. Erlang telah duduk dicap mobil.

Feni harus segera bangun juga jika tidak ingin ketinggalan melihat sunrise meski matanya masih mengantuk.

Erlang melihat kearah belakangnya saat indera pendengarnya menangkap suara bantingan pintu mobil. Feni terlihat mengenakan jaket Erlang di tubuhnya, Erlang tau pasti Feni kedinginan saat ini.

"Kamu gak kedinginan" tanya Feni setelah duduk disamping kiri Feni.

"Lebih kedinginan kamu kan" jawab Erlang.

Feni tertawa kecil, diakuinya memang dingin udara disini apalagi angin laut yang bertiup menerpa tubuhnya.

"Masih beberapa menit lagi" kata Erlang melirik jam tangannya.

Feni mengangguk mengerti.

"Memikirkan apa?" tanya Erlang melihat raut wajah Feni yang berubah kusut. Cewek itu juga terlihat cemberut.

"Yang kemaren"

"Yang kemaren?" ulang Erlang.

Feni mengangguk,

"Tentang Roni"

"Kenapa sama Roni? Apa kamu berubah fikiran tentang perasaan kamu sama dia?" tebak Erlang dengan perasaan deg-degan namun juga penasaran.

"Bukan itu, lagian siapa juga yang berubah fikiran" Feni cemberut tak terima tapi Erlang malah tersenyum kecil tanpa Feni sadari.

"Lantas" tanya Erlang tak paham.

"Aku harus bagaimana kalau bertemu Roni, sikap aku ke dia harus kayak gimana" jelas Feni bingung.

"Gak harus kayak gimana-gimana, Roni kan tahu kalau kamu pacar aku"

"Justru itu, dia tahu aku pacar kamu tapi dengan santainya dia mencium aku dan mengatakan suka sama aku" jelas Feni lagi.

“Dan aku gak yakin kalau Roni peduli aku pacar siapa”

Erlang tertegun, benar apa yang Feni katakan. Roni tahu betul kalau Feni adalah pacar Erlang tapi dengan gampangnya dia mengatakan suka pada Feni.

"Jangan khawatir, aku akan terus menjaga kamu" kata Erlang seraya menggenggam tangan Feni menyalurkan rasa amannya.

Feni mencoba tersenyum.

"Dan...." sebuah ciuman lembut tepat mendarat di bibirnya. Tangan Erlang yang menggenggam tanganya terasa semakin erat. Saat sebuah ******* kecil dibibir Feni yang memaksa Feni memejamkan matanya. Waktu terasa berhenti, Feni membalas genggaman tangan Erlang tak kalah erat. Jantung kedua berpacu lebih cepat.

Erlang menarik wajahnya, meninggalkan jejak rona merah dipipi Feni. Erlang berdehem pelan, menstabilkan denyut jantungnya yang tak normal.

Cahaya bewarna jingga menyapa di ujung timur, mempesona membuat Feni membuka matanya pelan. Sang mentari pagi memantulkan cahaya cantiknya ke luasnya lautan. Menghadirkan kehangatan yang perlahan datang.

Mereka berdua tak mengerti kenapa rasa panas menjalar ke wajah keduanya. Apa mungkin karena cahaya jingga sunrise yang menghadirkan kehangatan?

"Jangan berfikir kalau kamu murahan karena tadi aku mencium kamu, anggap itu reset dari ciuman Roni kemaren yang artinya kalau Roni gak pernah mencium kamu dan menyatakan cinta sama kamu" jelas Erlang.

Feni mengangguk kaku, ia menatap lurus ke depan. Erlang ikutan tersenyum, menatap matahari yang sudah mulai naik. Tapi tetap saja mempesona yang membuat keduanya tidak berhenti mengagumi indahnya ciptaan Tuhan itu.

Erlang menarik ke atas tangan Feni yang tadi dia genggam, tangannya yang satu lagi  merogoh saku celananya dan kemudian memasang sebuah gelang ke pergelangan tangan kanan Feni.

"Ini kan gelang kemaren" kata Feni sadar kalau itu adalah gelang yang ia lihat di toko kemaren.

"Ini sebagai ganti gelang bunga kemaren"

Feni mengerti, meski ia sama sekali tidak mengharapkan gantinya tapi Feni sangat menyukai gelang ini sekarang. Feni melirik Erlang sebentar dan lantas tersenyum, bukannya banyak hal yang kebetulan terjadi pada mereka berdua.

Meski Erlang tak mengerti atau sebenarnya pura-pura tidak mengerti dengan isi hati mereka masing-masing. Yang pasti mereka saling ingin menjaga satu sama lain.

"Emang gelang itu mau kamu apakan?" tanya Feni teringat kembali pada gelang bunga itu.

"Aku akan serahkan gelang itu pada Andre lagi" jawab Erlang.

Feni mengangguk paham, sudah saatnya mereka bicara dan mengakhiri kesalah pahaman diantara mereka.

"Balik sekarang?" tanya Erlang.

"Ayo"

 

***

Terpopuler

Comments

RumahSakit Mesra

RumahSakit Mesra

ciuman pertama dan kedua nih

2024-08-10

0

shanum

shanum

yg di titik itu apa kira2 y

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!