...🌷Selamat Membaca🌷...
"Mas Radi, aku hamil."
Bagai disambar petir di siang bolong, begitulah perasaan kaget yang hampir menghentikan seluruh aliran darah seorang pengusaha tampan bernama Radi.
Ia tercenung, mencoba mencerna maksud dari wanita bersurai coklat sepunggung yang duduk di hadapannya.
"Omong kosong!" pekiknya kemudian. "Bagaimana mungkin? Kau jangan mengada-ada!" protesnya tak percaya.
Wanita yang sedikit terkejut itu perlahan mengangsurkan sebuah benda pipih ke hadapan Radi. Di sana ada sebuah testpeck dengan garis dua yang sangat jelas. Radi memungut benda itu dan menatapnya nanar. "Tidak mungkin!" lirihnya.
"Mungkin saja. Kita pernah melakukannya dan sekarang hasilnya ada di dalam perutku ini." Si wanita mengulas senyum sambil mengelus perut rata di balik gaun berwarna ungu miliknya.
"Kita melakukannya hanya sekali, tidak mungkin akan jadi secepat ini!" Radi masih menyangkal. Ia sama sekali tidak percaya pada ucapan wanita yang mengaku hamil karena dirinya. Istrinya saja yang sudah setengah tahun dinikahi bahkan belum mengandung sampai sekarang. Bayangkan saja, berapa kali dia menyiram benih ke rahim istrinya itu.
Wanita berparas cantik itu mencoba tetap tenang, walau dalam hati merasa gelisah luar biasa. Ia takut pria yang pernah menidurinya itu tidak mau bertanggung jawab dan memintanya menggugurkan kandungan. "Kita melakukannya saat aku dalam masa subur. Kemungkinan berhasilnya sangat besar." Ia coba meyakinkan.
Radi memandang wanita di depannya penuh curiga, yang ditatap tampak duduk resah di tempatnya. "Malam itu aku tahu satu hal, aku bukan pria pertama yang menyentuhmu. Bisa saja kan, kau sudah hamil anak pria lain sebelum bertemu denganku."
PLAKKK
Satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi Radi. Pelakunya tak lain, tak bukan adalah wanita itu. Ditatapnya pria itu dengan amarah memuncak, matanya yang sedikit sipit berkilat penuh emosi. "Semua pria sama saja, berani melakukan tapi tidak berani bertanggung jawab. Dasar pengecut!" Setelah berteriak mengeluarkan isi hatinya, si wanita pergi meninggalkan Radi yang terdiam duduk di bangkunya.
.......
Radi memandang wanita yang tengah berselonjor kaki duduk di depan televisi. Setoples keripik kentang berada di tangannya. Mata itu fokus menyaksikan siaran di layar persegi yang menayangkan drama romantis.
Pandangan Radi turun ke arah perut buncit wanita itu, kandungannya kini sudah berusia 7 bulan. Dua bulan lagi dia akan menjadi seorang ayah, tapi kenapa rasanya hampa, sama sekali tidak ada rasa bahagia padahal sebentar lagi akan berganti status. Apakah itu karena anak yang akan lahir bukan berasal dari rahim wanita yang ia cintai? Bisa jadi.
Sungguh. Radi menyesal. Jika saja malam itu, saat hujan turun lebat dan angin bertiup kencang, ia bisa menahan birahinya sebentar saja, semua ini tidak akan terjadi. Kehidupan rumah tangganya pasti akan terasa damai tanpa ada wanita lain di dalamnya. Kini, menyesal pun tiada guna. Semua sudah terjadi, yang bisa ia lakukan sekarang adalah bertanggung jawab pada wanita itu dan anak dalam kandungannya.
"Mas ..." Si wanita menghampiri dan duduk di sebelah Radi. Ia memeluk lengan pria itu dan bersandar manja di dadanya. Rupanya tingkah si wanita dipicu oleh adegan romantis yang dilihatnya di televisi. Nampak dua insan di dalam layar tengah bercumbu mesra. Ternyata ia juga menginginkannya.
"Ada apa, May?" tanya Radi datar. Tidak ada nada mau pun ekspresi yang ditunjukkannya.
"Aku pernah membaca sebuah artikel, katanya wanita hamil itu memiliki gairah bercinta yang tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil," ucapnya mendayu sambil jemari lentiknya membelai ringan dada berbalut piyama Radi.
"Lalu?" Radi sama sekali tidak merespon tindakan wanita bernama Maya itu yang sudah sangat jelas tengah menggodanya.
"Aku menginginkanmu ..." Suara serak itu berbisik di telinga Radi disusul sebuah gigitan di daun telinga.
"STOP!" Radi mendorong tubuh berisi itu agar menjauh darinya, namun tangannya tetap menahan bahu Maya agar wanita itu tidak limbung, takut terjadi sesuatu dengan kandungannya.
"Mas ..." Maya kaget mendapat perlakuan seperti itu dari Radi.
"Bukankah aku pernah bilang, bahwa tidak akan ada namanya hubungan badan lagi di antara kita. Cukup sekali kesalahan yang kita lakukan saat itu, dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan itu lagi." Radi memperingati.
Wajah Maya yang semula pucat kini memerah karena emosi. "Jadi menurutmu anak dalam perutku ini adalah sebuah kesalahan?" tanyanya berang.
