Decision

...🌷Selamat Membaca🌷...

Dua minggu berlalu begitu cepat. Selama itu Radi sama sekali tidak membiarkan Ajeng melakukan apapun, bahkan beranjak dari rumah saja tidak diizinkannya. Pria itu sengaja pulang cepat setiap harinya hanya karena ingin lebih banyak waktu dengan istrinya yang tengah hamil muda. Rasanya, tidak ingin ia lewatkan setiap detik pun perkembangan calon buah hatinya yang tengah bersemayam di rahim Ajeng.

"Sayang, mau makan apa lagi? Biar aku carikan." Dari lima menit yang lalu Radi setia mengelus perut Ajeng yang saat ini sedang fokus menyaksikan acara komedi di televisi.

Wanita itu meraih tangan Radi dan menjauhkannya dari perut. "Ish ... kau lihat tidak, perutku ini sudah buncit, bukan karena babynya yang tambah besar tapi karena kau memaksaku makan terus dua minggu ini. Lihat! Lemak perutku bertambah" protes Ajeng kesal.

Radi ciut, niatnya baik, ingin istri dan calon anaknya mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi setiap hari, tapi ternyata hal itu membuat Ajeng marah. "Maafkan aku, sayang."

Deg

"Ma-maksudku bukan begitu, Mas. Aku sedang tidak lapar saat ini. Jika nanti aku menginginkan sesuatu, akan ku beritahu padamu." Ajeng merasa sedikit bersalah. Tidak seharusnya ia membentak Radi padahal suaminya itu bermaksud baik. Salahkan saja hormon kehamilan yang membuat dirinya sensitif belakangan ini.

"Iya, aku mengerti." Radi masih terlihat murung, membuat Ajeng meringis.

"Sayang, babynya ingin jus mangga," bisik Ajeng di telinga Radi.

Pria itu menoleh cepat, matanya seketika berbinar. "Akan segera datang." Lantas berlari ke dapur untuk membuatkan pesanan.

Ajeng dari tempat duduknya hanya bisa terkekeh. Suaminya memang begitu pengertian, membuatnya semakin cinta.

.......

Berbeda dengan hubungan Radi–Ajeng yang semakin lengket, rumah tangga Cakra–Silvia justru sebaliknya. Sudah dua minggu Cakra tidak mengacuhkan istrinya. Ia memilih menyibukkan diri di kantor, sampai pernah beberapa kali tidak pulang. Alasannya simple, ia masih tidak bisa memaafkan perbuatan Silvia yang dengan sengaja telah melenyapkan calon anak mereka.

"Bos, kau tidak pulang lagi hari ini?" tanya Eko. Pria itu adalah sahabat yang sekaligus merangkap sebagai sekretaris Cakra. Sudah jam sepuluh malam, tapi bosnya itu masih berada di dalam ruangan kantornya.

"Tidak," jawab Cakra singkat.

Eko menarik kursi di depan Cakra dan mendudukinya. Pria itu menatap sang sahabat yang nampak murung beberapa hari ini.

Drrrtt ... drrrtttt ...drrrtt ...

Ponsel Cakra yang berada di atas meja bergetar. Eko bisa melihat dengan jelas nama siapa yang tertera sebagai pemanggil dari layar ponsel bosnya yang menyala.

"Kenapa tidak kau angkat panggilan dari istrimu?" tanyanya.

"Tidak penting." Begitu jawab Cakra. Pemimpin dari perusahaan Adibrata itu terlihat sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang dikerjakannya sedari tadi, karena setahu Eko, pekerjaan Cakra sudah beres dari tadi sore.

"Kau ada masalah dengan istrimu?" tebak Eko. Dilihat dari sikap Cakra yang mengabaikan panggilan istrinya, jelas jika hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.

"Hm." Lagi dan lagi hanya kata singkat yang dikeluarkan Cakra.

Eko mendesah lelah melihat kelakuan sahabatanya. "Jika ada masalah sebaiknya dibicarakan baik-baik, jangan dibiarkan berlarut-larut. Sudah dua minggu ini ku lihat kau sering menghabiskan malam di kantor. Kasihan istrimu yang menunggu di rumah," jelas Eko bijak.

Cakra mendengus mendengar perkataan terakhir Eko. Apa katanya, Silvia sedang menunggu di rumah? Tidak salah? Yang ada dia lah pria menyedihkan yang selalu menunggu kepulangan sang istri di rumah. Selalu.

