Eilaria sudah terlelap dalam tidurnya. Membuat pria tampan yang ada di sampingnya itu perlahan turun dari tempat tidur. Ia memilih untuk keluar kamar dan menuju ke ruang kerjanya. Pikirannya kacau. Ia tak bisa menolak seluruh pesona yang dimiliki Eilaria. Ia sudah jatuh cinta pada gadis itu sejak pertama mereka ketemu.
Ia mengingat kembali apa yang terjadi di hari pernikahan itu........
Tawa bahagia keluarga Dawson terdengar saat mereka akan meninggalkan hotel dan menuju ke tempat pelaksanaan pernikahan.
Ponsel Gabriel berbunyi. Ia tersenyum saat melihat siapa yang memanggilnya.
"Hallo sayang.....!" Sapa Gabriel manis.
"Iel, apakah kalian sudah menuju ke sini?"
'Sudah tak sabar menungguku?"
'Iel...." terdengar suara manja Eilaria yang membuat ia tak sabar ingin segera sampai ke sana.
"Aku akan tiba cantikku. Kembalilah kau ke villa. Aku tak rela ada yang melihatmu dengan gaun pengantin cantikmu itu."
Terdengar kekehan Eilaria sebelum akhirnya percakapan itu mereka akhiri.
Gabrian menatap saudara kembarnya. "Itu Eilaria?"
Gabriel mengangguk. "Dia sudah tak sabar menungguku."
"Kalau begitu, ayo kita pergi!" Gabrian membuka pintu mobil.
"Kenapa mobil ini?" tanya Gabriel sambil menatap mobil sedang berwarna putih.
"Ini mobil yang disediakan oleh pihak hotel. Lamborjini hitam mu sudah dipakai oleh kedua putri keluarga Dawson!"
Gabriel menoleh ke belakang, melihat kedua adiknya yang sudah berdiri di samping lamborjininya sambil tersenyum manis. Gabriel tak menyangka kalau kedua adiknya itu sudah dewasa.
"Memangnya mereka bisa mengendarai mobil?" tanya Gabriel.
"Kau lupa kalau Joselin sudah 17 tahun? Dia bahkan sudah punya SIM."
Gabriel menggelengkan kepalanya. Apakah ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai tak menyadari pertumbuhan kedua adik perempuannya?
Akhirnya, Gabriel dan Gabrian masuk ke dalam mobil yang sudah dihiasi itu. Gabrian yang membawa mobilnya. Di belakang mereka ada Joselin dan Stevany. Dan di bagian paling belakang ada mobil Giani, Jero, Oma Shinta dan opa Denny.
Ketiga mobil itu pun meninggalkan kompleks hotel menuju ke villa tempat pelaksanaan pernikahan.
"Iel, kenapa kamu nggak pakai sabuk pengamannya?" tanya Gabrian.
"Jasnya nanti kusut. Lagi pula kita hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke sana."
"Jalannya agak menanjak ya?"
"Iya."
Gabrian menambah sedikit laju kendaraannya. Namun dari arah yang berlawanan ada sebuah truk yang sepertinya mengalami rem blong. Apalagi jalannya menurun untuk arah truk itu.
"Ian awas......!"
Semuanya menjadi gelap. Tabrakan itu tak bisa dihindari. Sekalipun Gabrian membanting stir nya ke arah kiri namun justru membuat mobil itu menghantam pagar pembatas. Gabriel yang tidak menggunakan sabuk pengaman membuat tubuhnya menghantam dasboard mobil dan kembali menghantam pintu, barulah airbag mobil itu terbuka.
"Anak-anakku......!" Giani langsung berlari saat mobil itu berhenti.
Semua langsung sibuk membantu si kembar untuk keluar dari dalam mobil sedangkan truk itu justru terjatuh ke jurang yang ada di sebelah kanan setelah menghantam bodi sebelah kanan mobil itu.
Saat Gabrian dan Gabriel turun, jelas terlihat kalau keduanya masih pusing. Namun Gabrian tiba-tiba saja pingsan. Mereka pun langsung melarikan keduanya ke puskesmas terdekat yang untungnya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.
Si kembar langsung diperiksa. Dan Giani menangis terus karena Gabrian tak belum juga sadar.
Dokter langsung memeriksa Gabriel dan mengobati luka-lukanya.
"Sebaiknya kalian ke rumah sakit yang ada di kita untuk memeriksa benturan yang ada di dada." kata dokter itu selesai membalut luka yang ada di bahu sebelah kanan kanan Gabriel.
"Sebaiknya kita memberitahukan Eilaria atas kejadian ini." Kata Jeronimo.
"Tidak! Jangan! Pernikahan ini harus terjadi. Eilaria pasti akan sedih. Lagi pula aku sudah merasa agak baikan." Gabriel melompat turun dari atas tempat tidur.
"Tapi Iel....!"
"Aku baik-baik saja, mom." Gabriel menyela perkataan ibunya.
"Nak, Jas mu sobek." Kata Giani.
Perhatian mereka beralih ke arah Gabrian saat mendengar cowok itu meringis.
"Ian....!" panggil Giani.
"Bunda.....!" kata Gabrian dengan suara yang agak lemah.
"Syukurlah kamu sudah sadar." Kata Giani sambil memegang tangan putranya.
Gabrian memaksakan dirinya untuk duduk. Jeronimo membantu anaknya untuk mendapatkan posisi yang tepat.
"Iel, ayo pergi ke pernikahanmu. Jangan biarkan Eilaria menunggu." Kata Gabrian.
"Tapi keadaanmu?"
"Aku akan baik-baik saja."
"Kalau begitu kalian pergilah! Biar bunda di sini." Kata Giani.
