...🌷Selamat Membaca🌷...
Setelah Tania pergi, Ajeng bangkit dari duduknya dan berjalan ke dalam kamar. Ia ingin mengistirahatkan tubuh dan juga pikirannya yang kacau.
Tak lama setelah matanya terpejam, Ajeng merasakan kasur yang ditidurinya bergerak disusul dengan elusan tangan besar pada kepalanya.
"Sayang, apa kau baik-baik saja?" bisik Radi yang baru sampai dan menemukan istrinya berbaring di ranjang.
Ajeng tak menjawab, ia pura-pura tidur. Sakit rasanya saat melihat Radi yang pura-pura peduli hanya untuk menutupi perselingkuhan yang dilakukannya.
Tidak mendapatkan respon dari sang istri, Radi memilih turun dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
.......
Saat malam menyapa, Ajeng masih belum bangun dari tidurnya. Radi cemas karena istrinya itu belum makan jadi ia berniat untuk membangunkannya.
"Bangun, sayang. Hari sudah malam, kau harus makan, nanti anak kita dalam perutmu kelaparan." Radi yang berjongkok di samping tempat tidur, mengelus pipi merah istrinya yang tengah tidur.
Ajeng menggeliat saat tidurnya terganggu. Perlahan mata wanita itu terbuka, dan mendapati Radi yang tengah memperhatikannya.
"Sudah bangun?" sapa Radi tersenyum.
Ajeng berdecak di dalam hati, apa suaminya itu tidak melihat matanya yang telah terbuka hingga masih menanyakan pertanyaan konyol itu.
Wanita yang sedang hamil muda itu bangkit dari baringnya dan duduk sejenak. Kepalanya terasa pusing, mungkin efek menangis dan juga banyak pikiran. Setelah mengumpulkan sedikit tenaga, akhirnya Ajeng berdiri.
"Sayang!"Radi segera menangkap tubuh Ajeng yang terhuyung ke samping. "Kau tidak apa-apa?" Radi merangkul bahu istrinya.
Tanpa sepatah kata pun, Ajeng menyingkirkan tangan Radi yang bertengger di bahunya. Lalu, berjalan pelan menuju kamar mandi.
Radi memandang punggung ringkih istrinya yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. Ia merasa ada yang aneh dengan tingkah Ajeng, tidak seperti biasanya. Hal itu membuatnya cemas. Apakah telah terjadi sesuatu pada istrinya itu? Nanti akan ia tanyakan.
Menunggu Ajeng keluar, Radi memainkan ponselnya. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk, berasal dari kontak yang diberi nama Bandung. Radi melirik sejenak pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat, setelah itu ia berjalan menuju balkon kamar.
"Ada apa kau menghubungiku?" tanya Radi berbisik.
"..............."
"Sudahlah. Jangan terlalu berlebihan, aku tidak akan ke Bandung dalam waktu dekat ini. Lagi pula sudah ku katakan, aku tidak akan menemuimu lagi sampai anak itu lahir."
"........."
"Tidak usah banyak tingkah, jaga saja kandunganmu baik-baik!"
TIT
Radi langsung mematikan sambungannya. Di saat tubuhnya berbalik, ia terperanjat saat melihat sosok Ajeng yang sudah keluar dari kamar mandi.
"K-kau sudah selesai?" Radi bertanya gugup.
Ajeng tersenyum sinis. Pertanyaan bodoh lagi, pikirnya. "Siapa yang menelpon?" tanya Ajeng penasaran.
"O-orang kantor," jawab Radi bohong.
Ajeng mengangguk paham. Dalam hati ia merutuki kebohongan Radi. Pria itu pikir dia tidak mendengar apa yang telah dibicarakannya di telepon, padahal nyatanya Ajeng mendengar semuanya. Terlebih kalimat terakhir, 'Jaga saja kandunganmu baik-baik'.
"Ayo sayang, kita ke ruang makan. Pelayan sudah menyiapkan semuanya."
Ajeng pasrah ketika Radi menggandengnya keluar dari kamar. Saat ini ia mencoba bersikap sewajarnya, tidak ingin membuat Radi curiga dan bertanya-tanya akan sikapnya. Biarlah seperti ini terlebih dahulu, sebelum Ajeng siap untuk mengambil keputusan.
.......
Maya memandang ponselnya nanar. Ia merindukan Radi hingga memutuskan untuk menghubungi pria itu. Namun, yang didapatnya hanya kekecewaan. Radi sama sekali tidak memikirkan perasaannya.
Beginilah nasibnya sebagai wanita malang, yang harus mengandung tanpa adanya ikatan pernikahan. Ia pasti sudah membuat ibunya merasa sedih karena memiliki anak memalukan seperti dirinya. Dan juga sang ayah ... entahlah, ia tidak ingin lagi memikirkan pria tua yang pemaksa itu.
