" Kakek, Sari pulang !".
" Brak...!!", Sari membanting daun pintu dengan begitu keras.
Kakek Atmo menghampiri Sari yang sedang melepaskan sepatu, kemudian Sari menyalami kakek atmo dan mencium punggung tangannya.
" Mbak Sari mau request menu buat buka puasa apa?, biar Bibi siapin?", Bi Nunung menghampiri cucu majikannya yang baru pulang sekolah itu.
" Apa saja Sari suka bi, yang penting ada sambelnya, itu saja sudah cukup".
Sampai dikamar Sari merebahkan diri di atas kasur. Teringat saat Sari berangkat sekolah dengan diantar supir kakek tadi pagi, Sari keluar dari mobil Alphard hitam, ada beberapa anak yang melihatnya, berita itu sampai ke semua telinga dengan cepat.
Semua langsung bersikap baik pada Sari, karena mereka langsung mengira Sari adalah anak orang kaya, dari gaya berpakaian Sari dan juga mobil yang mengantarkannya itu. Memang belum ada yang tahu alasan yang membuat Sari pindah sekolah. Sari tidak ingin ada yang tahu perihal kakaknya yang sedang di rehabilitasi. Karena itu Sari selalu diam atau ngeles setiap kali ada yang bertanya perihal keluarganya.
Seperti tadi di kelas, saat Ridwan bertanya Sari anak ke berapa, Sari bisa langsung menjawab anak ke-3, tapi saat pertanyaan itu semakin dalam dan mulai menanyakan dimana keberadaan kakak-kakaknya, Sari enggan menjawab dan menjelaskan.
Bukankah setiap orang itu punya privasi?, dan Sari ingin menjadikan kisah tentang keluarganya menjadi privasinya, tetap menjadi rahasia dan tidak perlu ada temannya yang tahu.
***
Sari sudah berganti pakaian dan keluar lagi menemui Kakek Atmo yang sedang duduk di gazebo belakang rumah, sedang mengamati kolam ikan, dan sesekali melempar pakan ikan ke dalam kolam.
" Kakek Sari ikut kasih makan ikan ya...", Kakek Atmo yang sedang melamun sedikit terkejut dengan kedatangan Sari. Kemudian memberikan kantong pakan ikan pada Sari.
" Sejak kapan kakek memelihara ikan disini?", Sari mengamati ikan gurame dan ikan mas yang hilir mudik berenang bebas di kolam ikan seluas 10x7 meter, dengan ukuran ikan rata-rata sebesar lengan tangan Sari.
" Sudah lama sekali, sejak papamu jarang sekali mengunjungi kakek dan almarhumah nenek mu. Kami sengaja mencari kesibukan lain, agar tidak kepikiran dengan anak dan cucu-cucu kakek yang tempat tinggalnya jauh". Sari ingat sekali, jika kolam ini sudah ada sejak Sari masih sangat kecil. Dulu setiap kali mendekati lebaran Papa dan mama Sari akan mengajak Sari dan Dimas ketempat kakeknya. Hanya saat lebaran saja.
Memang sangat miris, seorang putra kandung berkunjung kerumah orang tuanya hanya setahun sekali. Itu juga sudah disempatkan, bahkan paling hanya 3-4 hari menginapnya, karena Papa dan Mama Sari akan kembali disibukkan dengan pekerjaan usai cuti lebaran habis.
" Kenapa kakek memilih dengan memelihara ikan?, kan bisa yang lain, misal burung, ayam atau kambing, kan nggak perlu bikin kolam buat menampungnya". Sari berusaha mengalihkan pembicaraan agar Kakek Atmo tidak terlalu dengan cerita sedihnya.
" Kenapa ya?, Kakek juga tidak tahu. Nenek kamu yang dulu minta di buatkan kolam di belakang rumah, minta di bangun gazebo ini, katanya biar suasana adem dan bikin hati tenang kalau liat ikan dan mendengar suara gemericik air. Jadi kakek turuti saja apa kemauan nenekmu dulu".
" Waaaah..., jadi kakek adalah suami yang so sweet..", ucap Sari sambil menangkupkan telapak tangan di kedua pipinya.
" Apa itu sweet sweet...?".
" Bukan sweet sweet Kek, tapi ' so sweet ', maksudnya itu Kakek bersikap sangat manis pada nenek, buktinya nenek minta kolam ikan, kakek buatkan kolam ikan, minta dibuatkan gazebo, kakek juga menuruti keinginannya. Apa saja yang nenek mau, kakek berusaha mengabulkannya. Semoga saja kelak Sari ketemu sama laki-laki yang sikapnya se so sweet kakek sama nenek, hihihi", Sari sedikit berharap di dalam kalimat nya.
" Memangnya cucu Kakek yang cantik ini sudah punya pacar?".
