Kediaman keluarga Thomson...
London....
"Menikah? Eil sayang, apa yang terjadi denganmu? Mengapa kamu ingin menikah?" tanya Grace sedikit histeris mendengar perkataan putri bungsunya dari panggilan telepon.
Caleb yang sedang membuka ada sepatunya karena ia baru saja pulang dari kantor, menatap istrinya dengan rasa penasaran.
"Aku mencintainya, bunda. Dia pria yang pernah aku ceritakan pada mommy. Pria yang bermarga Dawson itu."
"Apa? Kamu bertemu dengan pria itu? Tapi sayang itu kan sudah lama sekali."
"Aku tak pernah lupa dengan wajahnya, mommy. Kami sudah pacaran selama 5 bulan. Dan semalam, saat ulang tahunku, ia melamar aku. Aku tak bisa menolaknya, bun. Itu sangat indah."
Grace dapat merasakan suara putri bungsunya itu bergetar, penuh rasa cinta. Sekalipun tak melihat Eil namun perasaannya sebagai seorang ibu dapat merasakan itu.
"Eil, bunda bicara sama daddy dulu ya? Jika memang daddy mengijinkan maka mommy dan daddy akan datang ke Indonesia."
"Ok. Tapi jangan tolak ya? Please....!"
"Bunda bicara dengan daddy dulu ya? Bye..."
Caleb menatap istrinya. Wanita yang sudah 26 tahun mendampinginya dalam kesetiaan sebagai istrinya. Wanita yang tetap terlihat cantik walaupun usianya sudah tak muda lagi.
"Ada apa, sayang?"
"Eil sudah menerima lamaran pacarnya. Mereka ingin segera menikah."
"Ya ampun, Eil. Dia masih terlalu kecil. Bukankah kemarin usianya baru saja genap 20 tahun? Sayang, Zee saja yang sudah berusia 25 tahun tak pernah kepikiran untuk menikah. Masa dia mau melangkahi kedua kakaknya."
Grace duduk di samping suaminya. "Dia sedang jatuh cinta. Siapa yang dapat menahan perasaan cinta? Dan pria ini sudah hampir 6 tahun ada dalam mimpinya. Kamu ingatkan saat usianya baru 15 tahun, dia jatuh pria dengan pria yang diketahuinya bermarga Dawson."
"Dawson? Kayak nama orang Inggris."
"Mungkin dia blesteran juga."
Caleb menarik napas panjang. Ia merasa berat menerima kenyataan kalau putrinya itu akan menikah.
"Sayang, apa Eil sudah yakin dengan keputusannya? Salam keluarga Thomson tidak boleh ada perceraian. Apakah Eil sudah melupakan itu?"
"Dia pasti tak lupa. Eil cerdas sama seperti kedua kakaknya. Sekalipun dia sudah lama tinggal di Indonesia, namun aku percaya kalau dia masih mengingat semua yang kita ajarkan padanya."
"Apakah Eil terlanjur hamil sampai ia keburu ingin menikah?"
Grace terkejut. "Hamil? Kayaknya itu sesuatu yang tak mungkin. Aku percaya kalau Eil masih menjaga dirinya dengan baik. Pria ini adalah cinta pertamanya."
"Entahlah."
Grace menyentuh tangan Caleb yang ada di pangkuannya.
"Lalu, bagaimana sayang?"
Caleb mengangkat bahunya.
"Apakah kita akan merestui?"
Caleb tersenyum agak dipaksa. "Haruskah kita menentangnya?"
"Kita harus berdiri di belakangnya kan?"
Caleb melingkarkan tangannya di bahu istrinya dan menarik perempuan itu agak mendekat padanya
"Siapkan saja perjalanan ke Indonesia."
"Terima kasih, sayang."
*********
Di ruang keluarga Dawson.....
"Kamu serius, Iel?" tanya Jeronimo.
"Lebih dari apapun di dunia ini, dad. Aku sangat serius dan tak pernah seyakin ini seumur hidupku."
Giani sudah tahu kalau sejak dulu Iel ingin menikah muda. Dan ia tak pernah menyangka kalau hari itu akhirnya akan datang juga.
"Sayang, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan. Apakah kau dan Eilaria sudah yakin?" tanya Giani.
"Yakin, mom. Aku takut jika terlalu mesra dengannya, kami akan lupa diri. Makanya aku ingin menikahinya supaya kami sudah resmi menjadi suami istri. Namun bukan karena itu saja alasanku untuk menikahinya. Aku sungguh jatuh cinta pada Eil dan ingin menjadikan dia sebagai ratu dalam hidupku."
Giani memandang suaminya. Jeronimo hanya mengangguk. "Kalau memang itu sudah keputusan, Iel. Daddy akan selalu mendukungmu, sayang."
Gabriel menatap mamanya. "Lalu, menurut mommy gimana?"
"Kapan mommy nggak pernah mendukungmu, sayang?" tanya Giani membuat Gabriel langsung memeluk mamanya yang memang duduk di sampingnya. Hatinya sangat bahagia.
" Terima kasih, mommy." Gabriel melepaskan pelukannya. Ia berdiri. "Aku mau memberitahukannya pada Eil dulu.'
"Kapan rencana pernikahan kalian?"
"Satu bulan lagi, dad. Sebenarnya sih ingin secepatnya. Namun harus menunggu kedatangan kedua orang tua Eil."
