Marah

Darren mengepal geram setelah melihat cctv rumahnya. Amira keluar di jemput mobil tidak di kenal, Darren segera melacak nomor plat mobil yang membawa Amira.

"Sialan! Wanita itu sudah berani sekali berbuat seenaknya," hardik Darren mengepal geram.

Darren segera menghubungi pengawalnya untuk menjemput Amira dari rumah Lusi.

"Kalian segera sered dia kehadapanku," pekik Darren. Semua pengawal pun segera bergegas pergi untuk menjemput Amira.

Sementara di kamar, Nancy menerima sambungan ponselnya dari suaminya. Darren tidak menyadari bahwa hubungan rumah tangga Nancy baik-baik saja dan tidak ada kata perceraian.

"Hallo sayang," ucap Nancy lesu.

"Kita sudah ada di bandara kau jemputlah kami di sini," ~ Suami Nancy.

"Baiklah, tunggu aku menjemput kalian berdua I love you sayang," seru Nancy mematikan sambungan tlp-nya.

Nancy bergegas membersihkan badannya, dan segera pergi menuju bandara. Darren yang masih di bawah mengenakan kimononya duduk santai sambil meminum kopi.

"Sayang," pekik Nancy berlari kecil ke arah Darren.

"Kau sudah cantik, mau ke mana?" Tanya Darren.

"Nayra sudah pulang dari masa liburannya bersama Neneknya, aku akan menjemput mereka sekarang," seru Nancy duduk di atas pangkuan Darren.

"Pergilah, sampaikan salam ku pada Nayra," ujar Darren.

Mereka pun berpeluk c*um, setelah itu Nancy pergi menggunakan mobilnya. Darren menghembuskan nafasnya kasar, dia segera naik ke atas untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Di rumah Lusi.

Amira masih menangis di pelukan Lusi, dirinya sungguh malang nasibnya. Andai masih ada Ibunya di dunia ini, Amira pasti kuat menjalani ini semua. Sekarang Amira hanya punya Lusi satu-satunya sahabat yang dia punya.

"Kau janji tidak akan menceraikan ini semua kepada siapapun," lirih Amira masih menangis.

"Aku janji, kau tenanglah Amira, Darren memang brengs*k, aku kira dia menerima perjodohan ini tuh bisa menghargaimu," kesal Lusi menatap tajam.

Tidak lama, suara pintu di ketuk oleh anak buah Darren. Pria empat orang pun bersiap untuk menjeput Amira kembali ke rumahnya.

Lusi membuka pintu, dirinya terkejut melihat empat orang memakai baju berjas hitam. Lusi mengerti mereka pasti mencari Amira yang berada di rumahnya.

"Pagi Nyonya, kami mau menjemput Nyonya Amira," ucap salah seorang pria itu.

"Tidak, dia tidak mau kembali ke rumah neraka itu," hardik Lusi menutup kembali pintu rumahnya. Namun, tenaganya tidak cukup sehingga pintu pun berhasil di terobos.

Amira yang sedang membaringkan badannya di tempat tidur pun di paksa untuk segera pulang bersama mereka.

"Nyonya tolong ikut kami," ujar salah seorang pengawal.

"Tidak, aku mau di sini," seru Amira.

"Tidak bisa Nyonya, kau harus ikut bersama kami, kalau tidak Tuan Darren akan marah kepada kita," ujar pria itu.

"Bodo amat, itu bukan urusanku," kesal Amira.

Pria itu, segera menggendong paksa Amira membawanya ke dalam mobil. Lusi yang berteriak pun sudah tidak bisa menyelamatkan Amira dari ke empat Pria itu.

Amira hanya bisa diam di dalam mobil menyelidik kepada empat pria suruhan Darren.

Ingin rasanya Amira mencakar wajah mereka dengan hatinya yang sulit di artikan.

"Lepaskan aku," hardik Amira dari dalam mobil.

"Mohon Nyonya, jangan berteriak, ini di dalam mobil bukan di lapangan bola," ucap salah seorang Pria.

Tidak lama, mobil yang mereka kendarai terjebak macet, entah mengapa mereka bisa terjebak macet pagi-pagi begini.

"Si*l," Pria satu berdecak kesal.

