Bab 3 Ketauan

Feni menikmati jalan-jalannya sore ini, ia memotret objek yang menarik baginya. Senyum mengembang tak pernah lepas dari wajahnya.

“Ini menyenangkan” pikir Feni.

Feni berkunjung kesebuah toko yang menjual cenderamata mata yang terbuat dari perak, batu atau rangkaian manik yang lucu. Ia melihat di rak yang penuh jajaran gelang lucu.

“Ini cocok untuk Lina” gumamnya sendiri.

“Mbak tolong yang itu” tunjuk Feni pada sebuah gelang rantai dengan motif bulan sabit, bintang dan juga matahari.

“Ini” si pelayan toko menyerahkan kalung yang Feni maksud.

Feni mengangguk suka akan pilihannya kali ini.

“Saya pesan ini tolong di bungkus, saya mau lihat yang lain dulu” pinta Feni.

“Baik..”

Feni segera pergi menuju sudut lain toko cenderamata mata itu. Dipintu masuk terlihat sepasang anak manusia baru memasuki toko yang sama, mereka adalah Erlang dan Hani.

“Kita lihat kalungnya yuk” ajak Hani, ia memang penggemar kalung.

Erlang hanya menganguk dan mengikuti tarikan gadis itu menuju rak penjual kalung.

“Kalung batu yang hijau itu cantik ya” kata Hani setelah beberapa saat ia mengamati jajaran kalung dietalase toko itu.

“Emang, kamu suka?” tanya Erlang.

“Iya, suka”

“Mbak coba lihat kalung yang itu” pinta Erlang kepada pelayan wanita yang berdiri dibelakang etalase.

Sebuah kalung dengan rantai perak berbandul batu bewarna hijau diserahkan si pegawai itu kepada Hani dan Erlang.

“Cantik ya Lang” kata Hani mencoba-coba kalung itu dilehernya.

“Iya, kalung itu cantik kalau dipakai orang cantik” puji Erlang.

Hani tersenyum senang, baru kali ini Erlang memujinya seperti itu tentu saja kalung itu lansung ia minta bungkus.

“Kalau gitu saya pilih ini ya, tolong bungkus” kata Hani.

“Bentar ya mbak” tak lama si pelayan selesai membungkus barang yang mereka pesan.

“Berapa mbak” tanya Erlang pada kasir toko itu.

“Seratus tujuh puluh lima ribu”

Saat Erlang ingin mengambil uangnya sebuah benda jatuh tanpa ia sadari.

“Ini mbak” kata Erlang menyerahkan uangnya dan si pelayan menyerahkan bungkusan kalung tadi.

“Terima kasih telah berkunjung” kata si pelayan toko.

Erlang dan Hani hanya mengangguk dan tersenyum. Keduanya segera pergi dari toko itu.

Meski sudah berkeliling di toko itu namun Feni tidak lagi menemukan apa yang ia sukai untuk dibeli.

“Mbak cukup gelang yang tadi aja” kata Feni.

“Ya, ini” si pelayan meletakan kantong belanjaan Feni diatas meja kasir.

“Berapa?”

“Seratus dua puluh lima ribu” jelas si kasir.

Namun saat Feni ingin membayar gelang itu ia melihat sebuah gelang yang terbuat dari rajutan benang tergeletak dilantai toko itu.

“Ini gelangnya jatuh mbak” kata Feni memungut gelang itu dan menyerahkannya kepada si pelayan toko.

“Maaf tapi itu bukan milik kami”

“Oh… ya udah. Ini uangnya” kata Feni dan menyerahkan uangnya kepada kasir toko itu. Sementara gelang tadi ia masukan kedalam tas selempangnya. Setelah selesai berbelanja Feni lansung pergi dari toko itu.

“Iya Pak… baik pak” kata Toni tak jauh dari tempat Feni berdiri, ia sedang menelepon seseorang melalui telpon yang ada ditangan kanannya.

