...🌷Selamat Membaca🌷...
Wanita cantik berusia 24 tahun itu menatap lurus ke depan. Kemana pun arah matanya menuju toh sama saja, yang bisa dilihatnya hanya kegelapan.
"Sampai kapan aku harus seperti ini?" lirihnya.
Terhitung, sudah lima hari ia keluar dari rumah sakit dan selama itu pula kerjaannya hanya duduk melamun saja. Memang apa yang bisa dilakukan oleh orang buta?
Ajeng, nama wanita itu. Seorang yatim piatu yang sudah ditinggal oleh orang tuanya selama setahun ini karena kecelakaan. Ia anak tunggal dan hanya suaminya lah tempatnya bersandar saat ini. Namun, kejadian beberapa waktu lalu membuatnya kembali berpikir. Apakah pria yang berstatus sebagai suaminya itu pantas dijadikan sandaran jika memang terbukti perselingkuhan itu benar adanya.
"Bang Robi!" panggilnya pada seorang pria yang selalu berada di sisinya belakangan ini.
"Ya, Nona." Si pria bernama Robi itu menyahut.
"Apa ada orang di sekitar kita?" tanya Ajeng.
"Hanya ada kita berdua di taman belakang ini, Nona."
Hening sesaat, Ajeng menghela napas pelan. "Apa aku bisa mempercayaimu, Bang?" tanyanya kemudian. Wanita itu berbicara tapi tatapan matanya tetap lurus ke depan.
"Tak perlu kau ragukan lagi jika menyangkut hal itu, Nona. Semenjak mendiang tuan dan nyonya masih hidup sampai sekarang mereka telah berpulang, aku akan tetap setia mengabdi pada kalian dan itu juga berlaku untuk dirimu, Nona." Jawaban itu membuat Ajeng tersenyum puas. Sudah tidak perlu diragukan lagi kesetiaannya, pantas saja orang tuanya menjadikan pria berumur 35 tahun itu sebagai tangan kanan selama bertahun-tahun.
"Aku ingin kau melihat ini!" Ajeng menyodorkan sebuah ponsel ke sembarang arah, padahal niatnya ingin memberikan pada Robi. Maklum, orang buta kadang tidak tahu pasti di mana lawan bicaranya berada.
"Apa ini, Nona?" tanya Robi setelah mengambil alih ponsel dari tangan nona mudanya.
"Buka galeri di ponselku itu, lihat dan perhatikanlah foto yang berada di urutan paling atas!" titahnya. Ajeng bersyukur ponselnya tidak rusak setelah kecelakaan itu, karena memang tersimpan aman di dalam tasnya.
Pria itu melakukan persis seperti yang diperintahkan majikannya. Tak berbeda dari respon yang ditunjukkan Ajeng beberapa hari yang lalu, Robi pun memperlihatkan raut terkejut yang sama. Foto vulgar itu membuat kedua netranya terbelalak.
"Nona, ini ..." Robi sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa. Tidak menyangka jika tuan muda yang terlihat sangat mencintai nonanya itu bisa melakukan hal rendah seperti itu.
"Ya. Aku tahu kau pasti tidak akan percaya jika suamiku berani melakukan itu di belakangku. Makanya sekarang aku membutuhkan bantuanmu," ucap Ajeng.
"Apa yang bisa saya bantu, Nona?" Tentu saja Robi tidak terima jika benar Ajeng telah dikhianati oleh suaminya, ia akan melakukan apapun untuk membantu nonanya itu.
"Bang, aku mau kau mencari tahu, hubungan apa yang telah terjalin antara suamiku dan sekretarisnya itu di belakangku!" titah mutlak Ajeng.
"Baik, Nona. Perintahmu akan segera saya laksanakan."
"Baik. Terima kasih sebelumnya, Bang dan aku mau kau melakukan tugasmu itu sekarang juga!"
"Baik, Nona."
"Pergilah! Dan ya, tolong panggilkan seorang pelayan untuk membantuku ke kamar!" pintanya sebelum Robi undur diri.
"Baik. Permisi, Nona."
Sepeninggal tangan kanannya itu, Ajeng menerbitkan senyuman sinis. "Jika benar kau selingkuh, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu Radi Nugraha !" Ia mendesis.
...🥀 🥀 🥀...
"Semoga kerjasama kita ini berjalan lancar, Pak Cakra." Pria berambut klimis itu berdiri dan menjabat tangan rekan kerjanya. Mereka baru saja selesai meeting untuk sebuah proyek baru.
