...🌷Selamat Membaca🌷...
Ajeng meremas sebuah alat perekam yang berada dalam genggamannya. Ia sangat puas dengan hasil kerja Robi. Tidak butuh beberapa jam, pria itu berhasil mendapatkan sebuah bukti yang berisi kebenaran tentang hubungan suami dan sekretarisnya.
Foto yang dikirim oleh si pengirim misterius itu ternyata asli bukan editan. Memang benar, suaminya telah dijebak oleh si sekretaris licik, tapi mendengar mereka saling berbagi peluh dalam permainan yang panas membuat emosinya tak tertahankan lagi. Bayangkan! Wanita mana yang akan terima begitu saja saat mengetahui jika suaminya telah membagi tubuh dengan wanita lain.
"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Robi begitu melihat wajah nonanya yang merah padam dengan napas memburu menahan amarah.
Ajeng menghirup napas dan mengeluarkannya perlahan. Ia lalukan hal itu berulang-ulang sampai emosinya kembali stabil.
"Aku ingin bertemu dengan sekretaris itu besok siang. Tolong atur segala sesuatunya!" pintanya.
"Baik, Nona." Robi mengangguk dan pamit undur diri setelah Ajeng menyuruhnya pergi.
"Benar-benar wanita yang tidak tahu terima kasih kau, Tania."
.......
Ajeng dan Radi baru saja pulang dari dinner romantis. Sepanjang perjalanan pulang, di dalam mobil, mereka saling menatap mesra. Bahkan sebelah tangan Radi tak lepas menggenggam tangan halus istrinya itu.
"Sayang, lepas dong tangannya. Nanti kau tidak fokus menyetir," protes Ajeng. Ia takut terjadi kecelakaan jika sang suami hanya menyetir dengan satu tangan saja.
"Aku bisa sayang, lihat!" Meyakinkan istrinya, Radi mengangkat tangan Ajeng dan mengecupnya.
"Terserah padamu saja." Ajeng pasrah. Suaminya memang sedikit susah kalau dinasehati.
"Ish ... jangan cemberut dong, lihat tuh mukanya jadi jelek!" ejek Radi.
"Biar saja, istrimu ini memang jelek. Salah dirimu yang menikahi wanita jelek."
Radi tertawa melihat Ajeng yang merajuk. Wajah wanitanya terlihat sangat menggoda jika seperti ini, membuat Radi ingin sekali melemparnya ke ranjang dan menc*mbu sepuas hati.
"Sayang ..." panggil Radi.
"Hm ...?" sahut Ajeng.
"Nanti sampai di rumah kita..."
"MAS AWASS!" Ajeng memekik nyaring saat seorang wanita berjalan pelan di depan mobil mereka.
Ckitttt
Refleks pria 27 tahun itu menginjak rem mendadak.
"Kau tidak apa-apa, sayang?" Setelah lepas dari keterkejutannya, Radi memastikan keadaan Ajeng di sampingnya.
"Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan wanita tadi?" tanya Ajeng. Merasa cemas, pasangan itu segera keluar dari dalam mobil.
Seorang wanita tampak terduduk di aspal jalan.
"Kau tidak apa-apa?" Ajeng bertanya setelah berjongkok dekat dengan si wanita.
Wanita berambut panjang itu menggeleng lemah. "Aku baik-baik saja, hanya terkejut."
Ajeng dan Radi langsung mendesah lega.
"Maaf, karena keteledoranku kau hampir tertabrak." Radi berucap.
Wanita itu mengangguk. Ajeng membantunya berdiri. Ia perhatikan penampilan wanita itu seksama. Kemeja putih yang tampak lusuh, rok span yang warnanya sudah sedikit memudar dan juga sebuah map lecek yang berada di tangannya. Ajeng langsung bisa menebak.
"Kau butuh pekerjaan?" tanya Ajeng.
Wanita itu mengangkat kepalanya. Ia menatap Ajeng dengan wajah penuh pengharapan. "Iya, saya sedang mencari pekerjaan," jawabnya lirih.
"Sayang ... apa saat ini di kantor ada lowongan?" Ajeng bertanya pada suaminya.
Pria itu mengangguk. "Ada, cuma lowongan sekretaris yang kosong. Kebetulan sekretarisku yang lama mengundurkan diri karena akan menikah dan dia belum menemukan penggantinya," jawab Radi.
"Kalau begitu, bisa kau jadikan dia sekretarismu. Kasihan dia sedang butuh pekerjaan," pinta Ajeng.
Radi terlihat berpikir. Ia tidak mungkin menerima sembarang orang menjadi sekretarisnya, mereka harus memenuhi standar kualifikasi terlebih dahulu. "Boleh ku lihat berkas yang kau bawa?" katanya kemudian.