Eko tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri tempat duduk Cakra. "Kau tahu kan, jika masalah tidak akan pernah selesai jika kau memilih menghindarinya." Ia menepuk pelan pundak Cakra memberi semangat. "Kalau begitu aku pulang dulu, Novi dan anak-anak pasti sudah menunggu," pamitnya kemudian.

Tinggallah Cakra seorang diri di dalam ruangan luas itu, kini. Ditutupnya laptop yang sedari tadi menyala. Tubuh letihnya ia sandarkan di kursi kebesaran. Sungguh, Cakra sangat iri dengan sahabatnya. Mendapatkan istri yang siap sedia mengurus rumah tangga, diberkahi dengan sepasang buah hati yang menggemaskan. Kapan dirinya bisa seperti itu?

Jawabannya hanya ada satu, selama Silvia masih menjadi istrinya, dua hal seperti itu tidak akan mungkin didapatkannya. Jadi ... Apa langkah selanjutnya yang harus dia lakukan?

Berpisah?

Cakra langsung bangkit, mengenakan jasnya dan bergegas pulang.

.......

"Dari mana saja, kau?" Cakra duduk memangku tangan di sofa ruang tamu rumahnya. Ia menatap tajam wanita yang sudah membuatnya menunggu selama tiga jam, siapa lagi kalau bukan Silvia. Ia pikir saat dirinya sampai di rumah, wanita itu sudah berada di sana, tapi ternyata ... ah sudahlah.

"Mas, kau akhirnya pulang. Aku begitu merindukanmu." Silvia berlari lantas memeluk tubuh Cakra.

Hanya sebentar, sampai pria mendorong tubuh Silvia menjauh darinya. "Kau bau alkohol," sentaknya.

"Ya. Aku baru saja pulang minum dari club." Silvia terlihat mabuk. Ia kembali berjalan sempoyongan menghampiri Cakra dan ingin memeluknya, tapi sigap pria itu mengelak. "Eh ... kenapa? Kau tidak merindukanku, sayang?" tanya Silvia cemberut.

Cakra mencoba menahan emosinya. Wanita seperti apa yang sudah ia nikahi ini. Tiba-tiba kepalanya menjadi pusing.

"Mas Cakra ..." Silvia kembali mendekat dan langsung saja menggerayangi tubuh Cakra. Saat ia hendak mencium suaminya itu, Cakra langsung mendorong tubuh Silvia. Ia sungguh mual mencium bau alkohol dari mulut wanitanya itu

"Kau mabuk, sebaiknya tidur saja." Dipapahnya tubuh lemas itu ke kamar dan ditidurkannya. Tak lama, Silvia sudah jatuh ke alam mimpi.

Selesai menyelimuti istrinya, Cakra beranjak ke kamar tamu. Untuk malam ini, ia akan tidur di sana.

...🥀 🥀 🥀...

Silvia membuka kedua mata saat silau cahaya mengusik tidurnya. Seusai menyesuaikan bola mata dengan pencahayaan yang ada, ia lalu bangkit untuk duduk. Kepalanya terasa berdenyut akibat semalam menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol.

"Sudah puas tidurnya, tuan putri?" Sindiran itu keluar dari mulut Cakra yang saat ini tengah berdiri bersandar di depan dinding sembari memangku tangannya di dada.

"Mas?" Silvia keget melihat penampakan suaminya yang beberapa waktu belakangan ini jarang terlihat di rumah. "Kau sudah pulang?" tanyanya.

"Dari semalam," jawab Cakra. Tidak ada ekspresi apapun yang terlihat di muka pria itu. Hanya raut datar dan dingin yang ditampakkannya.

Silvia tertunduk sembari merutuki dirinya sendiri. Stress yang dirasakannya karena telah gagal mendapatkan jabatan ditambah sikap Cakra yang berubah dingin, membuat dirinya mumet dan berakhir di sebuah club malam.

"Bersihkan dirimu, ku tunggu di ruang makan!" Setelah mengatakan itu Cakra pun keluar kamar.

.......

Seperti biasa, mereka makan dalam keadaan hening. Silvia merasa cemas, dilihat dari ekspresi dingin suaminya, ia menebak sesuatu yang tidak baik pasti akan segera terjadi pada dirinya setelah ini.

Cakra bangkit terlebih dahulu, ia membersihkan bekas makannya dan membawa piring juga gelas kotor ke dapur.

