Sari sengaja mandi lebih dulu sebelum sholat 'Asar, usai sholat Sari mencari baju yang panjang yang bisa dipakai untuk mengaji.
" Kenapa semua bajuku pendek?, ini ada yang panjang tapi lengannya bolong-bolong, huffft....", Sari menghembuskan nafasnya panjang.
" Sudah jam empat kurang seperempat, nggak mungkin kan keluar buat beli baju panjang dulu, bagaimana ini ?", Sari masih mencari-cari siapa tahu ada baju panjang yang terselip, tapi tetap zonk.
" Kalau pakai hoodie atau jaket pasti panas banget ", gumam Sari.
Bi Nunung yang melewati kamar Sari penasaran melihat tingkah Sari yang membolak-balikkan baju kelihatan dari luar, karena pintu kamarnya yang terbuka.
" Kenapa Mba Sari?, apa mau saya setrika bajunya?, tapi bibi lihat kemarin, semuanya sudah rapi dan licin".
" Bi, bibi punya baju panjang nggak?, yang bisa dipakai buat ngaji", terpaksa Sari menanyakan hal absurd pada rewang kakeknya itu.
" Ada banyak, mau buat apa mba Sari?".
" Sari pinjam boleh nggak?, Sari nggak punya baju panjang, jam 4 nanti Sari mau ngaji".
Bi Nunung ekspresinya seperti mengejek Sari, membuat Sari semakin sewot, sudah nyari baju nggak nemu-nemu, malah di ejek sama bi Nunung gara-gara bilang mau ngaji.
" Ih bibi, Sari serius malah bibinya begitu..!".
Sari semakin cemberut.
" Maaf mba Sari, tapi baju bibi itu baju ibu-ibu, terus jelek, mba Sari nggak bakalan suka kalau sudah lihat bajunya, terus pasti kebesaran, badan bibi kan gembul, mending buka lemari almarhumah nenek Atun, pasti banyak baju panjang yang bisa di pakai buat mengaji, dan bagus-bagus, postur tubuh nenek Atun kan 11-12 sama mba Sari".
"Benar juga saran Bi Nunung, kenapa aku tidak kepikiran sampai ke situ dari tadi?".
" Memangnya baju nenek di simpan di mana Bi?".
" Ayo ikut bibi Mba Sari", bi Nunung berjalan ke sebuah kamar yang tidak terlalu luas, dan hanya berisi dua lemari besar.
Bi Nunung mengambil kunci yang ada di atas lemari itu. Dan ketika pintu terbuka, begitu banyak baju yang tersimpan di dalam lemari. Baju-baju milik nenek Atun, masih bagus-bagus dan wangi. Mungkin karena baru dipindah ke lemari ini satu minggu yang lalu, jadi masih bersih semua.
Sari melihat-lihat baju yang di gantung, ada banyak gamis yang cantik, ternyata selera nenek Atun tidak seperti usianya yang sudah sepuh (tua), gamis peninggalan beliau sesuai dengan selera Sari. Simple dan tidak berlebihan, nggak norak seperti selera kebanyakan nenek-nenek atau ibu-ibu sosialita yang suka pakaian mewah dan bling-bling.
Sari memilih gamis yang berwarna peach dan ada pita berwarna soft pink melingkar di bagian pinggang.
" Kerudungnya nenek di simpan di mana Bi?",
Bi Nunung langsung menarik laci yang ada di bagian bawah lemari. Hampir semua warna jilbab ada di laci itu, Sari begitu girang seperti menemukan harta karun.
" Terimakasih untuk peninggalanmu ini nenek, Sari pasti akan selalu mendoakan nenek agar masuk surga, setelah Sari bisa membaca Alquran nanti".
Mata Bi Nunung berkaca-kaca merasa terharu dengan kalimat yang baru saja Sari ucapkan.
Karena bi Nunung tahu sebesar apa rasa sayang Nenek Atun pada cucu-cucunya. Nenek Atun selalu mendo'a kan semua anak cucunya di dalam doanya setiap selesai sholat lima waktu dan di sepertiga malam.
Bi Nunung yang sering terbangun tengah malam dan menjumpai nenek Atun sedang sholat malam di mushola kecil yang ada di rumah itu. Bi Nunung juga sangat yakin kalau nenek Atun pasti masuk surga, dengan atau tanpa do'a dari anak cucunya.
Sari mengenakan gamis berwarna peach dan jilbab dengan warna soft pink menyesuaikan warna pita yang melingkar di bagian pinggang gamis. Sari harus membuka tutorial cara menggunakan jilbab di YouTube terlebih dahulu, karena sebelumnya Sari hanya memakai jilbab instan, itupun hanya beberapa kali bisa dihitung dengan jari. Mungkin saat lebaran saja.
Sari menatap pantulan dirinya di cermin sambil melenggak-lenggok.
" Waduh... ayu tenan Mba Sari, kayak artis sopo iku?, hem... yang jadi Rumana di tukang bubur naik haji", Bi Nunung memuji kecantikan Sari yang mengenakan hijab, katanya mirip Citra Kirana.
" Makasih bibi, susah payah aku make jilbab ini, tapi untung saja, ternyata nggak sepanas yang aku bayangkan, hihihi", Sari senang mendengar pujian dari bi Nunung.
Tok... tok... tok...
Pintu kamar Sari di ketok dari luar. Ada Soleh, putranya Bi Nunung yang menjadi sopir pribadinya kakek Atmo.
" Maaf Mba Sari disuruh keruang tamu, kata Kakek, ustadz Musa sudah sampai".
