Musa POV
Aku kembali berjalan menuju ke kamar Sari setelah mengantar Pak Irsyad sampai di parkiran, sambil membawa sebotol air mineral yang sengaja ku beli di depan. Sambil berjalan menuju kamar aku mengingat ucapan Pak Irsyad yang sebenarnya masih saudara sepupu jauh dari Abi ku, dia berpesan padaku saat hendak masuk mobil.
" Seandainya kamu tidak keberatan, bimbinglah Sari sampai dia benar-benar mengerti ilmu agama, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pak Atmo sudah sangat percaya padamu, begitu juga dengan paman, Paman percaya kamu akan bisa membimbingnya, Sari bukan hanya gadis yang cantik, tapi dia juga baik dan butuh perhatian. Anggaplah dia sebagai keluarga kita, karena paman juga sudah menganggap Pak Atmo sebagai keluarga".
" Kamu ingat waktu kejadian Paman dulu hampir di pecat dari jabatan guru saat masih Wiyata karena tuduhan penyelewengan dana pembangunan sekolah?, Pak Atmo yang membantu menangani semua masalah Paman, beliau mempunyai kenalan yang luas. Tapi justru kemarin meminta tolong pada paman untuk mencarikan guru mengaji untuk cucunya, bukankah sebenarnya itu hal sepele baginya, untuk mencari ustadz sebagai guru mengaji cucunya. Karena itu Paman juga berharap kamu melakukan yang terbaik, agar Pak Atmo tidak kecewa sudah mempercayai paman untuk mencarikan guru mengaji untuk cucunya".
Lamunanku berakhir saat aku sampai di depan kamar Sari di rawat, aku masuk dan menutup pintu kamar, aku menatap ke arah Sari yang kepalanya sengaja menghadap ke arah tembok dan sepertinya sudah terlelap.
Memang dari tadi Sari sudah berulang kali menguap, pasti sangat lelah. Aku memilih merebahkan diri di sofa panjang yang terletak di dekat pintu masuk.
Setelah beberapa menit aku memejamkan mata, berusaha untuk tidur, justru aku mendengar suara Sari turun dari ranjangnya dan menghampiriku, lalu menekuk lutut dan posisinya tepat di samping kepalaku. Aku bisa mengetahui dari hembusan nafasnya.
Aku mendengarnya berbisik lirih di sampingku.
" Terimakasih Pak guru, sudah peduli padaku..., menjagaku di saat aku membutuhkan seseorang untuk berada di sampingku, selamanya aku pasti akan mengingat semua kebaikan yang bapak lakukan padaku", suara Sari terdengar begitu lembut dan tulus.
Aku masih tetap memejamkan mata, karena pasti akan terasa sangat canggung jika Sari tahu sebenarnya aku belum tidur, dan mendengar apa yang dikatakannya. Dan satu hal yang membuatku terkejut dan sangat tidak ku sangka, aku merasa hembusan nafasnya terasa menerpa wajahku, dan tiba-tiba saja aku merasakan sentuhan kenyal di pipiku, yah benar sekali...Sari mencium pipiku. Hanya sesaat, dan kemudian aku mendengar langkahnya kembali ke tempat tidurnya.
Tapi sentuhan beberapa detik itu berhasil membuat hatiku mencelos, sepertinya tekanan darahku akan naik karena jantungku berdetak begitu cepat saat ini. Aku yang berharap bisa tidur, alhasil semalaman harus terjaga dengan mata tertutup. Dan entah jam berapa aku baru benar-benar tertidur, yang kurasa baru sebentar aku terlelap, aku kembali mendengar suara yang sama tengah memanggil-manggil namaku.
" Pak...Pak guru..bangun....Pak Musa.... bangun, Pak.... "
Ditambah sebuah tepukan pelan di lenganku. Dan dengan berat hati aku harus membuka mata dan kembali terjaga.
Aku kaget ketika menyadari ada seorang gadis yang berdiri di depanku dan membangunkan ku.
" Sudah jam setengah 4 Pak, bukankah bapak mau makan sahur?".
Aku baru bisa mengumpulkan ingatanku setelah beberapa detik menatap ruangan tempatku tidur, benar sekali aku sedang di rumah sakit.
Dan aku hanya mengangguk ketika Sari bertanya padaku.
Sari menemaniku makan sahur, dia sendiri hanya ngemil buah yang sudah ku potong-potong tadi.
Usai saur aku memilih untuk sholat subuh berjamaah di masjid rumah sakit. Sedangkan Sari ku tinggal sendirian di kamarnya.