"Ku tunggu di ruang tengah!" Sekembalinya dari dapur, Cakra berkata sambil lalu.

Perasaan Silvia semakin tidak enak, ia memilih menyudahi sarapannya karena memang sudah tidak bernafsu lagi, kemudian segera beranjak menuju ruang tengah sesuai pinta Cakra. Di sana suaminya sudah duduk dengan tenang di salah satu sofa. Setelah sampai, Silvia langsung duduk di seberang suaminya.

"Jelaskan, apa maksudnya ini?" Tanpa basa-basi, Cakra meletakkan sebuah botol ke atas meja, tepat di hadapan istrinya. Botol yang tak lain adalah botol pil penggugur kandungan milik Silvia yang sempat diambilnya sebagai barang bukti.

Silvia mematung di tempatnya. Ia menatap nanar botol yang kini tergeletak di atas meja.

"Jelaskan!" titah Cakra dengan suara yang sedikit meninggi.

Silvia menelan susah salivanya. Ia tak berani mengangkat kepala untuk menatap langsung pada Cakra. Ia sungguh takut.

"Obat apa ini?" tanya Cakra lagi. Ia menatap tajam Silvia yang sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"I-ini hanya obat untuk sa-sakit kepala." Akhirnya Silvia menjawab, meski harus berbohong. Jika ia mengatakan sejujurnya, ia takut suaminya murka.

Cakra tersenyum sinis, walau Silvia tidak bisa melihatnya karena wanita itu masih menundukkan kepala. "Oh, jadi obat ini bisa menyembuhkan sakit kepala sekaligus menggugurkan kandungan, begitu?"

Deg

Sarkasme dari Cakra membuat Silvia mendongak. Wajah cantik wanita itu berubah pucat pasi, tubuhnya bergetar hebat.

"Ma-maksudmu apa, Mas?" Sekarang Silvia mengerti apa yang menjadi sebab berubahnya sikap Cakra belakangan ini. Jadi, kebusukannya sudah diketahui.

"Sudahlah, jangan pura-pura bodoh. Aku hanya ingin tahu alasanmu, kenapa kau membunuh calon ANAKKU!" tekan Cakra diakhir katanya.

Deg

"Ma-maafkan aku ..." Kepala itu kembali menunduk.

"Seharusnya jika kau tidak mau mengandung anakku, katakan saja!" ucap Cakra.

Silvia mendongak untuk kedua kalinya, merasa bingung dengan perkataan yang baru saja diucapkan Cakra. Namun, nyatanya perkataan itu belumlah usai, karena setelahnya, Silvia seperti mati berdiri mendengar kelanjutannya.

"Aku bisa mencari wanita lain yang mau mengandung dan melahirkan anakku."

Deg

Silvia kalang kabut. "A-apa maksudmu, Mas? Mencari wanita lain sementara kau sudah memilikiku sebagai istrimu."

Cakra tertawa. "Apa, istri?"

Wanita itu terdiam melihat reaksi Cakra.

"Istri macam apa yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan suaminya, istri macam apa yang membiarkan suaminya sering kesepian di rumah, istri macam apa yang dengan tega membunuh calon anak yang sudah diimpi-impikan oleh suaminya. COBA KAU JELASKAN, ISTRI MACAM APA ITU, HAH?" Diakhir kalimat Cakra tak dapat lagi menahan emosinya. Perasaannya meluap seketika, semua beban di hati ia keluarkan begitu saja.

Silvia tercekat, ia ketakutan setengah mati melihat wajah merah padam suaminya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya untuk menyangkal, karena apa yang diucapkan Cakra adalah benar. Selama ini ia sering mengabaikan suaminya itu.

"Sebaiknya kita berpisah saja."

Deg

"Tidak ... tidak, jangan Mas. Aku tidak ingin berpisah." Silvia menghampiri Cakra dan berjongkok di kaki suaminya. Ia memohon-mohon agar Cakra tidak menceraikannya. Air mata sudah bercucuran dari mata indah wanita itu.

"Aku mencintaimu, Mas. Aku tidak akan sanggup hidup jika tidak ada dirimu, di sisiku," ucap Silvia mengiba. Ia mencintai Cakra, pria tampan dan mapan yang bisa mengangkat derajatnya. Tak akan ia biarkan pria sesempurna Cakra lepas dari genggamannya apalagi sampai jatuh ke pelukan wanita lain. Sungguh tak rela dirinya jika itu sampai terjadi. Cakra hanya miliknya sampai kapan pun itu.