“Huh…. Gue harus ketempat Andre nih” ucap Toni saat ia tak lagi menelepon dan saat itulah ia melihat seorang gadis dengan jaket jeans bewarna hitam yamg didalamnya dipadu dengan tank top bewarna putih. Dan memakai celana jeans hitam.

Toni sempat terdiam sesaat, mencoba meyakinkan penglihatannya.

“Itu…” ucap Toni mengingat. Toni lansung mengikuti Feni yang menjauh dari tempat itu.

“Apa Andre ngajak Feni kesini?” pikir Toni.

Feni tak menyadari kalau ia diikuti sampai kedepan sebuah hotel, Toni berhenti mengikuti Feni saat cewek itu telah hilang dari depan hotel untuk masuk ke hotel yang dihadapannya tertulis “Garden Hotel”.

Toni mengangguk-angguk saat membaca dengan teliti nama hotel itu dan kemudian segera pergi dari tempat itu.

Toni telah berdiri didepan pintu, ia mengetuk pintu itu tiga kali dan kemudian menunggu apakah ada reaksi dari orang dari balik pintu itu. Dan benar saja tak lama pintu terbuka dan Andre muncul dari balik pintu.

“Masuk” kata Andre.

Toni hanya menurut dan melangkah masuk ke kamar Andre, ia duduk di sofa bewarna merah tua yang ada diruang itu.

“Ini dokumennya” kata Andre menyerahkan sebuah map bewarna biru tua kepada Toni.

 Toni menerima map itu dan untuk sesaat membalik-balik dokumen yang ada di map itu. Kemudian menatap Andre yang tampak sibuk dengan laptop putih yang ada dihadapannya.

“Ndre” panggil Toni tampak ragu.

“Mmmm” respon Andre yang tak mengalihkan pandangannya dari laptopnya.

“Feni gimana kabarnya?” tanya Toni hati-hati.

“Baik”

“Mmmm udah lama ya gue gak ketemu dia, pasti Feni sekarang makin cantik”

“Gue harap loe gak lupa dengan apa yang udah gue bilang sama loe, kalau gue..”

“Gue gak lupa, kalau gak boleh jadi pacar paling gak gue anggap adik sendiri bolehkan?” potong Toni.

“Gak percaya gue, hari ini loe bilang adik ujung-ujungnya pasti pengen jadi calon ipar” kata Andre yang dibalas gelak tawa oleh Toni.

“Tapi Feni sekarang ada di Jakartakan?”

“Iya, emang kenapa? Kok loe nanya gitu?” untuk sesaat Andre mengalihkan perhatiannya ke arah Toni.

“Mmmm gak kok” ada nada keraguan dari kata-kata Toni barusan yang ditangkap oleh Andre.

“Loe sadar gak, kalau dari tadi loe kelihatan aneh. Gak biasanya loe nanyain Feni segitunya, biasanya kalau loe nanyain Feni loe hanya bakal titip salam tapi sekarang. Ada yang loe sembunyiin dari gue” tanya Andre sedikit memojokan Toni.

“Perasaan loe aja kali Ndre” Toni agak gelagapan.

Andre tidak mengomentari apapun yang dikatakan Toni kepadanya, ia hanya menatap Toni dengan tatapan penuh intimidasinya hal itu sukses membuat Toni merasa tidak nyaman.

“Jangan menatap gue kayak gitu, loe kayak mau makan gue tau gak” protes Toni.

“Kalau loe gak jawab juga mungkin bentar lagi loe emang bakal gue makan”

“Ya..ya gue ngomong, tapi loe harus janji apapun yang bakal gue katakan loe jangan berbuat yang aneh-aneh” pinta Toni yang akhirnya mengalah.

“Ok..”

“Kita berdua sudah lama kenalkan begitu juga dengan gue ngenal Feni, gue hafal banget wajah Feni dan..”

“Jangan berbelit-belit deh Ton” Andre memotong kalimat Toni.

