Eilaria duduk di tepi tempat tidur. Menunggu Iel dengan hati yang berdebar. Ia mengigit bibirnya sendiri membayangkan malam ini akan mereka lalui bersama.
Saat pintu kamar mandi terbuka, Iel keluar hanya mengenakan celana pendek. Dadanya yang diperban dan beberapa memar lainnya. Eil nampak sedikit meringis saat ia menggerakkan tangannya.
"Apakah tadi kau menahan semua rasa sakit ini?" tanya Eilaria. Ia berjalan perlahan mendekati Eil. Tangannya menyentuh beberapa memar di tubuh Eil dan juga lukanya yang diperban.
"Ya. Tapi kamu tenang saja sayang, ini memang sakit namun aku masih bisa menahannya." Iel membelai wajah Eil lalu menghapus air mata di sudut mata istrinya itu. "Jangan takut! Aku baik-baik saja."
Iel berjalan ke arah tas punggungnya yang diletakan berdekatan dengan kopernya. Ia mengambil saleb dan obat yang ada di sana.
"Sayang, boleh tolong ambilkan air putih? Aku ingin meminum obat ini."
Eilaria mengangguk. Ia bergegas keluar kamar untuk mengambil air putih dan kembali secepat mungkin ke kamarnya.
Iel meminum dua butir obat. Setelah itu ia duduk di depan kaca untuk mengoles saleb ke beberapa bagian tubuhnya yang memar.
"Sayang, mari aku bantu. Memarnya juga da di bagian punggung." Eilaria mengambil saleb itu dari tangan Iel lalu menggosoknya di tubuh Eilaria. Beberapa kali Iel meringis menahan sakit dan perih.
"Maaf, apakah aku terlalu kuat menggosoknya?" tanya Eil.
Iel menyentuh tangan Eil, lalu perlahan menarik istrinya itu untuk duduk di pangkuannya. Eil duduk menyamping. Pandangan mereka menjadi begitu dekat.
"Maaf atas keterlambatan ku hari ini." Kata Iel sambil menyentuh wajah Eil dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang lain melingkar di pinggang istrinya.
"Tak masalah. Yang penting kamu datang dan kita sudah resmi menjadi suami istri. Aku bahagia." Eilaria mengambil tangan Iel yang masih memegang wajahnya. Ia mencium tangan itu dengan sangat lembut. "Katakan padaku, apa yang terjadi? Kalian mengalami ke kecelakaan yang bagaimana? Mengapa tubuhmu sampai penuh memar seperti ini?"
"Aku tak ingin mengingatnya lagi sayang. Yang penting saat ini aku bersamamu." Iel memajukan wajahnya. Ia menggesek hidungnya ke hidung Eilaria. Gadis itu tersenyum. Baru kali ini Iel melakukan yang seperti ini. Ia langsung memejamkan matanya saat merasakan benda kenyal itu menyentuh bibirnya, menggodanya dengan kecupan-kecupan kecil sampai akhirnya ciuman itu panas dan membuat keduanya tak ingin saling melepaskan. Masing-masing ingin menyalurkan hasrat yang selama ini terpendam karena waktu itu mereka belum menikah.
"Ah....!" Iel melepaskan ciumannya karena ia merasakan sakit yang amat sangat di bagian dadanya.
Eilaria secara spontan langsung berdiri dari pangkuan Iel. "Sayang, kamu nggak apa-apakan?"
Gabriel memejamkan matanya. Merasakan butiran-butiran keringat mulai membasahi wajah dan tubuhnya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Eil melihat Iel hanya diam saja."Iel...., sayang, jangan buat aku takut."
Gabriel memegang dadanya. "Tolong ambilkan bajuku. Aku merasa agak dingin."
Eilaria mengambil sebuah kaos dan membantu Iel memakainya. Ia juga membantu Iel untuk berbaring di tempat tidur.
"Sayang, kita ke rumah sakit saja ya? Aku takut melihat keadaanmu."
Gabriel yang sudah berbaring sambil menutup matanya, membuka lagi matanya. Ia menatap Eil dengan hati yang bergetar. "Sayang, aku akan baik-baik saja. Sebentar lagi obatnya bekerja. Aku hanya butuh istirahat sebentar."
Eilaria memegang wajah Gabriel tanpa bisa menahan air matanya. "Iel, aku takut sesuatu akan menimpamu. Aku akan mati jika kau juga mati."
"Sayang, jangan membicarakan tentang kematian."
"Kamu sepertinya menahan rasa sakit yang amat dalam. Aku takut, Iel. Aku tak mau kehilangan kamu." ujar Eil lalu membaringkan kepalanya di dada Iel. Tangan Iel secara spontan membelai rambut Eil.
"Sayang, jangan terlalu khawatir. Aku akan sembuh. Ia hanya luka benturan saja."
Eilaria mengangkat wajahnya lagi. Ia menatap Gabriel dengan wajah yang masih khawatir.
"Janji padaku, Iel. Kamu akan sembuh. Sebab jika kamu menyerah dan meninggalkan aku, dihari itu juga aku akan bunuh diri. Karena aku tak mau hidup di dunia ini tanpa dirimu."