Cakra memandang datar wanita yang tengah bersimpuh dan menangis di kakinya. Cintanya pada wanita itu seperti batu yang terkikis air hujan. Batu yang begitu kuat akan hancur juga jika terus dihujam oleh tetesan air hujan, begitu pula cintanya pada Silvia, habis terkikis oleh kebohongan dan juga kesakitan yang diberikan wanita itu.

"Keputusanku sudah bulat. Kita akan bercerai!"

Setelah mengatakan itu, Cakra pergi meninggalkan Silvia yang tergugu menangis di lantai.

.... ...

"Rasanya tidak ingin berangkat ke kantor. Ingin di rumah bersamamu dan baby," rajuk Radi seperti anak kecil.

"Ya Tuhan, jangan berlebihan. Jika kau tidak bekerja, mau diberi makan apa anakku kelak," protes Ajeng yang kesal karena Cakra ogah-ogahan berangkat bekerja, padahal ia sudah berada di ambang pintu untuk melepas kepergiaan suaminya itu.

"Baiklah." Pria itu menurut pasrah. Sebelum pergi ia cium seluruh permukaan wajah sang istri, tak lupa perut yang kini tengah bersemayam darah dagingnya.

"Baby, tolong jaga Ibumu ya, tegur dia kalau masih melakukan pekerjaan rumah!" peringatan Radi pada janin dalam kandungannya membuat Ajeng tertawa kecil. Lucu sekali suaminya ini.

"Sudah, sana pergi!" usir Ajeng.

"Iya sayang, hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku."

"Iya, sayang."

Cup

"Sekali lagi, hehe."

Radi langsung berlari kecil ke arah mobilnya setelah mencuri satu kecupan kilat di bibir sang istri.

Baru saja duduk di kursi kemudi, ponsel Radi berbunyi. Sebuah pesan dari nomor seseorang yang beberapa hari ini diberinya tugas.

08××××××××××

[Kami sudah berhasil menangkap orang itu, sekarang dia berada di markas kami]

...Bersambung...

...Jangan lup Vote & Comment ya, Readera ......

...🙏🏻😊...

...Terima kasih...