"Jangan bunda! Pergilah dampingi Iel sampai ke altar pernikahannya. Aku merasa baikan sekarang. Memang masih sedikit pusing."
"Kalian pergilah. Aku dan kak Joselin akan mendampingi kak Ian." ujar Stevany.
"Baiklah. Sekarang pergilah ke pernikahan Iel. Jangan dulu ceritakan apa yang terjadi supaya mereka tak merasa panik." Ujar Ian.
"Jas ku?"
Jeronimo membuka jas nya. "Pakai jas Daddy saja."
"Tapi daddy pakai apa?" tanya Iel.
"Anggaplah saja daddy nggak suka pakai jas. Kemeja dan dasi ini rasanya sudah lebih dari cukup untuk mendampingi mu." Ujar Jero. Denny dan Shinta tak dapat menahan rasa harunya melihat bagaimana kompaknya keluarga ini.
"Tapi Iel, apakah kamu tak merasakan sakit apapun?" tanya nenek Shinta.
"Nggak, Oma." Kata Iel berusaha menguatkan dirinya walaupun ia merasa ada rasa sakit di dadanya.
"Kalau begitu, cepatlah pergi! Kalian sudah terlambat." Kata Gabrian.
Giani menatap putranya. "Ian, kalau ada apa-apa cepat telepon bunda ya?"
"Iya bunda. Tenang saja."
Giani melangkah walaupun dengan hati yang tak rela. Meninggalkan Gabrian dalam keadaan masih sakit sungguh membuatnya tersiksa. Namun ia juga tak bisa mengabaikan tanggungjawabnya pada Gabriel. Putranya itu terlihat sangat bersemangat walaupun ia juga terluka.
"Daddy saja yang membawa mobilnya." Kata Jeronimo.
"Biar aku saja, dad. Aku masih bisa." Kata Gabriel sambil membuka pintu Lamborgini hitamnya.
Mereka pun berangkat menuju ke villa.
Saat mereka tiba, Gabriel dapat melihat semuanya sudah siap. Walaupun dadanya sangat sakit namun ia berusaha menyembunyikannya. Apalagi saat saat melihat wajah Eilaria sudah basah dengan air mata.
Eilaria langsung mendekat dan memeluk Gabriel sambil menangis. "Aku pikir kamu nggak akan datang, Iel. Aku takut sekali."
"Jangan berpikir kalau aku tak akan datang, Eil. Kau tahu kalau kau adalah hidupku."Kata Iel lalu menghapus air mata Eil. "Bersiaplah. Aku akan menunggu di altar pernikahan kita."
Selesai acara pemberkatan nikah, Giani mendekati putra. "Iel sayang, mommy harus kembali ke rumah sakit. Kasihan Ian sendiri."
"Ok, mom. Terima kasih telah mendampingiku."
Giani memegang pipi putranya. "Itu sudah tugas mommy, sayang. Selamat berbahagia ya? Semoga kalian akan terus bersama sampai maut memisahkan."
"Amin." Gabriel mencium pipi mamanya. Saat Giani memeluknya, Gabriel merasakan kalau ia kesakitan namun ia berusaha menahannya. Ia mau menunjukan bahwa dirinya baik-baik saja.
Ketika semua orang sudah pergi dan meninggalkannya bersama Eilaria, Gabriel bermaksud akan mandi di kamar mandi yang lain. Ia tak mau Eilaria melihat lukanya. Namun karena ia tak mau Eilaria curiga, ia pun masuk ke kamar mereka.
Saat Gabriel ada di kamar mandi, ia merasa ada sesuatu yang sesak di dadanya. Gabriel tiba-tiba merasa ingin muntah. Saat akhirnya ia muntah, ia terkejut melihat ada darah segar di sana.
"Ya Tuhan, apa ini?" tanya Gabriel sambil memegang dadanya.
Ia kembali memuntahkan darah segar saat dirasakannya dadanya sakit dan semakin membuatnya sesak napas.
"Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu padaku. Aku tak bisa meninggalkan Eilaria. Aku mencintainya." doa Gabriel sambil memijat dadanya yang terasa sakit.
Ketika ia selesai mandi, ia baru menyadari kalau tak membawa baju ganti. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi Eilaria saat melihatnya.
Dan dugaannya benar. Eikaria menjadi panik. Untunglah ia bisa menenangkan istrinya itu.
***********
Menjelang subuh, Gabriel terbangun dengan rasa sakit yang bukan hanya ada di dadanya tapi juga di kepalanya. Ia bangun dan merasakan seluruh tubuhnya sakit. Saat ia ke kamar mandi, ia kembali memuntahkan darah segar.
Ada yang tidak beres dengan diriku. Aku harus ke rumah sakit saat ini juga.
Gabriel meninggalkan sepucuk surat untuk Eil. Ia sengaja tak membangunkan istrinya itu. Ia tak mau Eil menjadi khawatir. Apa yang Eil katakan semalam cukup membuat Iel mengerti bahwa jika terjadi sesuatu padanya, maka Eil bisa gelap mata.
********
Bagaimana kisah ini berlanjut?
Komentari emak ya...
jangan lupa like dan vote
makasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
neng ade
yg menikah memang Url tapi mereka akhir nya bertukar peran karena kondisi Url.. dan Ian mungkin udh lebih baik gantian Url yg dirawat
2023-05-17
0
Shautul Islah
tp menurutku ini salah, meskipun mereka kembar ga seharusnya mereka ganti posisi, harusnya terus terang aja, itu sama saja mempermainkan pernikahan.terus melakukan hal2 yg ga seharusnya mereka lakukan,seperti ciuman,dan lainnya
2023-03-28
1
Enok Wahyu.S GM Surabaya
kenapa g dibuat cerita jujur nya aja sih Thor 🤔😏😔😭
2023-02-06
1