“Ya intinya.. gue ngelihat cewek cantik dan dia mirip banget sama Feni. Bukan hanya mirip tapi gue yakin banget kalau tu cewek adalah Feni”

Andre terdiam mencerna setiap kata yang disampaikan Toni, ingatanyapun melayang ke hari sebelum dia berangkat ke Bali saat Feni merengek untuk ikut.? Apa dia pergi dengan seseorang kesini? Atau Feni nekat pergi sendiri kesini? Sebenarnya apa yang difikirkan Feni? Andre bingung sendiri dengan pertanyaan yang ia ajukan sendiri.

“Loe lihat dia dimana?”

Andre berdiri untuk dan menyambar jaket hitamnya.

“Gue lihat dia didepan sebuah toko cenderamata dan gue ikutin sampai kedepan sebuah hotel bernama Garden Hotel” jelas Toni.

“Gue pergi dulu, untuk sementara loe urus semuanya” kata Andre sambil memakai jaketnya dengan sedikit terburu-buru lantas pergi dari ruangan itu.

“Marahnya jangan sampai keterlaluan banget ya Ndre ya” teriak Toni dari dalam rumah.

***

“Ini gelang siapa ya?” tanya Feni lebih tepatnya pada diriya sendiri karena tak ada lagi orang lain diruangan itu.

“BU…NGA, berarti ini punya cewek gak mungkinkan cowok namanya Bunga” jawab Feni sendiri setelah mengeja deretan huruf pada gelang bewarna merah muda itu.

“Ngapain juga sih aku repot-repot mikirin pemilik gelang ini mending buat aku” putus Feni dan lansung mencocokan gelang itu pada tangan kirinya.

“Lumayan” Feni mengangguk-angguk menyukai gelang itu.

“Tok..tok..tok..” pintu diketuk menghentikan kegiatan Feni untuk sesaat.

“Siapa ya” pikir Feni ia meletakkan gelang tadi di bantal diatas sofa didekat ia duduk namun Feni tidak menyadari saat ia berdiri ia tak sengaja menyenggol bantal itu dan gelang itu jatuh dan tidak terlihat lagi.

Si tamu semakin tidak sabar berulang-ulang ia mengetok pintu, apa Feni punya hutang pada sitamu karena ia tampaknya tidak sabar sampai pintu itu terbuka.

“Bentar…” teriak Feni mulai kesal.

Feni memutar handel pintu dan betapa kagetnya ia saat melihat Andre ada dibalik pintu itu.

“Ndre..” ucap Feni dengan nada rendah.

Andre lansung masuk saja tanpa permisi dan lansung duduk disofa dimana tadi Feni duduk.

Sebelum menyusul Andre Feni sempat menutup pintu dan berdoa dalam hatinya agar semuanya bisa baik-baik saja meski ia tau kalau itu sangatlah tak mungkin.

“Apa-apaan sih Fen? Kamu kemari gak seizin aku” amuk Andre.

Feni hanya diam ia tak berani menatap Andre ia tau kalau ia telah buat kesalahan besar yang buat kakaknya marah.

“Fen, tindakan kamu ini ngebahayain diri kamu sendiri tau gak. Kalau sampai kamu diapa-apain orang gimana?” ujar Andre pajang lebar.

“Maaf…” hanya kata itu yang keluar dari mulut Feni.

Andre menarik nafasnya dalam mencoba meredam emosinya, menyandarkan tubuhnya disofa dan memejamkan matanya. Fikiran tentang sesuatu yang buruk yang akan terjadi pada adiknya membuat ia tak mampu menahan marahnya.

“Maafin aku Ndre” pinta Feni.

“Ok… aku akan maafin kamu dengan satu syarat” Andre menggantung kalimatnya menunggu reaksi Feni

“Apa syaratnya Ndre?” tanya Feni penuh semangat.