" Belum, kan Sari bilangnya 'semoga saja kelak', itu berarti suatu saat nanti Kek..., lagian Sari malas buat pacar-pacaran begitu, teman-teman Sari yang sudah pacaran, mereka malah jadi terkekang. Mau ini nggak boleh sama pacarnya, mau itu nggak boleh lagi, jadi terbatas kan kalau mau ngapa-ngapain ", Sari yang hidupnya selalu melakukan semua yang di inginkan sekehendak hatinya, merasa jika berpacaran itu hanya akan membuat hidup seseorang menjadi tidak bebas dan terikat karena sebuah status ' pacar'.
" Bagus lah kalau cucu kakek berpikir seperti itu, memang masa-masa remaja seumuran mu itu harus di nikmati, jangan malah pacaran dan nggak bisa bebas melakukan ini dan itu".
Kakek Atmo menyandarkan punggungnya di pinggiran gazebo, yang terbuat dari ukiran kayu setinggi 70 cm. Dan meluruskan kakinya yang mulai kesemutan karena sudah terlalu lama duduk bersila.
Sari memijat-mijat kaki kakek Atmo, tanpa di suruh.
" Kek, Sari boleh minta sesuatu tidak sama Kakek?", Sari bertanya dengan ekspresi penuh harap.
Kakek Atmo terkekeh, " baru mijit beberapa detik, sudah minta imbalan".
Sari langsung menunduk malu, karena modusnya sudah terbaca, ternyata kakek Atmo orang yang sangat respek.
" Cucu kakek yang cantik ini memangnya mau minta apa?".
Sari langsung meringis, karena kakek to the point, tanpa basa-basi langsung menanyakan keinginannya.
" Sari mau, kakek ajari Sari mengaji".
Ucapan Sari langsung membuat kakek Atmo tersenyum bahagia. " Apa cucu kakek yang selalu juara kelas dan pemenang lomba ini belum bisa mengaji?", Kakek Atmo seperti kura-kura dalam perahu, alias pura-pura tidak tahu. Karena sebenarnya Kakek Atmo pun meminta Sari tinggal bersamanya bertujuan untuk mendidiknya dengan didikan beragama.
Sari menggelengkan kepalanya sambil menunduk merasa malu.
" Tentu saja akan kakek ajari, tapi kan kakek sudah tua, untuk membaca sendiri saja kadang sudah kecletot pengucapannya, bagaiman kalau Sari kakek carikan guru ngaji, biar belajarnya serius?".
Sari mengangguk setuju, " Kalau bisa secepatnya Kek, Sari pengin minggu depan sudah bisa baca Alquran" , Sari langsung meminta agar Kakek Atmo mencarikan guru ngaji secepatnya.
" Nanti coba kakek tanya sama tetangga sebelah, dia kan punya kenalan banyak ustadz. Jadi bisa mencarikan yang bisa ngajarin kamu baca Alquran secepatnya".
" Sekarang kek..., Sari mau kakek ke rumah tetangganya sekarang". Kakek Atmo terkekeh melihat sikap Sari yang tidak sabaran, tapi bagus lah kalau tidak sabarannya untuk belajar mengaji. Itu berarti menyegerakan perbuatan baik.
" Iya iya, kalau maunya sekarang, kakek telepon saja, sepertinya jam segini belum pulang orangnya. Ambilkan ponsel kakek di kamar".
Sari langsung beranjak dan berlari menuju kamar kakeknya.
" Ini Kek..", Sari menyerahkan ponsel milik kakeknya dengan nafas tersengal setelah berlarian.
" Kamu itu, ngapain lari-lari, jalan saja kan juga cuma sebentar sampai kamar. Untung kamu nggak nyemplung ke kolam tadi, lari-lari begitu".
" Hehehe, biar cepet kek, Sari kan atlet renang, jadi kalau nyemplung ke kolam itu nggak masalah, Sari jadi nemenin ikan-ikan itu berenang", Sari mengangkat alisnya.
Kakek Atmo pun menelepon seseorang, mengobrol beberapa menit, kemudian menutup kembali teleponnya.
" Pak Irsyad bilang, nanti jam 4 sore, ustadz Musa datang. Jadi kamu siap-siap sana, sekarang sudah jam 3, berarti satu jam lagi. Ambil Al-Qur'an di bufet yang ada di ruang tengah, mau yang ada terjemahannya atau yang biasa juga ada, Kakek mau tidur siang dulu".
" Kakek, bagaimana bisa langsung baca Alquran, Sari belum tahu huruf hijaiyah, jadi bagaiman bisa nyuruh Sari ambil Alquran di bufet, ah kakek...".
" Oh iya, kakek lupa, ya sudah nanti kakek minta ustadz nya untuk membawa iqra, biar kamu mudah belajarnya".
Sari mengangguk setuju, " Terimakasih banyak kakekku tersayang", Sari memeluk kakeknya beberapa detik, kemudian berlari menuju kamarnya bersiap-siap untuk mengaji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Rinjani
ustadz guru agama di sekol🤭🤭🤣🙏
2022-03-10
1
Nurul nurul
itu pasti ustadnya yg tadi yg jadi guru agama😂😂
2021-09-01
2
Nur'ain Lamatenggo Aini
itu gimna pasti ketemu guru yg tadi🤣🤣
2021-08-03
9