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

tolol jg s bagas knp ngrim bukti y ga liat2 dlu apa s ajeng ada d rumah ga nya

2022-11-16

1

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien

nah looooo ketangkep kn ,emng dwit jadi raja pkok e

2021-04-29

4

lihat semua
Episodes
1 A Betrayal
2 Affair
3 Ungrateful
4 Pion
5 Dinner
6 Lies
7 Honesty
8 Truth
9 In Love
10 Baby
11 (Un)Wanted Child
12 (Un)Wanted Child 2
13 Downhearted
14 Decision
15 Family
16 Old Story
17 Revenge
18 Rottenness
19 Shattered
20 Mistress
21 Meet
22 Crestfallen
23 Dismissive
24 Errancy
25 Mess
26 Separate
27 Dilemma
28 Missunderstanding
29 Weary
30 Surfeited
31 Protect
32 Shelter
33 Lonesome
34 Distress
35 Fed Up
36 Visual Cerita
37 First Love
38 Lesson
39 Lust
40 Rely on Me
41 We are With You
42 Not Mine
43 Such A Coward!
44 Repentance
45 Unexpected Meeting
46 Disgraceful Daughter
47 The Tricky Problem
48 Disclosed
49 Acquisitive
50 Hesitate?
51 Show Up
52 Resentful
53 Premature
54 Interception
55 Let You Go
56 Perfect Woman
57 Custody
58 First Congregation
59 Pregnant
60 Stress
61 Fastener
62 Double Think
63 Ignore
64 Comfort & Love
65 I Love Him
66 Two Fathers
67 Miscarriage
68 Lifting the Charge
69 Three Months Later
70 Radi was Trouble
71 Wedding Party
72 Circle
73 Hopes
74 Young Widow (Radi-Rina)
75 Prospective In-Law (Cakra-Ajeng)
76 Planning
77 Mom's Advice (Fadhil-Maya)
78 Blessing
79 May I Kiss You?
80 Rejection (Fadhil-Maya)
81 Memory of The Past (Fadhil-Maya)
82 Remembrance
83 Longing (Fadhil-Maya)
84 Indisputable (Fadhil-Maya)
85 Ideal Type
86 Engagement Day
87 Married with(out) Love
88 Already Married
89 Happy Wedding
90 First Morning
91 Father & Daughter
92 Husband's Song
93 The Caring Husband
94 The Marriage Proposal
95 Trauma
96 Cold
97 Ajeng's Suggestion
98 Radi's in a Bad Mood
99 Finally...
100 Love Struck
101 Emotional
102 Ex-Wife (Fadhil)
103 Sick
104 Hospital
105 Gift from God
106 I'm Pregnant
107 The Happiness
108 A Hidden Son
109 Cravings
110 Blessings (Triple R)
111 Dream Wedding
112 StepMother (Disa-Randi)
113 Preparation
114 Tense
115 Heart Attack
116 First Night
117 Photo Album
118 Sweet Punishment (18+)
119 Pain & Happiness
120 Queasy
121 Birthday
122 Couples
123 Two Years Later
124 Remorse
125 Ending
126 Ekstra Part
127 Ekstra Part 2
128 Season 2 - 1. SMA Garda Satya
129 Season 2 - 2. Black and Blue
130 Season 2 - 3. Ke Rumah Ayah
131 Season 2 - 4. Curhat
132 Season 2 - 5. Gadis Cupu
133 Season 2 - 6. Niat Baik
134 Season 2 - 7. Ternyata Sepupu
135 Season 2 - 8. Pendekatan
136 Season 2 - 9. Perubahan
137 Season 2 - 10. Cemburu?
138 Season 2 - 11. Kehilangan
139 Season 2 - 12. Menerima Keadaan
140 Season 2 - 13. Pernyataan Cinta
141 Season 2 - 14. Dilarang Pacaran
142 Season 2 - 15. Melanggar Aturan
143 Season 2 - 16. Romantisme Pasangan
144 Season 2 - 17. Bungsu Tak Jadi
145 Season 2 - 18. Takut Kehilangan
146 Season 2 - 19. Beberapa Bulan Kemudian
147 Season 2 - 20. Rencana Liburan
148 Season 2 - 21. Syarat Dari Ayah
149 Season 2 - 22. Santorini ala Labuan Bajo
150 Season 2 - 23. Sunset
151 Season 2 - 24. Rangko Cave & Bukit Cinta
152 Season 2 - 25. Patah Hati
153 Season 2 - 26. Ciuman Pertama
154 Season 2 - 27. Bahagianya Punya Banyak Anak
155 Season 2 - 28. Pulang Liburan
156 Season 2 - 29. Kecurigaan Radi
157 Season 2 - 30. LDR
158 Season 2 - 31. Tak Ingin Terluka
159 Season 2 - 32. Kepanikan
160 Season 2 - 33. Lalai
161 Season 2 - 34. Bayi Laki-laki
162 Season 2 - 35. Ajeng Siuman
163 Season 2 - 36. Keberuntungan
164 Season 2 - 37. Menggendong Azka
165 Season 2 - 38. Boncengan
166 Season 2 - 39. Saingan
167 Season 2 - 40. Gebetan
168 Season 2 - 41. Welcome Home Baby Atharrazka
169 Season 2 - 42. Cinta Arjuna
170 Season 2 - 43. Pendekatan
171 Season 2 - 44. Cemburu
172 Season 2 - 45. Ketemu Bule
173 Season 2 - 46. Ancaman
174 Season 2 - 47. Ketahuan
175 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 175 Episodes

