Kamis siang saat istirahat, Sari dipanggil oleh Bu Berta untuk menghadap ke ruang guru, karena ada yang ingin di sampaikan padanya.
Sari lebih memilih untuk sholat Dzuhur di mushola sekolahan terlebih dahulu, supaya saat menghadap Bu Berta hatinya tenang karena sudah menjalankan kewajibannya.
Di Mushola
Sari sedang mengikat tali sepatunya, dan duduk berderet dengan ketiga temannya usai sholat berjama'ah, di serambi mushola juga ada banyak guru dan murid-murid yang juga selesai sholat jama'ah. Sedang beristirahat dan ngadem karena di serambi mushola adalah tempat paling nyaman untuk ngadem di siang yang begitu terik seperti saat ini.
Seorang murid laki-laki yang belum pernah Sari lihat sebelumnya menghampiri Sari dan menyapa nya.
" Hai kamu Sari?".
Sari mendongakkan kepalanya menatap laki-laki bertubuh tinggi yang berdiri di depannya.
" Iya betul ", Sari kembali fokus mengikat tali sepatunya. Sedangkan ketiga temannya masih menatap laki-laki yang menyapa Sari.
Rizal, anak 11 IPA 1, the most wanted nya siswi-siswi sekolah itu, ketua OSIS dengan segudang prestasi, baik dari akademik maupun non akademik. Tubuh tinggi, wajah tampan dan latar belakang keluarga yang terpandang, mendekati perfect.
Lalu ada apa gerangan idola sekolahan menyapa Sari tiba-tiba?
" Kamu disuruh ke ruang guru kan?, kita jalan ke sana sama-sama".
Sari mengernyitkan dahi melihat kembali ke arah anak laki-laki itu setelah selesai mengikat tali sepatunya. Tapi tak merespon kalimatnya.
Dia itu lagi nanya, ngajak, atau lagi nyuruh. Kalimatnya entah tergolong yang mana.
Tapi saat Sari tetap diam dan menatap Rizal, sepasang mata yang baru keluar dari mushola menatap mereka berdua dengan tajam. Musa.
Eli, yang duduk di samping Sari sengaja menyikut lengan Sari. " Rizal lagi ngajak kamu ngobrol, kok kamu diam saja Sari".
Sari berdiri dan menatap teman-temannya yang lain. " Aku ke ruang guru dulu ya, kalian mau jalan bareng balik ke kelas atau mau ke perpustakaan dulu? ".
" Bareng Sar, kita mau ke kelas", jawab Linda yang tidak mau melewatkan moment penting berjalan bareng sama Rizal. Sebuah keberuntungan menjadi teman Sari, sejak dulu nggak pernah bisa jalan bareng sama ketua Osis, dan sekarang mendapatkan kesempatan itu. Berjalan dengan orang populer di sekolah, pasti akan membuat kita jadi populer juga, itu yang ada dipikiran ketiga teman Sari.
" Jadi nama kamu Rizal?, di panggil ke ruang guru juga?", pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Sari saat mereka berjalan beriringan.
" Kamu belum dapat breefing dari wali kelas kamu tadi?", Rizal balik bertanya. Sari langsung menggelengkan kepalanya.
" Pantesan".
" Pantesan, kenapa?".
Sari melambaikan tangan pada ketiga temannya karena dia sudah sampai di depan ruang guru, dan yang lain masih harus meneruskan perjalanan menuju kelas mereka.
" Nanti juga kamu tahu sendiri".
Rizal mengetuk ruang guru, kemudian mereka berdua masuk ke dalam ruang guru beriringan, dan semu pasang mata yang ada di ruang guru menatap ke arah mereka berdua.
Sari mencari keberadaan Bu Berta, wali kelasnya. Dan langsung bisa menemukan wanita paruh baya itu dengan sekali menyisir ruang. Sari langsung menghampiri meja Bu Berta tanpa memperdulikan Rizal yang datang bersamanya.
Sari menundukan kepala terlebih dahulu, saat posisinya sudah di samping meja Bu Berta.
" Selamat siang Bu, kenapa ibu memanggil saya?".
" Loh belum tahu, ibu kira kamu masuk kemari bersama Rizal karena sudah tau maksud tujuan kamu di panggil kemari".
Ucapan Bu Berta membuatnya menatap ke arah Rizal beberapa detik, "belum sempat ngobrol Bu", pungkasnya.
" Tapi apa kalian sudah kenalan?, nanti kalian berdua akan menjadi partner, jadi harus saling mengenal terlebih dahulu".
Sari kembali mengernyitkan dahi semakin tidak mengerti.
" Hanya sekedar tahu nama saja Bu", jawab Sari jujur.
