Rencana Nancy

Darren datang ke rumah Nancy, terlihat seisi rumah berantakan dan juga Nayra menangis di pangkuan Nancy. Hati Darren tidak karuan melihat mereka berdua rasanya campur aduk.

"Kamu kenapa,?" tanya Darren seraya langsung menggendong Nayra.

"Suamiku, dia menceraikanku, hik ... hik ...," ujar Nancy menangis.

"Kenapa, jadi begini, di saat aku mau menikah Nancy di ceraikan sial," gerutu Darren.

"Kalian pindah ke apartemenku saja, ayo sayang, kamu ikut Papah," ucap Darren membawa Nancy dan juga Nayra ke dalam mobil.

Hujan mulai reda, di perjalanan Nayra menangis terus, hingga akhirnya dia tertidur. Nancy sampai di apartemen milik Darren yang begitu mewah dan juga banyak perabotan rumah.

"Tidurkan Nayra dulu di kamar, aku menunggumu di ruang tengah," titah Darren.

Nancy menutup pintu kamar supaya Nayra tidak bangun dari tidurnya. Darren mengusap wajahnya kasar, dirinya bingung dengan situasi sekarang.

"Hai, sayang! Apa yang kamu pikirkan,?" tanya Nancy duduk di pangkuan Darren.

"Tidak, apa perceraianmu akan berlangsung,?' tanya Darren.

"Mau, bagaimana lagi, dia menggugatku cerai, aku tidak bisa menahannya lagi. Lagian dia juga selingkuh, apa yang harus aku lakukan, aku harap kamu tidak meninggalkanku," ujar Nancy menatap lembut Darren.

"Ya, aku tidak akan meninggalkanmu," sahut Darren mengecup bib*r Amira dengan lembut dan penuh ga*rah.

"Akhirnya, rencanaku berhasil, biarkan mereka menikah.Tapi aku tidak akan membiarkan Darren menyentuh wanita kampung itu, aku pastikan Darren tidak akan berpaling dariku," batin Nancy.

Mereka pun, menghabiskan malam yang dingin dengan di iringi keringat di badan mereka. Darren membuka baju yang melekat di badan Nancy. Di menelusuri setiap inci tub*h Nancy.

Erangan dari mulut Nancy menggema di area ruangan apartemen itu. Darren memainkan bulatan kecil ujung gunung kembar Nancy, dia juga beralih menidurkan Nancy dan beralih ke bawah untuk mencari sesuatu yang menurutnya membuat ketagihan.

Hingga saatnya mereka berdua bermain bersama lagi, untuk melupakan masalah yang ada di pikirannya, itulah mereka selalu melakukannya. Tidak ada kata lelah dan bosan. Nancy akan memastikan malam pertama Darren bukan dengan Amira, melainkan dengannya.

Nancy selalu membuat Darren puas akan hasr*tnya. Tapi, untuk mencintai lagi, Nancy Darren tidak akan pernah, bagi Darren, Nancy hanya pemuasnya saja selama dia belum menemukan wanita yang tepat untuk hidupnya.

"Lebih cepat sayang," pekik Nancy yang sedang bermain di atas. Semuanya bermain dengan lihai dan membuat yang ada di ruangan itu terisi erangan dari mereka berdua.

"Kau sungguh nikmat dan terima kasih sudah memuaskan diriku," ujar Nancy.

"Itu sih, selalu," sahut Darren dan terlelap tidur sehabis tumbang dari permainnya sendiri.

Nancy, membelai wajah tampan Darren yang kini sedang ia peluk sangat erat.

"Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja," ucap Nancy, mereka pun tertidur di atas sofa.

Di rumah sakit.

Ken, menunggu Amira yang sempat pingsan, semua sudah di tangani dan tidak ada yang serius. Amira hanya kelelahan dan akibat kehujanan, dirinya terkena flu ringan. Ken, memegang erat tangan Amira, dia menatap lekat wajah Amira dengan intens.

"Saat pertama aku melihatmu di kantor, aku sudah mulai menyukaimu. Tapi saat aku tahu kamu di jodohkan sama Tuan Darren, hatiku sakit, andai kita di takdirkan bersama, aku akan menjagamu. Dan semoga saja, Tuan Darren memperlakukanmu lebih baik lagi setelah menikah," ucap Darren sambil terus menatap wajah Amira yang sedang tertidur di hadapannya.

Amira terbangun, ia mengerjap-rejapkan matanya, dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Amira terkejut melihat Ken sudah ada di sisinya dan sedang tersenyum manis kepadanya.

"Pak, Ken," ujar Amira, seketika juga Amira menangis melihat Ken. Betapa malang nasibnya, di tinggalkan dan tidak di anggap oleh calon suaminya. Amira bingung, setelah menikah apakah, wanita itu akan terus mengganggu rumah tangganya. Amira ingin sekali menolak perjodohannya, mungkin Amira akan membicarakan hal ini kepada Clara nanti.

"Kenapa, kamu menangis,?" tanya Ken.

"Tidak, Ken, kau memegang tanganku," pekik Amira kangen sambil merebut tangannya dari Ken.

"Maafkan, a-ku," Ken mendadak gugup.

JANGAN LUPA DUKUNGANNYA BUAT AUTHOR

RATING 5

LIKE

KOMEN

VOTE

HADIAH

Terpopuler

Comments

Maria Magdalena Indarti

Maria Magdalena Indarti

amira sm ken setuju. biar daren menyesal

2023-06-21

0

Dafriani Hambali

Dafriani Hambali

ken sama amira aja ending nya..itu duo nurjana menyebal kan

2021-11-04

0

Nur Aeni Eni

Nur Aeni Eni

kok aku dukung amira sama ken aja ya

2021-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!