“Besok kamu balik ke Jakarta”

“Hah.. kok syaratnya itu sih Ndre. Aku kan baru nyampe, belum jalan-jalan disini” protes Feni dengan wajah cemberut.

“Terserah, yang penting besok kamu udah di Jakarta” Andre tampaknya sama sekali tak luluh dengan tatapan memohon sang adik.

“Emang kamu yakin kalau aku di Jakarta aku akan aman dan baik-baik aja” pancing Feni

“Maksud kamu?” Andre mulai terpancing dengan kat-kata adiknya.

“Kan di Jakarta gak ada kamu, jadi sama aja aku gak akan aman. Kalau disini paling gak kan ada kamu yang akan jagain aku” jelas Feni.

“Tapi kau tau kan kalau aku disini tu kerja, bukan jalan-jalan”

Feni mengangguk.

“Aku tau, mungkin kamu disini akan sibuk dan gak akan punya waktu untuk jalan-jalan. Tapi bagi aku paling tidak kita bisa ada ditempat yang sama walau maknanya bukan lagi liburan bersama karena seingat aku sejak mama dan papa meninggal, didalam keluarga kita gak ada lagi liburan bersama” jelas Feni panjang lebar yang tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pipinya.

“Aku ngerti dengan apa yang kamu rasakan, kita emang gak pernah lagi punya waktu untuk jalan bersama tapi tindakan kamu yang kayak gini bukan cara untuk kita bisa untuk liburan bersama” kata Andre yang mengusap pipi Feni yang basah karena air mata.

“Dengan keberadaan aku disini membuat aku takut jika kamu nantinya yang akan dalam masalah” lanjut Andre.

“Ndre, aku janji aku akan jaga diri baik-baik” pinta Feni lagi mencoba membujuk Andre.

“Kamu tau aku selalu kalah sama kamu apa lagi kalau ngelihat air mata kamu” kata Andre seraya mencubit pipi Feni gemas.

“Au… sakit Ndre. Jadi???”

“Kamu boleh tetap tinggal disini tapi dengan satu syarat”

“Syarat? Jangan sampai syaratnya yang aneh-aneh” semangat feni yang tadi muncul hilang dengan sekejap mendengar kalimat Andre.

“Syaratnya… kemanapun kamu mau pergi harus telpon aku dulu. Apa syarat itu aneh?” tanya Andre sambil mencubit hidung Feni gemas.

Feni menggeleng.

“Makasih Ndre” dan lansung memeluk Andre. Andre membalas pelukan adik semata wayangnya itu.

“Tapi ngomong-ngomong kamu tau dari mana aku disini” tanya Feni melepas pelukannya.

“Toni, dia ngelihat kamu didepan toko cenderamata dan ngikutin kamu sampai disini” jelas Andre.

Feni mengangguk tanda mengerti.

“Oh ya, ngomong soal toko cenderamata mata. Aku nemu gelang Lho disana Ndre… mana ya? Perasaan tadi aku tarok disini” kata Feni mencari-cari.

Saat Feni sibuk mencari-cari gelang itu, sebuah pesan masuk ke smartphone milik Andre.

“besok aja dilihatin, soalnya aku harus balik.” kata Andre yang kemudian berdiri dan diikuti oleh Feni menuju pintu.

“aku balik ya, jaga diri kamu baik-baik” pesan Andre dan kemudian mengecup kepala Feni.

“Dah..”

“Dah..” Andre pergi dengan perasaan lega, meyakinkan dirinya sendiri kalau adiknya akan baik-baik saja. Dan akan berusaha menjaga adiknya dengan baik.

Feni kembali menutup pintu kamarnya, ia tau ia telah ketauan bohong tapi dengan itu ia juga tau betapa sang kakak sangat menyayanginya.

***

 

 

 

Terpopuler

Comments

Mesra

Mesra

feni emang bandit

2022-12-16

0

Mesra

Mesra

kok bisa seru y

2022-12-16

0

shanum

shanum

semangat

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!