" Baiklah kalau begitu, biar ibu jelaskan ".
Bu Berta wali kelas Sari yang juga guru bahasa Inggris, sengaja memanggil Sari dan Rizal menghadapnya karena minggu depan ada jadwal lomba debat bahasa Inggris tingkat kabupaten. Karena di bulan Ramadhan, tema debat ditentukan, tentang ilmu pengetahuan agama Islam, yaitu tentang puasa ramadhan.
Bu Berta yang melihat daftar prestasi Sari di sekolah sebelumnya yang selalu menjadi juara debat bahasa Inggris, berinisiatif untuk mengajukan Sari dan Rizal untuk mengikuti debat itu.
" Jadi nanti kamu sama Rizal akan jadi partner debat minggu depan, dan mulai siang nanti, sepulang sekolah, kalian berdua langsung ke lab bahasa Inggris ya, mulai latihan, ibu tunggu".
" Oh iya, karena tema debatnya tentang ilmu agama Islam, yaitu tentang puasa ramadhan, jadi nanti Pak Musa juga akan membimbing kalian bersama saya".
" Baik Bu, kami permisi ", Rizal pamit undur diri, merasa kurang nyaman karena partnernya kali ini adalah anak pindahan baru. Yang ada dipikirannya, apa Sari bisa mengikuti lomba debat, karena dari kesan pertama melihat Sari di serambi mushola tadi, Rizal mempunyai penilaian jika Sari terlihat seperti gadis manja, dan komunikasinya dengan orang lain itu kurang intens. Bisa dibilang irit bicara, apa anak seperti itu bisa ikut debat?.
Seperti permintaan Bu Berta, Sari dan Rizal berjalan beriringan menuju lab bahasa Inggris usai bel pulang sekolah berbunyi. Kelas mereka berdua memang berdampingan. Dan Rizal sengaja menunggu Sari di lorong depan kelasnya. Kelas IPA 1 akan di lewati anak IPA 2 kalau menuju arah lab bahasa Inggris.
" Apa kamu pernah mengikuti debat sebelumnya?", Rizal mulai membuka percakapan, karena sepanjang jalan Sari terus diam tanpa bertanya apapun, tidak seperti siswi kebanyakan, yang akan banyak bertanya jika berjalan bersamanya.
" Pernah".
Rizal menengok ke arah Sari seperti tidak terima, " Apa-apaan, cuma dijawab seperti itu pertanyaanku".
" Memang saya harus menjawab apa?, pertanyaan mu kan 'pernah ikut debat apa nggak?', ya aku jawab pernah. Lagian kamu dan aku itu sebatas partner debat, jadi selow bro... jangan spaneng, santai, sekolah ini pasti akan bawa pulang medali", Sari begitu percaya diri akan menang. Apa lagi ini cuma tingkat Kabupaten. Sari dulu sudah ikut debat tingkat nasional, meski hanya juara dua di babak final, itu juga sudah sangat bagus, karena selisih nilai hanya 4 poin.
" Baru pernah aku ketemu sama anak pindahan yang sangat percaya diri seperti kamu", Rizal menggelengkan kepalanya, berharap kesombongan Sari bisa dibuktikan dan bukan hanya sekedar kata-kata.
" Yang penting kamu bisa diajak bekerja sama", jawab Sari sambil mengetuk pintu dengan papan kayu bertuliskan ' Lab Bhs.Inggris' di atas pintu.
" Masuk !", seru suara Bu Berta dari dalam lab.
" Kalian datang bareng, sepertinya langsung akrab ya", senyum Bu Berta mengembang, tapi tidak dengan Pak Musa yang duduk di kursi depan meja Bu Berta. Dia masih menatap Sari dan Rizal dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
" Ayo silahkan duduk.., ini Pak Musa yang akan memberi materi tentang puasa ramadhan, setelah mendengarkan penjelasan beliau, kalian berdua bisa mengemas sendiri sebagai bahan debat nanti", Bu Berta mempersilahkan Pak Musa untuk menjelaskan tentang puasa ramadhan.
Sedangkan Rizal dan Sari memperhatikan penjelasan Pak Musa dengan seksama, apalagi Sari, terus menatap ke arah Pak Musa ,dan tidak mau terlewat sadetik pun dari materi yang sedang di jelaskan oleh guru ngajinya itu.
Selama satu jam Musa menjelaskan tentang apa itu puasa ramadhan, hukum puasa ramadhan, hal yang membatalkan puasa, hal yang akan merusak ibadah puasa, dan lainnya, begitu mendetail hingga Sari dan Rizal menganggukkan kepalanya merasa penjelasan Pak Musa memang sangat bisa di mengerti dengan baik.