Gabriel tersenyum. Ia menghapus air mata Eilaria dengan ibu jarinya. "Aku janji sayang. Kau akan lihat seminggu lagi, aku akan bisa memelukmu, menggendong kamu lagi untuk keliling kompleks ini."
Eilaria tersenyum. Ia menunduk dan mencium bibir suaminya. "Tidurlah." kata Eil sambil membelai kepala Iel.
Iel mengangguk. Obat yang baru saja diminumnya memang memiliki reaksi yang sangat cepat. Ia mengantuk.
Tak sampai 5 menit, Iel pun tertidur. Eilaria tersenyum. Ia kemudian berputar ke sisi yang lain dan membaringkan tubuhnya di samping Gabriel. Biarlah malam pengantin mereka tak terwujud malam ini. Eil susah bahagia karena telah resmi menjadi istri Iel.
**********
Jam dua pagi, Eil terbangun dari tidurnya. Ia terkejut tak menemukan Iel ada di sampingnya.
"Iel......!" Eil menuju ke kamar mandi, namun kamar mandi kosong.
Ia pun keluar kamar dan langsung tersenyum lega melihat Iel sedang duduk di meja makan sambil menikmati teh panas dan roti.
"Kenapa nggak bangunkan aku jika kamu ingin makan?" tanya Eil sambil mendekat.
"Aku tak tega membangunkan kamu, sayang. Tidur nya nyenyak sekali."
Eilaria berdiri di belakang Iel. Ia memegang bahu Iel lalu sedikit menunduk untuk mencium puncak kepala suaminya itu.
"Aku panik saat tak menemukanmu."
Iel memegang kedua tangan Eil yang ada di pundaknya. Ia mencium kedua tangan itu secara bergantian. "Aku hanya merasa lapar. Tadi aku nggak makan sama sekali."
"Apakah makan roti sudah cukup? Di kulkas ada makanan, mau aku panaskan?"
Iel menggeleng. "Aku sudah kenyang, sekarang mau tidur lagi."
"Sungguh?"
Iel mengangguk. Ia melingkarkan tangannya di bahu Eilaria dan mengajak istrinya itu kembali ke kamar.
"Bagaimana lukamu?" tanya Eil saat keduanya sudah berbaring kembali.
"Sudah agak baikan." Iel memiringkan badannya sehingga keduanya kini saling berhadapan. Ia mengecup bibir Eil lembut dan saat ciuman itu berakhir, jarak mereka masih terlalu dekat.
"Maafkan aku, sayang. Malam pengantin kita harus tertunda."
"Nggak apa-apa, Iel."
"Kau tahu betapa besarnya hasrat yang kumiliki untukmu. Rasanya ingin melakukannya malam ini. Namun aku ingin malam pertama kita menjadi malam yang tak terlupakan. Aku ingin sehat dan kuat saat kita melakukannya."
Eilaria tersipu malu. Ia membelai wajah Iel. "Aku akan menunggunya."
Keduanya terkekeh bersama. "Tidurlah lagi, Eil. Ini masih terlalu pagi untuk bangun."
Eil mengangguk. Saat Iel kembali berbaring terlentang, Eil tetap pada posisinya. Ia melingkarkan tangannya di perut Iel sambil memejamkan matanya. Ia suka menghirup bau wangi tubuh dari Iel.
**********
Tangan Eilaria terulur meraih ponselnya. Ia terkejut saat jam sudah menunjukan waktu pukul 7 pagi. Iel sudah tak ada.
Eil pikir suaminya itu ada di ruangan yang lain. Namun sampai di luar rumah ia mencari namun Iel tak ada. Mobilnya juga tak ada.
Eil kembali masuk ke dalam rumah, ia membereskan dapur dan menyiapkan sarapan untuk mereka. Ia pikir kalau Iel mungkin sedang pergi ke sebuah mini market yang letaknya tak jauh dari tempat itu. Namun sampai Eil sudah selesai mandi, suaminya itu belum datang.
Eil mulai gelisah. Ia segera keluar rumah untuk mencari signal yang bagus. Namun ponsel Iel tidak aktif.
Saat Eil masuk ke kamar, ia menemukan sebuah surat yang ternyata ditulis oleh Iel.
sayang, aku pergi sebentar
jika sampai malam aku tak kembali
kamu jangan khawatir ya, tunggulah aku
di rumah itu. Aku pasti akan pulang. Jangan kemana-mana.
Eil mendekap surat itu ke dadanya. Hatinya mulai khawatir. Apalagi ketika malam menjelang dan Iel belum juga kembali. Eil langsung menangis. Iel, jangan tinggalkan aku.
*******
Nah, penasaran kan apa yang terjadi???
jangan lupa like, komen dan vote ya
supaya emak jadi semangat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Muslimah Lirik
aku msh bingung sama ceritanya. terlalu banyak misterinya
2023-03-26
0
Ety Nadhif
di bab sebelumnya PD nebak yg bukan Ian tp ternyata tebakannya salah
2021-12-27
0
Ninit Sugiarto
Ian tuh. bkn iel,lah Suka makan roti. kalo iel mn cukup roti, maunya nasi 🤭
2021-10-01
2