Radi menggeleng. "Bukan anak itu tapi perbuatan kita yang menghadirkan anak itu di dalam rahimmu lah yang salah," ralatnya.
Mata Maya berkaca-kaca. "Sama saja," lirihnya sedih. "Apa jika anak ini tidak ada, kau masih bisa mengatakan perbuatan kita kala itu adalah sebuah kesalahan? Nyatanya kita menginginkan satu sama lain."
"Berhenti! Sudah cukup. Kau tahu malam itu aku begitu merindukan istriku, sampai-sampai aku bisa melihat bayangan dirinya pada dirimu. Aku khilaf, berpikir sedang melakukannya dengan istriku tapi ternyata malah denganmu."
Penjelasan Radi membuat Maya termangu. Saking senangnya ia karena malam ini Radi mengunjunginya sampai melupakan fakta bahwa pria yang dicintainya itu sudah memiliki istri.
"Dengar! Mulai sekarang aku hanya akan bertanggung jawab pada anak dalam perutmu, bukan padamu!" Setelah mengatakan itu, Radi pergi memasuki kamarnya meninggalkan Maya yang mulai bercucuran air mata.
Di sudut tembok sana, terlihat seorang gadis muda menatap iba pada majikannya. Dia adalah pelayan yang diminta Radi untuk menemani juga mengurus Maya "Kasihan sekali nona Maya."
.......
Pagi ini Radi menggeret kopernya menuju ruang tengah. Maya yang telah menyiapkan sarapan lantas memanggilnya.
"Ayo, Mas. Kita sarapan dulu." Maya mencoba melupakan kejadian semalam, mencoba bersabar dengan sikap Radi yang selalu menyakitinya. Ia tidak ingin anak dalam perutnya ini tidak memiliki seorang ayah, jadi akan dicobanya untuk bertahan.
Radi mengangguk dan mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Suasana di ruang makan hening, tak ada satu pun dari mereka mengeluarkan suara sampai saat Radi telah menyelesaikan sarapannya, lantas berucap.
"Untuk seterusnya, jika ada perjalanan bisnis kemari, aku akan menginap di hotel saja. Maaf, aku tidak akan mengunjungimu lagi sampai waktunya kau lahiran. Kalau begitu aku pergi dulu." Radi pamit.
Deg
Maya sudah memprediksi jika hal ini akan terjadi. Ia langsung mengejar Radi yang sudah menggeret kopernya keluar rumah. "Tunggu, Mas!" pintanya.
Radi yang sudah berada di ambang pintu pun berhenti dan menoleh. "Ada apa?"
"Boleh aku minta sesuatu?" Maya menatap penuh harap.
"Katakan!"
"Boleh ku minta satu kecupan di kening?"
"Tidak!"
Deg
Maya merasa jantungnya di remas mendengar penolakan spontan dari Radi. "Ka-kalau begitu, apa kau mau memberikan kecupan pada anak kita?" Maya sudah siap jika dirinya akan ditolak lagi.
Tidak menjawab, Radi mendekat. Tubuhnya membungkuk sejajar dengan perut Maya. "Jaga dirimu baik-baik. Saya akan kembali di saat kau akan lahir ke dunia ini. Jangan menyusahkan ibumu." Radi berkata sambil mengusap perut buncit itu.
Cup
Setelah berpamitan, Radi tak lupa mencium pelan perut Maya, lebih tepatnya bayi yang ada di dalam perut wanita itu.
"Baiklah, aku pergi."
"Hati-hati." Maya melambaikan tangannya walau tak dilirik oleh Radi sama sekali. Dia sudah senang karena Radi begitu peduli pada anaknya.
"Sebentar lagi kau akan hancur, hahaha." Seorang pria bersembunyi di balik pohon dekat rumah asri itu. Kini ia memiliki bukti pengkhianatan Radi yang akan dikirimnya ke istri si pria yang tak lain adalah Ajeng. "Waktu menyaksikan drama hebat akan segera dimulai," seringai di bibir pria itu semakin mengerikan.
.......
Ajeng tengah bermain dan bercanda dengan Arka di ruang tamu. Ini sudah hari kelima ia berada di apartemennya. Ya, selama Radi pergi, Ajeng memilih menginap di apartemen daripada sendirian di rumah besarnya. Di sini ia bisa bermain sepuasnya dengan Arka.
Tak lama, ponselnya yang tergeletak di meja berdering. Dari suaminya, segera diangkat panggilan tersebut.
"Halo sayang?"
"................."
"Aku ada di rumah temanku. Kenapa?" Ajeng mengernyit saat mendengar nada kesal di seberang sana.
"...................."
"Kau sudah pulang? Baiklah, aku akan segera pulang."
TIT
Ajeng kaget saat Radi memutus panggilannya begitu saja.
"Ada apa, Jeng?" Tanya Tania.
"Aku harus pulang, mas Radi sudah kembali." Ajeng lantas mengemasi barang-barangnya di dalam kamar.
"Apa yang terjadi?" batinya cemas.
...Bersambung...
...Jangan lupa Vote & Comment ya, Readers......
...🙏🏻😊...
...Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Ayu Nuraini Ank Pangkalanbun
slalu aja celap celup kmrin Tania skrng Maya ckckckck
2023-02-26
0
Tri Widayanti
Semoga cepat terbongkar
2021-05-20
3
Tri Soen
Ooooh ternyata Radi punya wanita simpan to...kasian ya Ajeng 😭
2021-05-05
3