" Apa ada yang ingin ditanyakan, atau ada yang belum jelas, kalian boleh bertanya jika ada yang masih belum jelas", Musa mengakhiri dengan sesi tanya jawab.
Sari mengangkat tangan. Di balas anggukan oleh Musa.
" Pak apa boleh di jelaskan, setiap ibadah yang di wajibkan ataupun sunah di Islam, seperti sholat, puasa atau zakat, itu pasti ada kebaikan untuk diri masing-masing, contohnya seperti yang pernah saya baca, kalau gerakan sholat itu ternyata membuat semua organ tubuh kita menjadi lebih sehat. Kalau puasa sendiri apa manfaatnya Pak, bisa dijelaskan?", Sari memang ingin mencari titik positif dari puasa sebanyak mungkin sebagai modal berdebat nanti.
" Tentu saja, banyak sekali manfaat yang kita peroleh dengan berpuasa, diantaranya detoksifikasi tubuh, membantu regenerasi sel, memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengontrol gula darah, mengurangi peradangan. Dapat meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan fungsi otak dan yang paling jelas manfaatnya adalah membantu menurunkan berat badan, biasanya alasan ini yang membuat kaum perempuan akan dengan senang hati menjalankan ibadah puasa, selain beribadah juga sekalian diet". Bu Berta tersenyum mendengar penjelasan pak Musa.
" Kalau yang tadi, tentang ibu yang sedang hamil dan menyusui, bapak bilang boleh tidak berpuasa, dan harus mengganti di lain hari, apa hanya itu saja cara membayarnya?".
" Kalau dia sakit, jawabannya iya, tapi kalau mereka sehat dan khawatir akan mengganggu kesehatan dirinya atau bayi mereka, maka harus mengganti puasa dan juga membayar fidyah".
Dan sesi tanya jawab pun semakin menarik, karena Sari yang masih sangat awam dengan ilmu agama, jadi sangat antusias menanyakan ini dan itu.
Tapi justru kedua guru pembimbing jadi merasa kagum dengan ke antusiasan yang Sari tunjukan.
Sampai jam 4 sore, mereka akhirnya menyudahi pertemuan siang hari ini.
" Kalau masih banyak yang ingin ditanyakan, besok kita masih ada pertemuan lagi, selama seminggu, sampai H-1 sebelum debat dilakukan, jadi dicatat dulu kalau masih ada pertanyaan yang belum di sampaikan. Ibu harus pulang karena harus masak untuk persiapan berbuka puasa".
Sari dan Rizal akhirnya mencatat apa yang belum sempat di tanyakan mereka hari ini di note.
Saat Sari berjalan keluar dari lab bahasa Inggris. Musa hendak menawarkan tumpangan untuk pulang bersama, karena rumah mereka yang searah. Namun keduluan Rizal yang berjalan disampingnya.
" Ternyata kamu teman yang asyik juga, first impresion, kamu seperti nggak banyak bicara, tapi saat di lab tadi baru kelihatan, kalau kamu begitu tertarik dengan pelajaran". Rizal memuji Sari. " Oh iya, kamu tinggal dimana?".
" Kenapa?".
" Pulang bareng kalau searah", jawab Rizal.
" Naik?".
" Motor lah, peraturan di sini siswa belum boleh bawa mobil".
Sari mengangguk mengerti. " Kamu pulang ke arah mana?", Sari bertanya balik, bukan menanyakan alamat, tapi arah pulang, karena Sari belum terlalu hafal nama-nama daerah di sini.
" Ke sana", Rizal menunjuk arah yang berlawanan dengan arah rumah kakek Atmo.
" Berarti berlawanan arah, makasih atas tawaran tumpangannya, bye...", Sari berjalan cepat keluar dari pintu gerbang, hendak menunggu angkot lewat. Sedangkan Rizal menuju parkiran mengambil motornya.
" Memangnya dimana rumahnya?, nggak papa juga kalau harus berlawanan arah, kan jam segini sudah nggak ada angkot lewat, paling naik ojek kalau mau", Rizal hendak menghampiri Sari, berniat tetap mengantarkannya pulang, meski beda arah. Namun saat keluar dari parkir, Rizal justru mendapati pemandangan aneh, bagaimana tidak aneh. Dia melihat Sari naik ke boncengan motor, bersama dengan Pak Musa, guru agama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
sumiati
enak banget bacanya... nggak ada typo
2021-12-26
1
ifanggiaish
sukaa,,,tata letak tanda baca dn susunan kalimatnya teratur jd enak dibacanyaa👍👍
2021-10-29
1
Go Sun
enak penyampaiannya, spt nyata
2021-05-06
3