Bab 8 Rahasia Kita

Pagi cepat sekali datang, seperti umumnya manusia lainnya Feni terjaga dari tidurnya begitu saja. Manusia sepertinya diikuti feeling nya untuk segera bangun ketika pagi telah tiba.

Feni duduk diatas tempat tidur, ia mengucek matanya pelan kemudian merentangkan tangannya keatas menarik persediaannya yang sedikit kaku.

Tepat sekali sebuah benda menutupi wajahnya dan itu adalah handuk.

"Mandi sana!" perintah Erlang.

Feni memijat pelipisnya, ia lupa kalau hari ini ia belum benar-benar terjaga dari tidurnya ia masih bermimpi buruk. Bermimpi buruk karena ulahnya sendiri tapi bukanya ia tak harus menyesalinya ia harus bisa semangat menjalaninya.

Sebuah paper bag diletakan Erlang dihadapan Feni, yang mau tak mau mencuri perhatian Feni.

"Itu baju ganti untuk kamu" kata Erlang sambil mengeringkan rambutnya.

Feni mengerutkan keningnya tak percaya, ia lansung membongkar isi paper bag itu dan sebuah baju terusan selutut bewarna hijau, Feni menatap kearah Erlang yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kemudian melihat baju tadi, ia melakukan itu berulang-ulang sampai akhirnya Erlang menatapnya dengan tatapan perintah.

"Ok..." kata Feni patuh ia lansung beranjak dari posisinya menuju kamar mandi.

Erlang menatap pintu yang tadi Feni kamar mandi yang baru saja Feni tutup, ia menghentikan aktifitasnya sebelumnya. Sebenarnya baju tadi bukan darinya tapi dari Andre yang dititipkan padanya tadi malam.

Erlang berjalan menuju ujung tempat tidur, dilantai nya sebuah tas milik Feni tergeletak disana. Erlang memungut tas itu untuk ia letakan diatas sofa tapi tampa ia sengaja isinya berserakan keluar. Erlang tersenyum mendapati isinya, semuanya barang-barang khas perempuan seperti bedak, lipstick, hand body lotion  dan banyak lagi yang lain yang Erlang tidak terlalu tau namanya. Sebuah handphone dan juga dompet ikut terjatuh, Erlang sudah mengembalikan semua isinya ketempat semula kecuali sebuah dompet kulit bewarna merah marun.

Erlang membuka dompet itu terlihat beberapa kartu seperti ATM, KTP tapi itu sama sekali tidak menarik perhatian Erlang yang menarik perhatiannya adalah sebuah foto Feni yang tersenyum merekah memamerkan gigi putihnya dengan seorang laki-laki dengan seragam lengkap kepolisian.

Erlang menghela nafasnya ia masih tak percaya kalau Feni adalah adik Andre, ia juga merasa bodoh kenapa ia sama sekali tidak terpikir Andre yang ia kenal saat melihat call name di handphone Feni.

Feni keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar dan wangi, ia telah mengenakan pakaian yang Erlang tadi berikan padanya. Sebuah baju terusan selutut dengan lengan pendek, tubuh Feni merasa nyaman memakai pakaian itu ia cukup heran bagaimana Erlang bisa tahu ukuran pakaiannya.

Feni mengambil tasnya untuk mengambil peralatan make up nya, tampil sedikit lebih cantik setelah mandi gak salahkan. Feni merogoh isi tasnya mencari bedak, sisir tapi ia menyadari ada sesuatu yang tak lagi ada disana. Dompet, ya dompet. Dimana ia meletakkannya? Seingatnya ia meletakkan dompet merahnya di dalam tas ini tapi sekarang tidak ada. Feni kembali mengubek-ubek isi tasnya tapi tetap saja hasilnya sama. Feni segera menuju tempat tidur dan mulai mengacak-acak tempat tidur itu, yang mungkin saja dompetnya ada disana tapi tidak ada juga. Erlang hanya diam mengawasi, ia tau apa yang cewek itu cari.

"Apa kamu mencari ini?" tanya Erlang yang sedang bersandar di dinding kamar.

Dan tepat sekali dompet yang Feni dari tadi cari saat ini berada ditangan kanan Erlang.

"Gawat, di dompet itu kan ada foto Andre" teriak batin Feni panik.

Dengan cepat Feni lansung berjalan kearah Erlang berniat mengambil dompetnya sebelum Erlang melihat foto itu, namun saat dompet itu hampir sampai digenggaman tangan Feni, Erlang mengangkat dompet itu tinggi sehingga ia tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga ia terjerembab ke tubuh Erlang.

Erlang sendiri tak menyangka itu akan terjadi jadi dengan refleks ia memeluk pinggang Feni. Suasana diam mulai bergulir, tanpa bisa Feni kendalikan jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Begitu juga dengan Erlang, wangi tubuh Feni memenuhi indera penciumannya sehingga membuat ia terbawa suasana dan memeluk Feni lebih erat, menyandarkan kepalanya dengan membiarkan dagunya bertopang ke bahu Feni lantas berbisik.

"Kamu adik dari seorang polisi?" tanya Erlang.

Feni lansung panik dan berusaha mendorong Erlang untuk melepas pelukan Erlang, tapi dengan sigap Erlang mempererat pelukannya.

"Ada sebuah rahasia yang aku ingin kamu tahu"

"aku adalah mata-mata kepolisian" lanjut Erlang.

Feni tampak kaget mencoba memperjelas pendengarannya namun tampa lagi-lagi ia sengaja saat ia berpaling kearah kiri bibirnya mengecup lembut pipi Erlang, hal itu reflek membuat Erlang melepas pelukannya.

"Saat aku bilang siapa aku, kamu lansung mencium aku" goda Erlang.

"Itu gak sengaja tahu" Feni lansung cemberut, bibirnya maju beberapa senti. Ia gak rela dengan adegan tadi.

"Yang kamu omongin tadi bener" tanya Feni kembali teringat dengan apa yang Erlang katakan tadi.

Erlang mengangguk.

"Dan mulai sekarang kamu juga akan jadi mata-mata sama dengan aku"

"Apa? Mata-mata?" Feni tidak mengerti maksud pembicaraan Erlang.

Lagi-lagi Erlang hanya mengangguk.

"Aku gak ngerti maksud kamu"

"Semalam Andre yang ngasih tahu aku tentang itu, katanya ini karena kamu kabur dan terlibat dengan orang-orang disekitar Marko. Oleh sebab itu agar kamu tidak dalam masalah dengan kepolisian nantinya maka kamu akan jadi mata-mata" jelas Erlang.

Feni diam mencerna kalimat panjang Erlang tadi, mata-mata? Kedengarannya menarik tapi ini kan bukan film.

"Jadi kamu bertemu Andre? Apa aja yang kamu bicarakan"

"Semuanya"

"Termasuk tentang Adek?"

Erlang mengangguk.

"Iya, Andre bilang kalau tentang Adek dia akan fikirkan solusinya nanti. Tapi yang penting sekarang itu kamu, Andre begitu khawatir sama kamu"

Feni terdiam, sadar akan apa yang telah ia lakukan dan sadar kalau ia akan menghadapi masalah yang lebih rumit lagi.

"Tenang aja, aku udah janji sama Andre untuk jagain kamu" ucap Erlang seolah mengerti apa yang Feni pikirkan.

"Jadi aku minta sama kamu, untuk jaga rahasia ini"

Feni mengangguk patuh.

"Aku janji bahwa aku akan menjaga rahasia ini. Aku akan menjaga rahasia kita"

***

Terpopuler

Comments

RumahSakit Mesra

RumahSakit Mesra

upppp

2024-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!