Bab 2 Janji kelingking

Feni duduk memandangi lautan lepas yang terpampang dihadapannya sore itu di hari pertamanya di Bali. Ia duduk sambil menikmati secangkir teh hangat, tapi sayang rasanya jika ia hanya duduk saja tanpa menggunakan kesempatan untuk jalan-jalan. Feni berfikir kalau ia harus pergi melihat-lihat paling tidak didaerah sekitar hotelnya.

Feni bergegas pergi dari kamar no 223 itu, ia mengunci pintu kamar dengan wajah yang ceria dan segera pergi melaksanakan niatnya tadi.

Sebuah pintu bewarna coklat di ketuk yang membangunkan si yang punya kamar untuk membukakan pintu. Seorang gadis seksi dengan wajah yang sudah di kenal Erlang sebelumnya berdiri didepan pintu kamarnya.

“Hai Lang..” sapa Hani.

“Hai..” Erlang menjawab sapaan itu sambil tersenyum.

“Temenin jalan-jalan yuk, aku bosan nich dikamar aja” pinta Hani dengan nada manja.

“Jalan-jalan kemana?”

“Kemana aja, terserah”

“Ya udah, kamu tunggu bentar aku mau ngambil kunci dulu” kata Erlang yang kemudian melangkah masuk kedalam kamarnya.

“Yes… ok” Hani bersorak kecil.

 

Sementara itu sepasang kekasih juga sedang menikmati suguhan pemandangan yang diberikan kota ini.

“Sayang” kata Ryan mendekap kekasihnya dari belakang, melingkarkan tangannya di pinggang Adek dan menyamankan kepalanya dibahu gadis itu.

“Mmmmm” Adek hanya menggumam, tapi ia membalas pelukan Ryan dengan memeluk tangan yang melingkar ditubuhnya itu dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh kekar Ryan.

“Kamu suka tempat ini” tanya Ryan.

“Suka, Kamu?” Adek balik bertanya.

“Dimana Pun tempatnya, asal sama kamu pasti aku suka”

Adek tersenyum mendengar kata-kata Ryan barusan, bukan tipe Ryan untuk menggombal.

“Au.. sakit sayang” protes Ryan saat tangannya dicubit Adek, tapi meski begitu ia malah semakin memeluk erat Adek.

“Salah kamu sendiri, ngapain ikut-ikutan Roy ngegombal kayak gitu” jawab Adek tanpa rasa bersalah sedikitpun ia malah tertawa kecil.

“Emang iya aku mirip sama Roy”

“Banget, denger aja tuh kalau Roy udah ngerayu Wita” jelas Adek.

Ryan ikutan tertawa.

“Tapi yang tadi itu bukan rayuan gombal sayang, apa yang aku katakan itu benar. Dimana Pun atau kemanapun aku pergi asal itu sama kamu maka tempat itu akan indah dan aku akan selalu suka ada disana” jelas Ryan tulus.

Adek tersenyum namun dia hanya diam tak berkomentar sedikitpun tentang apa yang baru saja dikatakan Ryan.

“Kamu gak percaya?” tanya Ryan karena tak mendapat respon dari Adek.

“Entahlah”

“Kok entahlah” tanya Ryan karena jawaban Adek tidak sesuai dengan yang ia harapkan.

Ryan membalik tubuh Adek dan sekarang keduanya saling berhadapan, saling tatap dalam diam. Mata Adek menatap dengan gelisah dan Ryan tau kalau sesuatu sedang ia fikirkan.

“Kenapa?” tanya Ryan yang kemudian meletakan kedua telapak tangannya di kedua belahan pipi Adek. Adek memejamkan matanya meresapi kehangatan yang disalurkan kedua tangan itu.

Adek membuka kelopak matanya menatap wajah cowok yang ia cintai yang terlihat cemas. Adek menarik kedua tangan Ryan dengan kedua tangannya dan kemudian mengenggamnya erat.

“Aku percaya tapi..” Adek menggantung kalimatnya.

“Tapi apa?” Ryan terlihat tak sabar untuk mengetahui apa yang ada difikiran gadis yang ia cintai itu.

“Yan, kamu tau kan kalau aku sangat mencintai kamu. Aku bahagia dimanapun itu asal itu sama kamu. Tapi aku juga pengen seperti orang lain Yan, hidup normal tanpa takut akan ditangkap” jelas Adek.

Ryan mulai mengerti dengan apa yang difikirkan oleh Adek, ia mulai mengerti akan kegelisahan yang dihadapi Adek.

“Lalu apa yang kamu inginkan?”

“Aku pengen kamu ninggalin dunia haram ini dan kita jalani hidup normal seperti pasangan lainnya” Adek terlihat ragu saat menyudahi kalimatnya.

Adek menatap Ryan dengan gelisah ia takut kalau-kalau Ryan akan marah karena permintaanya ini. Tapi jujur ia ingin sekali bisa hidup normal dengan Ryan, membentuk keluarga kecil yang damai tanpa harus memikirkan akan tertangkap.

Ryan menarik tangan Adek dan mengecupnya pelan namun hangat, kemudian ia menatap Adek dan tersenyum.

“Aku ngerti dengan apa yang kamu pikirkan dan aku juga sudah memikirkan ini lama. Aku berfikir untuk meninggalkan bisnis ini setelah transaksi kita yang sekarang. Aku pengen jadikan transaksi kita kali ini jadi transaksi kita yang terakhir” jelas Ryan.

Adek seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia tidak pernah menyangka kalau kalimat itu akhirnya ia dengar dari Ryan. Saking senangnya ia tidak sadar kalau air matanya telah jatuh dan membasahi pipinya.

“Kok kamu malah nangis” tanya Ryan yang kemudian membantu menghapus air mata itu.

Adek menghapus air matanya dan kemudian tersenyum.

“Aku hanya gak percaya kalau kamu akan bilang seperti itu, aku senang banget”

Ryan tersenyum dan kembali mengusap pipi Adek yang masih dialiri air mata.

“Kalau gitu kamu harus janji sama aku kalau kamu akan ninggalin bisnis ini” kata Adek mengacungkan kelingkingnya.

Ryan tertawa kecil.

“Janji kelingking?” tanya Ryan.

“He..eh.. aku pengen mengikat janji kelingking sama kamu. Aku pengen kamu janji dan menepati janji kamu sama aku” jawab Adek yakin.

“Ok, aku janji kita akan tinggalkan bisnis ini. Beri aku waktu satu minggu yaitu tepat sabtu depan saat transaksi itu selesai kita akan lansung pergi dari organisasi ini” kata Ryan mengaitkan kelingkingnya dengan Adek.

Keduanya tersenyum, Ryan mendekatkan wajahnya ke arah Adek. Mengecup bibir tipis itu lembut. Hanya sebuah kecupan singkat tanpa nafsu.

Adek mengangguk pasti dan kemudian memeluk Ryan erat, Ryan membalas pelukan itu dan membelai rambut keriting yang lembut milik Adek.

***

Terpopuler

Comments

Mesra

Mesra

kok kayak merasa diri aku feni

2022-12-16

0

shanum

shanum

kok gk bsa di like y

2022-11-05

0

Emma The@

Emma The@

like lagi kak

2021-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!