Nancy sudah menghias kamarnya dengan lilin dan juga bunga mawar merah. Sebelum menunggu Darren datang, Nancy memakai baju transparan. Nancy duduk di sofa sambil menyilang'kan kakinya, di tegug'nya minuman yang membuat dirinya fresh kembali pikirannya.
Nancy mengambil satu batang rok*k untuk menghilangkan rasa gundah di hatinya. Sudah jam sebelas malam Darren dan Amira belum juga pulang. Nancy mondar-mandir di depan pintu kamarnya.
"Kenapa mereka belum juga pulang," Nancy berdecak kesal.
Tidak lama, terdengar mobil Darren sudah sampai di depan rumah. Wajah Nancy sumringah begitu mendengar suara mobil pujaan hatinya.
"Aku akan menunggumu di kasur empuk kita," seru Nancy berlari kecil ke dalam kamar untuk menyiapkan dirinya.
Sementara di luar rumah, Amira sangat kesal oleh Darren. Sepanjang jalan Darren tidak mengajak ngobrol padanya, Amira merasa dirinya bukanlah Istrinya melainkan Istri simpanan yang tidak di anggap.
Tanpa memperdulikan Amira, Darren segera menuju kamarnya. Di bukalah pintu kamar itu, terlihat banyak lilin di lantai dan juga wangi ruangan itu terasa segar. Bau bunga mawar merah begitu menyengat membuat Darren menyukainya.
Darren melihat sosok wanita cantik seksi memakai baju transfaran yang sedang duduk manis di tepi ranjang.
Gunung kembar itu terlihat sangat seksi, Darren segera menutup pintu kamarnya. Nancy segera menghampiri Darren.
"Aku tahu, kau pasti sudah tidak sabar menungguku," bisik Darren di telinga indah milik Nancy.
"Aku sudah tidak sabar menunggumu," sahut Nancy dengan nada manjanya.
Mereka pun, melakukan pemanasan yang membuat seisi ruangan kamar itu menjadi panas. Berci*man dan saling memeluk dengan erat, tangan Nancy menyusuri kepala Darren. Kec*pan demi kec*pan membuatnya di buat melayang.
Mereka pun segera pindah ke tempat tidur, Nancy melepas baju yang melekat di badan Darren. Terlihat roti sobek itu begitu segar dan menggoda.
Nancy segera mendorong badan kekar milik Darren hingga saat ini Darren berbaring di atas tampat tidur yang penuh dengan bunga mawar.
"Teruslah lakukan," ujar Darren menikmati permainan yang Nancy tunjukan.
Erangan pun keluar dari mul*t mereka berdua, hingga tiba saatnya. Mereka memulainya dengan sangat panas, erangan Nancy membuat Darren semakin berga*rah.
"Lebih cepat," lirih Nancy.
Darren pun memainkannya begitu cepat hingga pada akhirnya sampai puncak pelepasan. Darren pun tumbang di pinggir Nancy, nafas mereka terengah.
"Aku begitu puas," bisik Darren.
Tidak lama ketukan pintu kamar terdengar nyaring di telinga mereka berdua. Amira mengetuk pintu, dari tadi Amira mundar-mandir di depan pintu kamar Darren.
Nancy pun keluar memakai selimbut tebalnya. Nancy sengaja akan memperlihatkan apa yang telah mereka lakukan saat ini. Nancy membuka pintu dengan selimut tebalnya, membuat Amira yang melihat syok.
"Kau," lirih Amira.
"Ada apa kau mengetuk pintu, jangan pernah mengganggu kita yang lagi asyik bercin*," seru Nancy setelah itu menutup pintunya kembali dengan kasar.
"Amira menahan rasa sesak di dadanya, walaupun Amira belum mencintai Darren tapi untuk hal ini, Amira merasa sakit, kenapa Darren malah bercint* dengan wanita lain.
Untuk kesekian kalinya Amira merasa di peras perasaannya oleh Darren. Amira lunglai melihat perempuan lain habis bercin*a dengan suaminya sendiri.
"Kau jahat," lirih Amira.
Amira pun bangkit mengusap air matanya yang mulai berjatuhan. Amira menghubungi Lusi, karena bagi Amira di rumah Darren pun dia tidak di hargai dan malah di jadikan pembantu. Untuk saat ini, Amira akan menghindar dari mereka. Amira akan menenangkan isi pikirannya dulu di rumah Lusi, besok pagi-pagi Amira akan datang lagi ke sini untuk bekerja, setelah selesai Amira pergi lagi ke rumah Lusi.
"Jangan salahkan aku, bila aku pergi dari rumah ini, maafkan aku Clara," lirih Amira melangkah pergi dan menghubungi Lusi sahabatnya untuk menjemputnya.
Tiga jam telah berlalu.
Darren bangun, melihat jam menunjukan sudah jam empat subuh. Darren bangkit dan memakai celana boksernya. Tenggorokannya terasa kering, Darren pun membuka pintu kamarnya untuk turun mengambil air minum. Tidak di sengaja matanya melihat ke arah pintu Amira. Entah mengapa Darren ingin sekali membukanya, pintu knop pintu kamar di buka. Pandangannya melebar, karena tidak ada siapa-siapa di dalam kamar Amira.
"Ke mana dia! Apa dia kabur," desis Darren.
Segeralah Darren turun menuju dapur, tapi di dapur pun masih sunyi sepi tidak ada siapa-siapa.
"Amira ke mana kamu," pekik Darren mengepal geram.
JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR
LIKE
KOMEN
HADIAH
VOTE
RATING 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
berontak Amira. jgn mau direndahkan
2023-06-21
0
Muniroh Mumun
Amira ...sembunyi ....mantap jgn sampe ketemu Darren ...aplg Aldo ....😡😡😡😡
2022-12-22
0
Erlin
Klo aq thu tempat tdr buat berzina aq bakar n g sudi tinggal di rumah itu. Rumah zina jijik.. lbh baik tinggal di rmh kecil hidup biasa tp bahagia.
2022-03-13
0