1
A Betrayal
2
Affair
3
Ungrateful
4
Pion
5
Dinner
6
Lies
7
Honesty
8
Truth
9
In Love
10
Baby
11
(Un)Wanted Child
12
(Un)Wanted Child 2
13
Downhearted
14
Decision
15
Family
16
Old Story
17
Revenge
18
Rottenness
19
Shattered
20
Mistress
21
Meet
22
Crestfallen
23
Dismissive
24
Errancy
25
Mess
26
Separate
27
Dilemma
28
Missunderstanding
29
Weary
30
Surfeited
31
Protect
32
Shelter
33
Lonesome
34
Distress
35
Fed Up
36
Visual Cerita
37
First Love
38
Lesson
39
Lust
40
Rely on Me
41
We are With You
42
Not Mine
43
Such A Coward!
44
Repentance
45
Unexpected Meeting
46
Disgraceful Daughter
47
The Tricky Problem
48
Disclosed
49
Acquisitive
50
Hesitate?
51
Show Up
52
Resentful
53
Premature
54
Interception
55
Let You Go
56
Perfect Woman
57
Custody
58
First Congregation
59
Pregnant
60
Stress
61
Fastener
62
Double Think
63
Ignore
64
Comfort & Love
65
I Love Him
66
Two Fathers
67
Miscarriage
68
Lifting the Charge
69
Three Months Later
70
Radi was Trouble
71
Wedding Party
72
Circle
73
Hopes
74
Young Widow (Radi-Rina)
75
Prospective In-Law (Cakra-Ajeng)
76
Planning
77
Mom's Advice (Fadhil-Maya)
78
Blessing
79
May I Kiss You?
80
Rejection (Fadhil-Maya)
81
Memory of The Past (Fadhil-Maya)
82
Remembrance
83
Longing (Fadhil-Maya)
84
Indisputable (Fadhil-Maya)
85
Ideal Type
86
Engagement Day
87
Married with(out) Love
88
Already Married
89
Happy Wedding
90
First Morning
91
Father & Daughter
92
Husband's Song
93
The Caring Husband
94
The Marriage Proposal
95
Trauma
96
Cold
97
Ajeng's Suggestion
98
Radi's in a Bad Mood
99
Finally...
100
Love Struck
101
Emotional
102
Ex-Wife (Fadhil)
103
Sick
104
Hospital
105
Gift from God
106
I'm Pregnant
107
The Happiness
108
A Hidden Son
109
Cravings
110
Blessings (Triple R)
111
Dream Wedding
112
StepMother (Disa-Randi)
113
Preparation
114
Tense
115
Heart Attack
116
First Night
117
Photo Album
118
Sweet Punishment (18+)
119
Pain & Happiness
120
Queasy
121
Birthday
122
Couples
123
Two Years Later
124
Remorse
125
Ending
126
Ekstra Part
127
Ekstra Part 2
128
Season 2 - 1. SMA Garda Satya
129
Season 2 - 2. Black and Blue
130
Season 2 - 3. Ke Rumah Ayah
131
Season 2 - 4. Curhat
132
Season 2 - 5. Gadis Cupu
133
Season 2 - 6. Niat Baik
134
Season 2 - 7. Ternyata Sepupu
135
Season 2 - 8. Pendekatan
136
Season 2 - 9. Perubahan
137
Season 2 - 10. Cemburu?
138
Season 2 - 11. Kehilangan
139
Season 2 - 12. Menerima Keadaan
140
Season 2 - 13. Pernyataan Cinta
141
Season 2 - 14. Dilarang Pacaran
142
Season 2 - 15. Melanggar Aturan
143
Season 2 - 16. Romantisme Pasangan
144
Season 2 - 17. Bungsu Tak Jadi
145
Season 2 - 18. Takut Kehilangan
146
Season 2 - 19. Beberapa Bulan Kemudian
147
Season 2 - 20. Rencana Liburan
148
Season 2 - 21. Syarat Dari Ayah
149
Season 2 - 22. Santorini ala Labuan Bajo
150
Season 2 - 23. Sunset
151
Season 2 - 24. Rangko Cave & Bukit Cinta
152
Season 2 - 25. Patah Hati
153
Season 2 - 26. Ciuman Pertama
154
Season 2 - 27. Bahagianya Punya Banyak Anak
155
Season 2 - 28. Pulang Liburan
156
Season 2 - 29. Kecurigaan Radi
157
Season 2 - 30. LDR
158
Season 2 - 31. Tak Ingin Terluka
159
Season 2 - 32. Kepanikan
160
Season 2 - 33. Lalai
161
Season 2 - 34. Bayi Laki-laki
162
Season 2 - 35. Ajeng Siuman
163
Season 2 - 36. Keberuntungan
164
Season 2 - 37. Menggendong Azka
165
Season 2 - 38. Boncengan
166
Season 2 - 39. Saingan
167
Season 2 - 40. Gebetan
168
Season 2 - 41. Welcome Home Baby Atharrazka
169
Season 2 - 42. Cinta Arjuna
170
Season 2 - 43. Pendekatan
171
Season 2 - 44. Cemburu
172
Season 2 - 45. Ketemu Bule
173
Season 2 - 46. Ancaman
174
Season 2 - 47. Ketahuan
175
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!