"Kau tenang saja, sayang. Ibu akan memastikan jika kau akan mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah." Janji Maya sembari mengelus perut buncitnya. Ia sudah tidak sabar menunggu kedatangan buah hatinya yang diketahui berjenis kelamin laki-laki itu.
.......
Cakra bangkit berdiri setelah menyelesaikan makan malamnya. "Aku tunggu di kamar!" Setelah mengatakannya, pria itu berlalu dari hadapan sang istri.
Silvia tersenyum girang, malam ini ia akan melayani Cakra dengan maksimal hingga pria itu melupakan kekesalannya dan berbalik tunduk di bawah kuasanya.
Wanita berambut lurus sebahu itu bergegas masuk ke dalam kamar. Di sana Cakra sudah menanti dirinya untuk menghabiskan malam bersama.
"Aku akan bersiap-siap." Silvia yang hendak masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba ditarik paksa oleh Cakra.
"Tidak perlu," ucap Cakra dingin. Pria itu langsung menghempaskan tubuh Silvia di ranjang dan menindihnya.
Silvia tersenyum puas, sepertinya Cakra sudah tidak tahan untuk merasakan kenikmatan darinya. Padahal tadi dia berniat menggoda suaminya terlebih dahulu dengan lingerie seksi yang sudah disiapkannya, tapi apa boleh buat.
Tanpa basa-basi Cakra langsung membuka celana pendek yang digunakan Silvia beserta **********. Jemari panjangnya segera bekerja di tempat kenikmatan istrinya itu, Silvia mendesah karenanya. Setelah dirasa cukup basah, Cakra memasukkan senjatanya yang mulai tegang ke dalam sana, membuat Silvia menjerit. Entah jeritan nikmat atau kesakitan.
Cakra terus memompa inti tubuh istrinya dengan cepat, sampai kemudian ia merasa akan mendapatkan klim*ksnya. Pria itu menyemburkan benihnya ke dalam rahim Silvia, setelah di rasa cukup, tanpa aba-aba ia mencabut miliknya, membuat Silvia kembali menjerit.
"Bersihkan dirimu!" Cakra bangkit setelah mengucapkan kalimat singkat itu. Ia berjalan menuju kamar mandi.
Silvia merasa sakit di bagian bawah tubuhnya, pemanasan yang tidak memadai membuat bagian bawahnya nyeri saat Cakra melakukannya. Ia merasa terhina, Cakra seperti sedang memperk*sanya. Tidak ada ciuman dan cumbuan, suaminya itu langsung ke intinya. Dan yang paling menyebalkan, pria itu masih memakai lengkap pakaiannya, hanya celana saja yang sedikit dilorotkan.
"Awas kau, Mas ..." desisnya. Wanita itu bangkit dan membersihkan cairan yang mengotori bawah tubuhnya dengan tisu basah yang diambil dari dalam laci nakas. Setelah memasang kembali celananya, Silvia memutuskan untuk tidur. Ia benar-benar lelah malam ini, bukan mendapatkan kenikmatan malah merasakan penghinaan.
Beberapa saat kemudian, Cakra keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh segar. Ia menatap Silvia yang sudah tidur, terbesit rasa bersalah di hatinya. Seharusnya ia tidak memperlakukan istrinya itu seperti tadi, tapi kala mengingat kesalahan fatal yang sudah dilakukan Silvia, ia segera menepis rasa bersalah itu. Wanita itu pantas mendapatkannya, dan satu lagi, Cakra menyentuh Silvia hanya untuk mendapatkan keturunan saja. Cinta dan gairahnya sudah lenyap entah ke mana.
.......
Radi memasuki kamarnya setelah menghabiskan waktu cukup lama di ruang kerja. Ia disambut oleh penampilan Ajeng yang cantik dan menggoda. Gaun malam tipis dan transparan yang membungkus tubuh istrinya, membuat lib*do Radi meningkat pesat.
"Sayang ..." Radi naik ke atas ranjang menghampiri wanitanya yang sedang menatap sesuatu di ponselnya.
Pria itu merampas ponsel Ajeng dan menyimpannya di atas nakas. Setelahnya ia langsung mencumbu bibir istrinya dengan nafsu.
Ajeng sempat terhanyut, namun pikiran jernihnya kembali bekerja. Ia mendorong tubuh Radi agar tautan mereka terlepas.
"Kenapa, sayang?" tanya Radi dengan napas memburu. Gairah pria itu sepertinya tidak bisa ditahan lagi. Kembali ia menerjang istrinya. Dicium dan dij*latnya leher jenjang itu dengan rakus.
"Berhenti!" Kali ini Ajeng mendorongnya cukup kuat, membuat Radi terjengkang ke belakang.
...Bersambung...
...Jangan lupa Vote & Comment ya, Readers......
...🙏🏻😊...
...Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Cut Nyak Dien
gmn rsanya tu silvi g dpt kepuasan,he he he
2021-04-29
1