Wanita itu segera menyerahkan map miliknya ke depan Radi.
Setelah melihat semua lembaran yang ada, Radi akhirnya tersenyum. "Baik. Kau memenuhi syarat administrasinya. Besok kau bisa mulai bekerja." Ucapan Radi membuat wanita itu tersenyum haru. Ajeng pun ikut senang mendengarnya.
"Terima kasih, Sayang." Ajeng menghampiri sang suami dan memeluknya.
"Anything for you, Babe." ucap Radi sembari memberikan senyuman termanis untuk istri cantiknya.
Wanita itu menatap pasangan di depannya dengan pandangan kagum.
"Anggap saja ini sebagai permintaan maaf kami. Oh ya, Selamat bergabung di perusahaan kami." Radi mengulurkan tangan dan dijabat dengan canggung oleh si wanita.
"Terima kasih banyak Tuan, Nona."
"Iya sama-sama, kalau begitu masuklah ke dalam mobil. Kami akan mengantarmu pulang. Ini sudah terlalu larut untuk wanita sepertimu berada di luar sendirian," ajak Ajeng.
"Terima kasih, Nona."
Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, untung saja jalanan sedang sepi jadi tidak ada yang harus meneriaki mereka karena berhenti sembarangan dan menghambat jalanan.
"Aku sampai lupa, siapa namamu?" tanya Ajeng melirik wanita yang duduk di kursi penumpang. Mobil telah kembali berjalan.
"Nama saya Tania."
.......
"Hanya butuh waktu satu bulan untuk bisa mengubah wanita lugu menjadi jalang licik," desis Ajeng.
"Selamat malam, Sayang ..." Ajeng terkejut saat mendengar suara Radi. Semoga pria itu tidak mendengar ucapannya tadi.
"Kau sudah pulang?" tanya Ajeng basa-basi.
"Iya. Aku capek sekali." Radi duduk di samping istrinya dan segera merengkuh wanita itu ke dalam pelukan. "Aku merindukanmu," bisiknya.
Ajeng tercenung. Jujur, ia juga sangat merindukan suaminya. Rindu setiap kemesraan dan keintiman yang selalu terjadi, tapi saat mengingat foto dan juga rekaman itu ... entah kenapa, ia jadi hilang rasa.
Radi sudah mulai beraksi. Ia mengendus aroma tubuh Ajeng. Mengecup leher jenjang itu bahkan meng*lum daun telinga istrinya dengan sensual.
Ajeng berusaha sekuat tenaga agar tidak mendesah, bagaimana pun juga sentuhan pria ini selalu bisa membuatnya melayang.
"Mas!" Ajeng dengan cepat mendorong tubuh suaminya sebelum ia tidak bisa mengendalikan diri. "Kau bau, mandi dulu sana!" suruhnya.
Radi terkekeh. "Maaf sayang, saking rindunya aku lupa jika kau tidak suka bau keringatku," ucap Radi. Ia mengecup kening Ajeng sebentar sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Rahang Ajeng mengetat, ia jadi teringat ucapan Tania yang mengatakan jika mereka telah berbagi peluh. Sakit, Ajeng menekan dadanya yang tiba-tiba sesak. Bukan dia tidak menyukai bau keringat suaminya, hanya saja ia ingin Radi lebih memperhatikan kebersihan. Setelah bekerja di luar cukup lama, setidaknya ada satu atau dua kuman yang menempel, Ajeng hanya ingin pria itu benar-benar bersih sebelum menyentuhnya.
Tak lama kemudian, Radi keluar dari kamar mandi. Pria itu terlihat lebih segar. Rambutnya pun masih terlihat lembab karena tidak dikeringkan secara sempurna, ia sudah tidak bisa menahannya lagi.
"Sayang ..." Radi segera mendorong tubuh Ajeng yang sedang duduk di tepi ranjang. Kini wanita itu terbaring pasrah di bawah kungkungannya.
"Kau cantik, Sayang ..." Radi memulai dari kening. Mengecup penuh perasaan di sana. Lanjut ke dua belah pipi, ia cium bergantian dan terakhir pada bagian favoritnya di wajah sang istri yaitu bibir ranum menggoda. Ia lum*t candunya itu penuh gelora.
Ajeng mencoba melupakan sejenak masalahnya. Ia hanya ingin menikmati keintiman yang sudah lama tak terjalin ini dengan baik. Dikalungkan kedua tangannya di leher Radi, ia balas lum*tan itu dengan segenap rasa. Ia ingin menghapus jejak wanita itu dari prianya. Walaupun tidak bisa melihat, dirinya masih bisa merasa.
"Mas ..." Ajeng mendesah kala kecupan dan ciuman sang suami turun semakin ke bawah.