"Saya harap juga begitu, Pak Radi." Pria bernama Cakra itu membalas jabat tangan rekannya dengan erat tanda hubungan kerjasama kedua perusahaan mereka telah terjalin.
"Jika berkenan, minggu depan saya mengundang anda dan istri untuk makan malam di rumah," tawar Radi.
"Tentu. Nanti akan kubari. Kalau begitu saya pamit duluan." Cakra pun pergi meninggalkan ruang pertemuan.
"Sayang ..." Sebuah suara manja membuat langkah Cakra terhenti. Ia sedikit menoleh ke belakang dan menemukan seorang wanita yang jika tak salah ingat adalah sekretaris dari rekan bisnisnya itu. Wanita itu bergelayut manja di lengan Radi.
"Ck, bukankah dia sudah memiliki istri," decak Cakra kemudian kembali melangkah pergi.
Sebenarnya Cakra tak heran lagi jika seorang pengusaha memiliki hubungan terlarang bersama sekretarisnya. Banyak sekali ia menemukan rekan bisnisnya sesama pengusaha yang bermain serong dengan wanita lain walaupun sudah memiliki istri di rumah. Namun, bagi Cakra yang memiliki prinsip hanya akan ada satu wanita dalam hidupnya, tidak setuju dengan kelakuan kaumnya itu. Makanya, ia lebih memilih sekretaris yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan.
Drrrt ... drrrt ... drrrt ...
Ponsel dalam sakunya bergetar. Cakra mengangkat panggilan yang ternyata berasal dari sang istri.
"Mas?"
"Ada apa?" jawabnya.
"Kau sibuk?" tanya wanita di seberang sana.
"Baru selesai meeting. Kenapa?"
"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama. Kau bisa?"
b
"Baiklah. Di mana?"
"Bisakah kau menjemputku ke rumah sakit? Nanti di mana tempatnya kita tentukan di mobil."
"Baiklah."
"Ku tunggu."
"Ya."
Tit
"Tumben," gumamnya setelah memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celana. Setelah malam itu, hubungannya dengan Silvia memang sedikit dingin, mungkin istrinya itu ingin menghangatkan kembali hubungan mereka dengan mengajak makan siang, yang mana sangat jarang sekali terjadi selama tiga tahun berumah tangga.
.......
Masih di ruang meeting, Radi menghempas kasar tangan lancang yang bergelayut di lengannya.
"Jangan macam-macam kau, Tania. Aku tidak ingin orang lain melihat dan berspekulasi aneh-aneh soal kita." Pria itu memperingatkan.
Sekretaris seksi bernama Tania Putri itu tersenyum sinis, tak ia pedulikan peringatan keras dari sang atasan.
"Jangan munafik! Kau lupa jika kita pernah bertukar peluh, hm?" Wanita itu mendekat, berbisik dengan nada sensual tepat di telinga Radi.
"Itu sebuah kesalahan. Kau menjebakku saat itu kalau kau lupa," tekan Radi.
Wanita itu terkekeh. "Ya ... aku memang menjebakmu tapi kau terlihat sangat menikmati malam itu," sindirnya.
"Hentikan! Sekali lagi kau menentangku maka kau akan aku pecat!" ancam Radi emosi.
Tania kali ini tertawa. "Silakan pecat aku dan foto malam panas kita berdua akan sampai pada istri tercintamu." Ia balik mengancam.
"Wanita jalang!" umpat Radi yang mulai habis kesabaran.
"Dan kau tergila-gila dengan tubuh jalang ini," sambung Tania bangga.
"Shit." Setelah itu Radi pergi meninggalkan sekretarisnya masih di ruang pertemuan itu.
Tania memandang kepergian Radi dengan pandangan yang sulit diartikan. Selanjutnya, wanita itu ikut meninggalkan ruang meeting yang sudah kosong sedari tadi.
Setelah ruangan kosong, seorang pria bermasker masuk ke dalamnya. Ia mendekat ke sebuah meja dan mengambil sesuatu di bawahnya. Sebuah alat penyadap.
"Mission complete," ucapnya.
...Bersambung...
...Jangan lupa Vote & Comment ya, Readers.....
...🙏🏻😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Suharnik
Jangan main api Radi klau kmu takut kebakar
2021-07-01
2
Maria lace W
pelakor dimana2 itu suka nekad..sama anjing bentina masih bagusan kelakuan anjing
2021-06-03
7
Erna Yunita
good job....
2021-05-21
3