Bab 17 Aku Jatuh Cinta

 

Langit mula gelap, lampu jalan mulai dinyalakan. Sepasang anak manusia ini masih berdiri di tepi jalan.

“Itu Andre jemput kamu” kata Erlang setelah membaca sebuah pesan singkat di hp nya. Dengan tatapan matanya dia menunjuk sebuah mobil sedan putih diseberang jalan.

“Pergilah..”perintah Erlang. Feni menatap Erlang, rasanya masih ada yang ingin ia sampaikan tapi mulutnya tetap tak bicara.

“Fen..” panggil Erlang lagi.

Feni mengangguk, kemudia melangkah ke seberang jalan melalui zebra cross yang ada disisi kanan tempat mereka berdiri. Feni sempat memutar kepalanya mencari Erlang yang tersenyum padanya, di ikuti langkah Erlang yang ikut menjauh dan menaiki mobil sedan.

Feni baru sampai di tengah jalan, kemudia berhenti sesaat. Menatap Erlang yang segera menghilang.

“kenapa Feni berhenti” kata andre kemudian keluar dari mobilnya bermaksud mengejar Feni.

“Tit…tit… “ suara klakson mobil yang tadi berhenti di lampu merah, yang protes karena Feni yang tadi berhenti di tengah jalan berlari berbalik ketempat ia berdiri semula tadi.

“Fen…” teriak Andre. Tapi tak bisa menyusul Feni karena ramenya mobil yang lewat.

Feni mengambil HP nya di saku celananya dengan tergesa-gesa. Air matanya telah membasahi pipinya.

Sebuah nada dering mengalihkan perhatian Erlang dari jalanan yang padat.

“Feni” kata Erlang membaca nama panggilan masuk itu.

Erlang memelankan mobilnya, menjawab panggilan itu. Sebuah Isakan membuat Erlang merem mobilnya di pinggir jalan.

“Kenapa Fen?” tanya Erlang panik.

Masih isakan yang Erlang dengar.

“Feni” panggil Erlang lagi cukup kuat.

“Lang… “ kata , suaranya sedikit parau. Nafasnya juga tidak beraturan.

“Kamu baik-baik aja kan” tanya Erlang kemudian

“Lang… aku jatuh cinta sama kamu”

Mata Erlang membulat mendengar kalimat itu. Sampai kaca jendela mobilnya di ketuk.

Erlang menurunkan kaca mobilnya, mendapati Feni mencoba mengatur nafasnya.

Erlang keluar dari mobilnya, berdiri didepan Feni kemudia mengenggam kedua lengan Feni. Feni berusaha menghirup semua udara disekitarnya, dadanya naik turun tak beraturan.

“kamu ngejar mobil aku” tebak Erlang.

Feni mengangguk.

“aku.. jatuh cinta sama kamu, aku sayang sama kamu”

“aku gak mau kamu terluka nanti malam, aku gak mau kehilangan kamu” lanjut Feni, air mata telah membasahi pipinya.

Dengan lembut tangan Erlang mengusap air mata di kedua belah pipi Feni.

“Kamu gak akan pernah kehilangan aku” kata Erlang kemudian menarik wajah Feni supaya menatapnya. Wajah feni mendongkak menatap kedalam bola mata Erlang.

“Aku akan jaga diri aku dengan baik dan kamu juga” pinta Erlang.

“Aku juga sayang sama kamu” kata Erlang kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Feni. Bibirnya menempel di bibir Feni, ******* pelan bibir atas Feni. Feni memejamkan matanya, merasakan hangat nafas Erlang menerpa pipinya. Erlang kembali ******* bibir manis itu, memiringkan kepalanya, menghisap manisnya bibir merah jambu itu.

Feni memeluk tubuh Erlang erat merasakan hangatnya tubuh Erlang, mengalir ke tubuhnya.

Erlang menarik wajahnya, ia tau Feni dari tadi sulit mengatur nafasnya. Erlang tersenyum pelan, mengusap bibir Feni dengan ibu jarinya.

“ Kayaknya habis ini Andre akan bunuh aku” kata Erlang melirik mobil sedan putih yang terparkir cukup jauh di belakang mobil Erlang.

“Aku gak akan biarkan Andre bunuh kamu” kata Feni manyun.

Erlang tertawa kecil mendengar jawaban polos gadis manis di depannya. Erlang menarik tanganya dari pipi Feni, kemudian mengajak rambut Feni pelan.

“Aku harus pergi, kamu juga harus segera pergi. Aku akan bicara kepada Andre tentang kita nanti setelah semua ini selesai” jelas Erlang.

Feni mengangguk, Erlang ikut mengangguk. Membiarkan Feni berlari ke arah mobil Andre. Begitu Feni masuk ke mobil, Erlang juga masuk ke mobilnya.

Feni memakai seatbeal nya, dengan santai walaupun tau mata Andre yang duduk di kursi pengemudi menatap dia dari tadi.

“Aku gak ingin berdebat apapun sama kamu” kata Feni kemudian menyandarkan kepalanya di jok mobil.

Andre melongos, ia juga merasa tidak saatnya untuk mereka berdebat saat ini. Karena masih banyak hal yang harus dilakukan sekarang ini.

 

***

 

Erlang duduk di sofa di ruangan itu, di sebelahnya duduk Roy. Dihadapannya duduk Ryan yang terlihat tak baik. Wajahnya kusut, rambutnya tampak berantakan.

“Cewek itu belum mati, tapi tampang loe kayak dia habis di kubur” celetuk Roni yang duduk di sudut sebelah kiri.

Ryan lansung menatap Roni, berdiri dengan tangan terkepal dan berhasil melayangkan sebuah pukulan. Roni tidak mengantisipasi itu, ia tak sempat mengelak.

“Jaga mulut loe” kata Ryan menarik krah baju Roni kuat.

Roni tertawa kecil.

“Yan, udh yan..” Roy menarik tubuh Ryan kemudian mendudukkan ia kembali di sofa.

Roni dengan tersenyum mengusap sudut bibirnya yang terasa asin dan perih. Kemudian kembali tertawa kecil.

Erlang hanya diam ia tidak tertarik dengan keributan ini, bukankah semuanya sebentar lagi berakhir. Tapi wajar jika Ryan ngamuk seperti itu. Erlang memakluminya.

Pintu kayu berwarna coklat di belakang Roni terbuka, Marko masuk bersama 2 anak buahnya.

Semuanya berdiri dari duduknya, marko masuk sambil menghisap cerutu di tangan kanannya. Ia kemudian duduk di tempat tadi Roni duduk.

“udah siap semua kan?” tanya nya

“ Udah bos”

“kapal nya datang ke dermaga jam 2 malam, semua anggita kita udah bergerak kesana” jelas Roni.

Marko mangut-mangut,

“kalian udah antisipasi datangnya polisi kan?”

“Udah bos”

“Bagus..”

Terpopuler

Comments

RumahSakit Mesra

RumahSakit Mesra

aaaaaaaaa Kapal aku berlayar

2024-08-15

0

shanum

shanum

kena pelanggaran atau 21+

2022-11-09

0

Nur Haliza

Nur Haliza

oke... aku cmn mw blng, klw aku baper liat Erlang am feni

2021-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!