Ternyata di rumah sakit juga ada kuliah subuh, jadi aku mengikutinya hingga selesai, jam setengah 6 aku baru meninggalkan masjid dan menghirup udara segar sambil berjalan menuju kamar, melewati taman rumah sakit yang tertata dengan begitu rapi dan cantik. Memang rumah sakit tempat Sari dirawat tidak seperti rumah sakit pada umumnya, karena tidak ada bau obat-obatan disini, udaranya segar, bahkan dikamar Sari juga tidak tercium bau-bau rumah sakit.
Aku melihat beberapa pasien di rumah sakit ini yang sengaja berjalan-jalan keluar bersama keluarganya, kebanyakan dari mereka memang korban kecelakaan, karena terdapat perban di beberapa bagian tubuh mereka, sama seperti Sari.
Saat aku sampai di kamar Sari, aku tidak mendapatinya di tempat tidur, sehingga aku mengetuk kamar mandi, tapi ternyata di kamar mandi juga kosong. Aku berjalan mendekat ke kasur bed. Dan menemukan secarik kertas seperti memo.
" Sari keluar buat jalan-jalan dan nyari udara segar, ini nomer HP Sari, kalau pas bapak balik Sari belum sampai kamar berarti Sari masih jalan-jalan. 085211xxxxxx".
Langsung ku simpan kontak Sari di ponselku, dan ku telepon dia.
" Halo assalamualaikum"
"............"
" Oh jadi kamu lagi menuju ke mari, baiklah kalau begitu, bapak tidak perlu manyusul".
Ku matikan sambungan telepon, dan setengah jam kemudian Sari baru kembali ke dalam kamar, diikuti seorang perawat yang membawakan jatah sarapan Sari .
" Jalan-jalan ke mana saja?, sampai begitu lama?", tanyaku.
" Ternyata di rumah sakit ini ada taman yang begitu cantik di belakang, apa bapak tadi tidak melihatku saat melewati taman di belakang?, padahal aku melihat bapak berjalan", seperti ada nada kecewa yang ku dengar dari kalimat Sari.
" Aku tadi jalan terburu-buru, karena sudah terlalu lama meninggalkanmu sendirian di sini, jadi tidak memperhatikan orang di sekitaran, sekarang dimakan dulu sarapannya, bapak suapi lagi ya, nanti habis itu bisa minum obat", ujarku.
Sari menurut dengan duduk di sofa panjang tempat semalam aku tidur. Dan sarapan pagi, tentu saja kembali ku suapi. Saat aku masih sibuk menyuapinya, pintu kamar di ketuk dan Bu Berta masuk ke dalam kamar, dia datang sepagi ini, membuatku tenang karena tidak harus terus berdua dengan Sari.
" Wah sudah lagi sarapan ya... gara-gara keserempet jadi nggak bisa puasa ya Sar", goda Bu Berta.
" Bukan Bu, sebenarnya Sari masih mampu berpuasa, tapi memang lagi halangan", jawabnya di sela makan.
" Sudah cukup Pak Guru, terimakasih", akhirnya aku menghentikan suapan pada Sari, padahal baru makan beberapa sendok, tapi sepertinya Sari memakannya juga dengan terpaksa, mungkin rasanya tidak enak atau hambar.
Selesai makan sarapan Sari mengkonsumsi obat dan vitamin yang di berikan oleh dokter.
Dan Sari kembali ke ranjangnya, selonjoran, karena baru sarapan memilih untuk duduk terlebih dahulu di atas bed.
Bu Berta mengikuti Sari dan duduk di tepian bed, sedangkan aku masih duduk diatas sofa.
" Semalam apa ada yang terjadi?", pertanyaan Bu Berta membuatku tertegun.
" Nggak ada Bu guru", jawab Sari cepat.
" Baguslah kalau tidak terjadi apa-apa sama kamu, berarti organ dalam baik-baik saja, dan nanti siang bisa langsung pulang. Terimakasih ya Pak Musa, saya sudah merepotkan bapak ".
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Bu Berta, ternyata maksud Bu Berta menanyakan keadaan Sari, sedangkan yang kupikirkan adalah hal lain...
" Tidak papa Buguru, hidup memang harus saling tolong menolong dan Sari juga salah satu anak didik ku, jadi sudah semestinya saya menjadi seperti orang tuanya yang bisa menjaganya", jawabku sambil tersenyum sopan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Gina Savitri
Hahaha..pak musa geer aja sama pertanyaan bu berta
2023-07-31
0
sumiati
pak Musa🤔🤔🤔
2021-12-26
1
mieya723
😢😢😭😭😭😭
2021-04-25
4