"Apakah tidak terlalu cepat? Bukankah kami harus mempersiapkan semuanya secara matang?" tanya Giani.
"Kami berdua sepakat ingin pernikahan yang sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga inti. Dan kami akan menikah di daerah Bogor, mom. Aku membeli tempat itu karena di sanalah Eil menerima lamaran ku. Mommy dan daddy tenang saja. Semuanya sudah ku persiapkan secara matang." Kata Gabriel lalu segera menuju ke kamarnya.
Giani menatap suaminya. "Dia sungguh mencintai gadis itu."
"Ya. Aku juga sudah kepingin punya cucu. Rumah ini sudah lama sepi. Tak ada lagi suara tangis bayi."
"Iya. Waktu memang sudah berjalan begitu lama. Kita sudah menjadi tua, sayang."
"Tua?" mata Jero terbelalak. Ia berdiri dan mengangkat kemeja yang dikenakannya sehingga perut sixpack nya masih jelas terlihat. "Aku masih gagah, sayang. Belum tua. Membuatmu hamil sekali lagi aku masih bisa."
Giani tertawa. "Dasar bule tua mesum!" Ia melempari suaminya dengan bantal kursi. Lalu ia sendiri langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Jero hanya bisa tersenyum. Ia kemudian menatap wajahnya di kaca besar yang ada di dekat dinding pembatas ruang makan dan ruang keluarga. "Apakah benar aku sudah menjadi tua? Tak mengapa. Tetap pak guru Paul lebih tua dariku."
(Ya ampun, si om Jero belum bisa move on dari pak guru Paul)
********
Eilaria menatap gaun pengantin yang membungkus tubuh indahnya. "Bagaimana menurutmu, Arumi?"
"Aku suka. Sangat cantik dan kau terlihat seperti putri."
"Benarkah?"
"Apakah aku pernah berbohong padamu?"
Eilaria menatap wajahnya di cermin besar yang ada di depannya. Tiba-tiba ia berbalik dengan cepat saat melihat ada pantulan wajah Gabriel di sana.
"Sayang, kenapa kamu masuk di sini? Pengantin prianya nggak boleh melihat gaun ini sampai hari pernikahannya nanti. Bisa terjadi hal yang buruk!" Eil mendorong tubuh Gabriel agar keluar dari ruang ganti yang ada di butik ini.
"Aku penasaran, Eil. Ternyata kamu terlihat sangat cantik."
Arumi ikut mengusir Gabriel.
"Dasar calon suami mu itu. Sedikit kurang sabar." kata Arumi.membuat Eilaria hanya tersenyum. Ia lalu meminta pelayan bukit yang menemani mereka untuk membuka gaun pengantinnya itu.
Mereka memang tak sempat memesan gaun pengantin sesuai dengan selera mereka karena waktunya sudah semakin dekat. Untunglah mereka menemukan sebuah butik yang memiliki gaun-gaun yang baru dan cantik. Eil memilih sebuah model yang sederhana.
"Sayang, aku akan memperkenalkan mu dengan seseorang jika kita menikah nanti. Ia akan menjadi pendamping pengantin pria." Kata Gabriel saat mereka sudah meninggalkan butik dan sedang menunggu makan siang di sebuah restoran. Arumi memilih pulang karena tak ingin menganggu mereka.
"Saudara laki-lakimu?"
"Iya. Dia kakakku."
"Apakah dia seganteng dirimu?" tanya Eil.
"Mungkin lebih ganteng dariku. Hanya sedikit saja kelebihannya."
Eilaria tertawa. "Siapapun dia, di mataku, kamu yang lebih ganteng, sayang." Kata Eil sambil menyentuh tangan Iel yang ada di atas meja.
"Aku percaya."
"Tak sabar menunggu hari bahagia, kita."
"Aku juga. Satu minggu lagi dan kita akan menjadi suami istri. Aku janji padamu, sayang. Tak akan ada orang lain dalam kehidupan kita berdua. Aku bersumpah demi hidupku sendiri, hanya kamu wanita yang ku cintai."
Eil tersenyum bahagia. Ia membawa tangan Iel di dadanya. "Aku percaya kita akan bahagia. Jangan pernah tinggalkan aku, ya? Jangan pernah pergi dariku. Karena aku tak bisa tanpamu."
"Aku akan ada bersamamu, sayang. Sampai maut yang akan memisahkan kita."
Air mata Eil meleleh. Hatinya penuh dengan perasaan cinta yang membara. Ia menatap mata Iel dan menemukan bahwa cintanya sebesar cinta yang Iel miliki untuknya.
**********
The Wedding day......
"Belum ada tanda-tanda kedatangan Iel?" tanya Eil.
Arumi menggeleng."Bahkan keluarganya pun belum ada satu yang datang."
Eil menatap jam dinding. "Gabriel selalu tepat waktu. Pernikahan kami seharusnya dilaksanakan jam 4 sore ini. Sekarang sudah jam 5. Tak mungkinkan dia meninggalkan aku di saat seperti ini?" mata Eil sudah berkaca-kaca. Perasaannya mulai tak enak. *Iel, kamu di mana?"
********
Apa yang terjadi di pernikahan itu*???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
manggilnya bunda apa mommy sii
2022-09-08
0
Catherine
jero bener2 gg bs move on dari kata tua😂😂😂😂
2021-12-24
0
Gia Gigin
Mungkin terjadi sesuatu dgn lel dan ian yg menggantikan adiknya 🤔
2021-09-05
0