Sari melihat jam di dinding kamarnya,
" oh, ya ampun ternyata sudah jam empat lebih sepuluh menit, aku sampai tidak menyadari gara-gara ribet ngikutin tutorial pake jilbab", Sari langsung berlari keluar menuju ruang tamu. Dan berhenti di depan lemari bufet yang menyekat ruang tamu dengan ruang santai.
Kakek sedang asyik ngobrol dengan seorang pria yang menggunakan baju koko warna navy dan peci hitam, duduk membelakangi arah Sari saat ini.
" Pasti itu ustadz Musa", batin Sari saat melihat tampilan belakang ustadz yang akan mengajarinya, " sepertinya lebih muda dari yang ku bayangkan".
" Sari kemarilah, ini ustadz Musa yang akan mengajarimu belajar membaca Alquran, beliau juga sudah membawa iqra, sesuai permintaan mu".
Sari tersenyum sumringah sambil berjalan menghampiri kakek Atmo dan ustadz Musa, namun saat sampai di samping kakek dan menatap wajah ustadz Musa senyum merekah di bibir Sari langsung menghilang. Wajah Sari langsung berubah menjadi tegang dan salah tingkah.
" Ucapkan salam sama Ustadz Musa", ujar Kakek Atmo.
" Assalamualaikum ustadz", Sari langsung menunduk da menelan salivanya ketika mengetahui jika ustadz Musa adalah guru agama yang tadi pagi mengajar di kelasnya.
" Ustadz Musa ini lulusan Al-Azhar, baru pulang beberapa bulan dari Kairo, beliau juga mengajar pelajaran agama di sekolahmu, Pak Irsyad kepala sekolahmu yang merekomendasikan nya, katanya diantara semua guru di sana, ustadz Irsyad yang paling bisa menjelaskan dan menyampaikan pelajaran dengan baik, semoga cucu kakek cepat bisa baca Alquran ya". Kakek Atmo mengusap lengan Sari.
" Ternyata cucu kakek cantik sekali pakai hijab".
" Silahkan di mulai saja mengajinya Tadz..., saya ada urusan ke rumah pak Irsyad sebentar. Biar nanti Bi Nunung saya minta temani kalian di sini, saya tinggal dulu ustadz Musa, tolong dibimbing cucu saya ", Kakek Atmo kebelakang memanggil Bi Nunung, kemudian keluar melalui pintu samping.
***
Suasana ruang tamu menjadi hening saat Sari dan Musa hanya tinggal berdua saja.
" Duduklah, kenapa dari tadi berdiri terus?, apa kamu mau belajar sambil berdiri?"
Sari duduk di kursi kayu menghadap ustadz Musa.
" Jadi halangan yang tadi pagi sudah selesai?", Musa masih ingat kebohongan yang Sari katakan tadi pagi. Sengaja menyinggungnya.
" Maaf karena Sari sudah berbohong tadi, tapi sungguh Sari terpaksa melakukannya, Sari nggak mau di tertawa kan sama teman-teman yang lain karena belum bisa baca Alquran", Sari masih menundukkan kepalanya.
" Jadi itu alasan kamu berbohong?, meski seperti itu, tetap saja kamu tidak boleh berbohong lagi, sudah cukup sekali saja".
" Apa itu berarti Pak guru... eh maksud saya pak ustad sudah maafin yang tadi pagi?, aduh enaknya saya panggilannya Pak ustadz atau Pak guru", Sari menggaruk jilbabnya meski tidak terasa gatal.
" Hem..."
" Jawaban apakah itu ' hem', kalimat yang tidak jelas artinya, jadi aku anggap saja kalau dia sudah memaafkan ku", batin Sari.
Bu Nunung keluar dengan tergopoh-gopoh,
" Mba Sari dan pak ustadz, mohon maaf bibi disuruh Kakek buat nemenin Mba Sari mengaji, tapi ini bibi nggak bisa nemenin, bibi lagi masak buat buka puasa nanti, biar nggak jadi fitnah karena hanya berdua, pintunya bibi buka saja ya, maaf bibi nggak bisa nemenin, si Soleh bibi cari-cari malah nggak ada itu bocah, nggak tahu pergi kemana", Bu Nunung membuka pintu lebar-lebar, kemudian berlalu menuju dapur kembali dengan berlari kecil.
Sari dan Musa hanya menatap Bi Nunung dengan mengulum senyum, karena tubuh bi Nunung yang gembul, membuatnya menjadi lucu saat berlari.
Sari melambaikan tangannya di depan wajah Musa, membuat Musa kaget.
" Oke, sudah Sari putuskan, jadi kalau lagi mengaji Sari panggilnya Pak ustadz, kalau di sekolah baru Sari manggil Pak Guru, gimana setuju ?".
" Boleh, terserah kamu saja, waktu sudah semakin sore, jadi sekarang dimulai saja, tadi sudah ngobrol sama Kakek Atmo, kamu minta seminggu full mengajinya, supaya minggu depan sudah bisa baca Alquran, tapi saya tidak bisa janji, karena belajar Al-Qur'an tidak se simple belajar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, salah panjang pendek harkatnya bisa artinya berbeda".
Sari mengangguk-angguk tanda mengerti dengan maksud ucapan ustadz Musa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nur'ain Lamatenggo Aini
hhhhh🤣🤣🤣🤣🤣 aduhhh rasanya mo tro dimna muka hbs bohong tadi😁😁😁
2021-08-03
1
Mihayada
gemes Thor sama sari
2021-06-04
5
Septaheriyanto💥💞💞HFS,❤️❤️
lanjut
2021-05-07
3