Amira pun, segera mencari alasan untuk bisa keluar dan kabur dari dalam mobil. Setelah lima menit berlalu, Amira memukul kepemilikan kedua Pria yang ada di sisi kiri dan kanannya memakai botol Aqua yang ada di hadapan Amira.

Dengan tergesa, Amira segera membuka pintu mobil. Amira berhasil meloloskan diri, Amira berlari menjauhi mobil mereka tiba-tiba saja.

Buggh...

Amira hampir saja tertabrak oleh mobil mewah berwarna hitam mengkilat. Pria yang ada di dalam mobil itu, segera keluar mobil untuk melihat siapa wanita yang telah hampir dia tabrak.

"Kamu tidak apa-apa," ucap Pria itu.

Amira segera bangkit dan mendongkakan kepalanya menghadap Pria itu. Tidak di sangka Amira terkejut dan segera mundur dari hadapannya.

"Kau," pekik Amira.

Amira berusaha mundur menghindar, Pria itu menyeringai dan segera mencengkram tangan Amira.

"Jangan pergi lagi dariku sayang," bisik Aldo.

Pria yang hampir menabrak Amira itu Aldo, Pria itu sudah lama mencari Amira. Dan sekarang mereka bertemu kembali dengan cara tidak di sengaja.

"Amira berteriak, Pria suruhan Darren pun segera menolong Amira. Aldo berhasil mereka ringkus.

Amira di bawa pergi lagi oleh Pria suruhan Darren. Mau tidak mau, Amira harus kembali ke rumah Darren demi menghindari Aldo yang akan menuntaskan permasalahan mereka waktu lalu.

"Kenapa nasibku sial begini," batin Amira.

Dua puluh menit telah berlalu, mereka sudah sampai di rumah Darren. Saat ini Darren sudah bersiap untuk pergi ke kantor, tapi sebelum berangkat Darren sudah tidak sabar menunggu Amira.

Amira berhasil di bawa kehadapan Darren. Mata Darren menatap tajam ke arah Amira yang saat ini sudah di bawa oleh para pengawalnya.

"Bagus sekali kamu pergi tanpa seijin ku," hardik Darren menampar Amira.

"Kau sangat jahat, untuk apa aku bertahan denganmu kalau kamu hanya menyiksa perasaan dan fisikku saja," timpal Amira.

"Jangan berani melawanku," hardik Darren mencekal kedua pipi Amira, setelah itu menghempaskannya ke lantai.

Amira menangis meraba wajahnya yang terasa panas bekas tamparan dan cengram Darren.

"Kau ibl*s, tidak punya perasaan," hardik Amira.

"Berani sekali kamu melawanku untuk kesekian kalinya! Pengawal bawa dia dan jangan biarkan dia keluar kamarnya," pekik Darren.

Amira pun di paksa di bawa ke dalam kamarnya dan di kunci dari luar. Amira menangis menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Kau sangat jahat Darren," lirih Amira duduk lesu di balik pintu. Air mata terus mengalir dari kedua matanya, Andai Darren tahu kebusukan Nancy. Mungkin dirinya tidak akan terpengaruh oleh Nancy dan bisa menerima Amira.

Andai Darren tahu, Amira'lah yang selalu dia pikirkan selama ini. Wanita yang dia tolong pada saat malam itu.

Di kantor Aldo.

"Aku akan mencari keberadaan Amira, di mana dia sekarang, wanita itu semakin cantik saja. Aku harus segera menemukannya, dia sudah menjadi milikku hahahah," ujar Aldo mengingat pertama kali dia melihat wajah Amira yang begitu cantik.

"Permisi Tuan," ujar sekertaris.

"Hmm"

"Tuan Darren datang ke sini untuk bertemu denganmu," ujar sekertaris itu di dalam sambungan telephone kantor.

"Suruh dia masuk, teman lamaku, kenapa dia tidak langsung suruh masuk," hardik Aldo.

"Maafkan saya Tuan," ujar Sekertarisnya dan segera Aldo menutup sambungan tlp.

Aldo.

JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR.

LIKE

KOMEN

HADIAH

VOTE

RATING 5

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

malang bgt nasib amira

2023-06-21

0

Rizky Weyna

Rizky Weyna

keren an aldo😀😀

2021-12-10

0

Devi Meliawati

Devi Meliawati

ya ampun thoor.pemerannya keren2 banget sih

2021-08-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!