Malam ini, dengan keterbatasannya, akan Ajeng buktikan jika ia lebih bisa memuaskan suaminya dibandingkan dengan jalang licik itu.
...🥀 🥀 🥀...
"Tania Putri!"
Ajeng menyapa wanita yang duduk di hadapannya. Kini mereka berdua berada di private room sebuah cafe yang telah Robi pilih sebagai tempat pertemuan. Sementara asistennya itu berdiri di luar ruangan, berjaga.
"Iya, Nona Ajeng." Tania balik menyapa. Walau Ajeng tak dapat melihat ekspresinya, tapi ia yakin jika saat ini wanita sok polos itu tengah meremehkan dirinya yang buta ini.
"Kau tahu mengapa aku mengajakmu bertemu?" tanya Ajeng.
"Maaf Nona, saya tidak tahu." Jawaban itu membuat Ajeng tersenyum sinis.
"Langsung saja, apa yang kau inginkan dari suamiku?" Dengan tenang istri dari Radi Nugraha itu bertanya.
"A-aku tidak mengerti apa yang kau maksud, Nona." Gugup. Jelas sekali kegugupan terdengar dari suaranya.
"Jangan berlagak bodoh. Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan dengan suamiku, di belakangku."
Tania terkejut. Dari mana istri bosnya ini tahu semua kelakuannya. Apakah Radi yang mengadu? Ah ... rasanya tidak mungkin.
"Sungguh, aku tidak mengerti apa yang kau maksud, Nona." Tania masih berkelit.
"Apa harus ku jelaskan kembali apa yang sudah kau lakukan?" tanya Ajeng jengah.
Lawan bicaranya hanya diam ...
"Kau menjebak suamiku untuk menidurimu. Kau berbagi peluh dengannya dalam permainan panas. Dan kau bilang suamiku sangat menikmatinya. Benar, kan?"
Tania terganga, dari mana istri bosnya itu tahu semuanya. Apakah selama ini dia telah dimata-matai? Sial. Semuanya sudah terkuak, rencananya bisa gagal.
"Ya. Aku melakukan semua itu." Akhirnya Tania mengaku juga.
"Untuk apa? Uang?" sindir Ajeng. "Apa kau sudah bosan hidup miskin hingga mencari cara instan agar cepat kaya?"
"Jaga ucapanmu, Nona Ajeng! Aku tidak serendah itu!" pekiknya tak terima.
Ajeng terbahak. "Tidak ada wanita terhormat yang rela melemparkan dirinya secara cuma-cuma pada suami orang, Nona Tania," tekan Ajeng.
Wajah Tania merah padam. Ia tak terima dengan hinaan Ajeng. "A–aku mencintai suamimu."
Hening ...
Ajeng mengepalkan tangannya di bawah sana. Emosinya mulai tersulut.
"Cinta?" Ajeng memastikan.
"Ya. Aku mencintai suamimu."
Ajeng memejamkan mata, walau sebenarnya sama saja, tapi setidaknya otot matanya bisa lebih rileks sedikit.
"Tinggalkan suamiku!" Ucapnya kemudian.
"Tidak!" Tania menolak.
"Ini bukan permintaan tapi perintah!" tekan Ajeng.
"Siapa kau berani memerintahku?" tanya Tania menantang.
"Aku adalah istri sah dari pria yang dengan tak tahu malunya kau cintai itu."
Tania tertawa. "Istri yang sebentar lagi akan dia tinggalkan maksudmu, Nyonya Nugraha?" ejeknya.
"Apa maksudmu?" tanya Ajeng.
"Ya. Lihat saja keadaan dirimu saat ini. Lambat laun, suami yang kau cintai itu akan pergi meninggalkan wanita cacat sepertimu."
BRAKKKK
Ajeng menggebrak meja di depannya cukup keras, membuat Tania terkejut. "Pergi kau dari hadapanku sekarang juga!"
"PERGI!" pekik Ajeng yang sudah kadung emosi.
Tania ngeri melihat kemarahan Ajeng, ia segera beranjak pergi sebelum terkena amukan.
Selepas Tania pergi, Robi masuk ke dalam ruangan. Ia menenangkan Ajeng yang saat ini tengah meraung.
"Perintahmu Nona?" tanya Robi.
"Antar aku ke rumah sakit!" pintanya setelah tenang.
Ajeng tidak terima dihina seperti tadi, harga dirinya terluka.
...Bersambung...
...Jangan lupa Vote & Commeny ya, Readers......
...🙏🏻😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Maria lace W
wooow kirim.pelakor ke lubang buaya
2021-06-03
3
Cut Nyak Dien
msh mencoba memahami hubungan yg rumit
2021-04-29
7